ALAM SEMESTA DAN KOSMOLOGI
Oleh :
Buddhadasa P. Kirthisinghe
Dr. K.N. Jayatilleke dari Universitas Ceylon mengemukakan pendapatnya sebagai berikut : “Konsepsi tentang Kosmos (= Alam Semesta) menurut Buddhisme, pada masa-masa awal dari perkembangannya, itu secara essensial, sama dengan konsepsi modern tentang alam semesta. Didalam teks berbahasa Pali, yang sampai di tangan kita, secara aksaranya diceriterakan, terdapat ratusan ribu matahari-matahari, bulan-bulan, bumi-bumi, dan dunia-dunia yang lebih tinggi, yang membentuk sistem dunia tingkatan minor (= kecil); terdapat seratus ribu kali jumlah sistem dunia tingkatan minor, yang membentuk sistem dunia tingkatan medium (= tengah-tengah); dan terdapat seratus ribu kali sistem dunia tingkatan medium yang membentuk sistem dunia tingkatan mayor (= besar). Didalam terminologi modern, itu tampaknya, apabila satu sistem dunia minor (= culanika loke dhatu), adalah sama dengan sebuah galaxy, yang melalui telescope yang paling baik, dapat kita lihat terdapat kira-kira ratusan juta dunia (matahari, bulan-bulan, dan sebagainya) didalamnya, maka dapat kita renungkan bahwa konsepsi Buddhis tentang sistem dunia-dunia, itu mempunyai kesamaan yang besar dengan keterangan dari ilmu pengetahuan modern.
Astronomi modern, melalui telescope yang besar dan kuat, telah dapat melihat adanya keluarga matahari-matahari tingkatan raksasa (yang luas sekali ruang lingkup beradanya di ruang angkasa), yang terdapat di dalam universe (= alam semesta) yang maha luas, yang dinamai galaxy. Astronomer Bangsa Rusia, yang bernama Vorontozoff, dan astronomer Bangsa Inggris, dari Cambridge University, yang bernama Fred Hoyle, berpendapat bahwa terdapat keadaan yang mantap mengenai keberadaan alam semesta ini. Mereka menerangkan theori “kemantapan keberadaan alam semesta” itu dengan mengemukakan hypothesa mereka tentang adanya penciptaan secara terus menerus zat-zat didalam ruang antar galaxy-galaxy.
Tiga orang ahli astronomi mathematis dari Inggris, H. Bondi, T. Gold, dan Fred Hoyle, mengemukakan pendapat mereka sebagai berikut : “Alam semesta itu tampak sama, kemana pun jauhnya kita pergi di sesuatu arah di ruang angkasa ini.” Prinsip ini mendorong kita untuk menarik kesimpulan bahwa alam semesta itu haruslah tampak sama, apabila kita lihat, bagaimana pun kita bergerak, didalam hitungan waktu, ke depan, atau pun ke belakang. Mereka lebih lanjut berpostulasi bahwa ada fakta tentang menjadi makin tipisnya secara kontinu, zat-zat, yang terdapat di ruang dari alam semesta ini, yang disebabkan karena adanya perluasan yang berlanjut terus, dan ini dikompensasikan oleh penciptaan zat-zat baru secara terus menerus, yang terjadi secara uniform, di seluruh ruang-ruang antar galaxy-galaxy.
Postulasi tersebut tidak bertentangan dengan hukum universal tentang konservasinya zat-zat. Sudut pandangan ini memberikan bahan pemikiran mengenai asal dari evolusi galaxy-galaxy individual. Ini mendorong orang untuk beranggapan bahwa alam semesta itu sendiri berkeadaan abadi, walaupun pola-pola galaxy itu mengalami perubahan-perubahan secara konstan.
