TEH YG BAIK DISEDUH DI AIR YANG PANAS
(Sharing Retreat Balerejo 2)
Tulisan : Robby Chandra
Banyak orang merasa “ngeri” mendengar aturan disiplin yg ketat di Vihara Bodhigiri (dulu bernama Panti Semedi Balerejo). Disiplin di sana bukan main-main atau omong kosong. Kalau ada peserta retreat yang tidak serius, kerjanya ngobrol, Bhante selalu siap membukakan pintu gerbang. Kalau peserta tidak menyelesaikan target 15 jam, bhante akan tanya sebabnya. Jika sebabnya hanya lelah, ngantuk, atau hal2 sepele lainnya, peserta harus siap untuk dipulangkan, atau jika harus menunggu rombongan, peserta dipersilahkan tidur di hotel di Blitar saja.
“Di sini bukan tempat untuk berwisata!” kata bhante Uttamo.
Sebenarnya ada 2 macam pengunjung di Bodhigiri. Pengunjung yang datang untuk meditasi dan pengunjung yang datang untuk konsultasi. Bagi yang datang untuk konsultasi, bhante akan bersikap lunak selama tidak mengganggu peserta meditasi. Namun, kalau anda menyatakan datang untuk bermeditasi, maka anda harus berdisiplin atau pulang.
Memang ada retret yang menerapkan aturan lunak dan ada retret yang menerapkan aturan keras. Di banding retret yang lain, aturan di Bodhigiri ini cukup keras. Pertanyaannya adalah, “Apakah disiplin keras ini diperlukan?”
Saya pernah mendengar pepatah: “Berilah murid istimewa dengan latihan yang keras. Berilah murid biasa dengan latihan yang menyenangkan.” Latihan keras berbeda dengan penyiksaan diri. Latihan keras adalah penerapan disiplin yang keras namun tidak berbahaya. Jika kita menjalani retret, biasanya dua hari pertama adalah masa2 penuh penderitaan. Ego dan nafsu keinginan memberontak. Tubuh terasa sakit, ngantuk, pegal2. Pikiran lari kemana-mana. Akhirnya kita merasa sakit yang sudah tidak bisa anda tolak lagi. Bagaimanapun posisi tubuh kita, rasa sakit ini tetap ada. Kita berusaha mengarahkan pikiran untuk tenang, tetapi usaha itu terasa sia-sia.
Jika disiplin tetap dipatuhi, suatu ketika, nafsu dan pikiran akan menyerah. Akhirnya kita menerima kondisi itu apa adanya. Kondisi batin yang tidak lagi berontak ini menimbulkan suatu rasa damai yang tidak bisa digambarkan.
Tiba-tiba rasa sakit lenyap, pikiran anda menjadi lunak. Seperti kuda yang sudah jinak.
Jinaknya pikiran ini tidak dapat dicapai tanpa disiplin yang keras. Seperti kata pepatah:
— Jika anda lunak terhadap diri anda, kehidupan akan keras terhadap diri anda.
— Jika anda keras terhadap diri anda, kehidupan akan lunak terhadap diri anda.
Dengan pikiran yang jinak, semua tampak lebih jelas. Ketenangan dan keawasan menjadi kuat. Timbul pemahaman. Disamping itu, tubuh dan pikiran menjadi lebih relaks. Akibatnya tubuh membutuhkan lebih sedikit makan dan lebih sedikit tidur.
Tidak heran ada nenek2 berusia 70 tahun yang sanggup bermeditasi 15 jam sehari selama 78 hari. Bahkan ada peserta yang “lupa” makan dan tidur. Kondisi dilalui bukan karena penyiksaan diri tetapi karena ketenangan yang dibangun membuat tubuh ini bekerja sangat effisien sehingga kebutuhan tidur dan makan pun berkurang drastis.
Kondisi diatas hanya dicapai melalui latihan dengan disiplin yang keras. Tidak bisa diceritakan, sulit dipahami oleh mereka yang belum pernah mencoba. Dengan disiplin yang keras, bermeditasi selama 15 jam sehari bukan hal yang sulit. Sebaliknya jika kita tidak mendisiplinkan diri, meditasi 10 jam sehari pun sudah terasa sangat berat.
Beranikah Anda mencobanya?
Sumber :
Posted by Robby Candra on December 5, 2009 at 4:00pm
http://www.kolamteratai.net/profiles/blogs/teh-yg-baik-diseduh-di-air-yg