Di-claim oleh para astronomer bahwa ada bukti yang tampaknya sangat mendorong anggapan yang benar bahwa alam semesta itu sifatnya tidak terbatas. Pandangan ini sama dengan pandangan Buddhisme. Prof. Hoyle telah mengemukakan pendapatnya yang berbunyi sebagai berikut : “Saya dapati bahwa fikiran saya terdorong untuk ber-assumsi bahwa sifat dari alam semesta itu memerlukan kreasi secara terus menerus, suatu penciptaan berlanjut, yang memunculkan material dengan latar belakang yang baru.” Pandangan ini juga sama dengan ajaran Buddhisme yang menerangkan bahwa, “tidak ada sesuatu yang sifatnya permanen, semua benda hidup atau benda mati, yang bersifat organic atau inorganic, itu muncul dan lalu lenyap.”
Sangat mengherankan bahwa konstitusi alam semesta itu bersifat seragam. Kita dapati bahwa kira-kira 55% dari materi cosmic itu berupa hydrogen, 44 % helium dan sisanya yang 1% terdiri dari elemen-elemen yang lebih berat.
Sebuah galaxy itu sistemnya sangat mirip dengan sistem sebuah Tata-Surya. Itu mempunyai bentuk, pergerakan, dan konstitusi yang tertentu. Itu berada sendirian di suatu ruang, yang jauh terasing dari sejenisnya yang lain. Bintang-bintang dan elemen-elemen itu secara terus menerus terlahirkan didalamnya, dan semua bintang bergerak didalam ruang lingkupnya.
Sistem Tata-Surya kita ini terletak didalam galaxy Bima Sakti (= Milky Way galaxy), dengan jutaan jutaan bintang-bintang dan sistem-sistem planitnya. Galaxy yang paling dekat dengan Bima Sakti adalah Galaxy Andromeda. Galaxy Bima Sakti itu merupakan salah satu dari kelompok galaxy-galaxy yang jumlahnya kira-kira dua puluh buah, yang secara relatif berkeadaan saling berdekatan. Matahari kita mendominasi sistem planit kita dan beratnya ribuan kali dari planit Yupiter. Semua planit itu terletak secara tepat didalam alam dan jarak planit-planit tersebut dari Matahari itu mengikuti hukum mathematis, yang hukumnya berlaku sama terhadap bintang-bintang di alam semesta dan sistem-sistem planit mereka. Matahari itu sendiri ber-rotasi, berputar, secara lengkap, dalam kira-kira 26 hari. Planit-planit itu semua bergerak mengelilingi Matahari didalam suatu cyclus yang hampir sempurna. Sistem-sistem itu berkeadaan sangat teratur, harmonis dan bermakna. Didalam sistem galactic alam semesta, beberapa hari planit-planit itu menjadi arena kehidupan yang memiliki makhluk-makhluk yang intelligent, seperti yang terdapat didalam dunia kita pada sistem Tata Surya kita ini. Mereka itu haruslah memiliki temperatur dan atmosfeer yang tepat sama seperti yang menjadi persyaratan dari kehidupan yang kita kenal.
Sebuah naskah kuno India menceriterakan kepada kita tentang adanya sekelompok kecil makhluk, yang datang ke Bumi kita, ribuan tahun yang lampau, yang datang dengan kendaraan dari logam, yang mengitari Bumi beberapa kali, sebelum mendarat. Menurut naskah kuno tersebut, makhluk-makhluk dari luar Bumi kita, itu hidup menyendiri, dan memperoleh penghormatan yang besar dari penduduk Bumi. Bahkan hingga sekarang benda-benda terbang yang tidak diketahui identifikasinya, yang dikenal dengan istilah U.F.O. (= Unidentified flying objects) kadang-kadang dapat dilihat di angkasa di seluruh dunia. Beberapa orang mempercayai bahwa benda-benda yang tidak dikenal itu membawa makhluk-makhluk yang sangat tinggi intelligensinya, yang berasal dari planit-planit lain, sedang beberapa orang lainnya tidak mempercayainya dan mempermasalahkannya.
Dr. Harlow Shapley dan Dr. Edward Purcell, darl Universitas Harvard, percaya bahwa ada seratus juta planit pada Galaxy Bima Sakti kita saja, itu dihuni oleh makhluk-makhluk yang berintelligensi tinggi. Professor Gamov dari Universitas Colorado, juga berpendapat yang sama. Professor Hoyle dari Universitas Cambridge dan juga Dr. Stephen H. Doyle dari Rand Corporation, Amerika Serikat, menerangkan didalam bukunya yang berjudul “Habitable Planets for Man” (= “Planit-Planit yang dapat dihuni oleh Manusia”), bahwa didalam galaxy kita sendiri terdapat kira-kira 640.000.000 planit-planit yang kehidupannya seperti di Bumi kita, dan mereka juga menerangkan bahwa terdapat bilyunan galaxy-galaxy lainnya di alam semesta ini (sehingga tentunya jumlah planit-planit yang dapat dihuni makhluk, itu jumlahnya luar biasa banyaknya!).
Dr. John Taylor-lah, – seorang Professor Mathematika pada King’s College, London-, yang mempertahankan pendapatnya bahwa didalam galaxy kita, yang bernama Bima Sakti, ini sendiri, terdapat jutaan planit yang dihuni oleh makhluk yang intelligensinya tinggi, bahkan proporsi yang memiliki makhluk yang intelligensinya lebih tinggi dari kita, manusia di Bumi ini, lebih banyak.” Agama Buddha menyetujui pendapat yang demikian itu.
Professor Carl Sagan dari Observatory-nya Universitas Harvard, dan Dr. I.S. Shklovskii dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, berpendapat bahwa adalah masuk akal suatu anggapan atau perkiraan yang mengatakan bahwa mungkin terdapat sebanyak kira-kira 1.000.000 planit didalam galaxy kita, yang tidak hanya memiliki kehidupan, tetapi juga memiliki makhluk-makhluk yang berintelligensi tinggi, bahkan telah memiliki kebudayaan atau peradaban yang sangat maju. Beliau, bahkan juga mengagumi pendapat yang mengatakan bahwa mungkin makhluk yang telah sangat tinggi intelligensinya, itu di masa yang lampau, pernah datang di Kerajaan Babylonia Kuno, dan mempengaruhi mythe, atau ceritera-ceritera ajaib, yang sekarang dipunyai oleh Kebudayaan Babylonia, yang dengan demikian dapat kita katakan bahwa Kebudayaan Babylonia itu dicipta oleh makhluk non-manusia, yang telah memiliki ilmu pengetahuan yang sangat tinggi.
Oleh karena itu, kita memperoleh referensi, yang berkaitan dengan kisah para “Brahma Deva“, yang berasal dari planit-planit lain, yang datang ke Bumi kita ini, untuk menolong orang-orang yang sangat membutuhkan pertolongan, misalnya tokoh para Bodhisattva. Kisah tentang para “Deva” yang keadaannya sama seperti yang diceriterakan diatas itu, yang mengunjungi Bumi kita, untuk mendengarkan ajaran Buddha Dhamma, serta yang telah sangat menghormati Sang Buddha, menjelang dan sesudah Sang Buddha mencapai Kesadaran Parinibbhana, oleh para penganut Agama Buddha, tidak dianggap sebagai ceritera non-sense, atau khayal belaka, tetapi dianggap benar-benar terjadi, dianggap sebagai suatu kenyataan. Pun kisah tentang kunjungan Sang Buddha ke Surga Tusita, untuk memberi khotbah tentang Buddha Dharma, kepada Ibundanya Sang Buddha, yang bernama Devi Mahamaya, itu juga dipercayai oleh umat Buddha, sebagai hal yang benar-benar terjadi, dan masuk akal.
REFERENSI
– Gamow, George | The Creation Of the Universe, Penerbitan Bantam Book, N.Y. 1969. |
– Garland, Kenneth. W | The Inhabited Universe, Penerbitan : Primier Book, N.Y. 1956. |
– Hoyle, Fred | The Nature Of Universe Penerbitan : Signet Book, N.Y. & London,1954 |
– Jayatilleke, K.N. | Buddhism and Science Penerbitan : B.P.S. Ceylon, 1960 |
– Shklevakii, I.S. & Carll Sagan | Intelligent Life in the Universe. Penerbitan : Holden Day, USA, 1960. |
– Taylor, John | “Cosmology” Penerbitan : B.B.C. Listener, June, 15 th. 1972 P. 789. |