J.K. ROWLING DAN AJARAN BUDDHA
Lengkap sudah serial kisah ajaib penyihir Harry Potter, semenjak diterbitkannya buku ketujuhnya yaitu “Harry Potter and the Deathly Hallows” (Relikui Kematian). J.K. Rowling (Joanne Kathleen Rowling) adalah tokoh yang memegang peranan paling penting di balik kesuksesan seri Harry Potter. Setelah menciptakan Harry Potter, ia menjadi wanita terkaya di Inggris.
Padahal, sebelumnya ia hidup terlunta-lunta dengan masa depan tak pasti. Jutaan orang jatuh cinta pada karyanya, Harry Potter. Jutaan orang membaca bukunya berulang-ulang. Jutaan orang histeris menantikan kisahnya setiap tahun. Siapa sangka wanita seperti J.K. Rowling harus melalui masa-masa hidup yang sulit sebelum ia mendapatkan kesuksesan. Ibu tercintanya meninggal ketika ia masih remaja. Pernikahannya juga pernah gagal dan ia sendirian harus menghidupi anaknya. Bahkan ia sempat menjadi seorang warga miskin yang mendapat santunan dari pemerintah. Seri pertama Harry Potter juga pernah sempat ditolak oleh sejumlah penerbit. Memikirkan apa makna hidup ini membuat J.K. Rowling sangat menyukai kata-kata Sang Buddha mengenai kebenaran akan penderitaan.
Dalam sebuah wawancara dengan The Times (3 Juni 2000), J.K. Rowling mengatakan, “Semua orang menginginkan kehidupan yang mudah. Tak diragukan lagi hal ini memang benar. Tapi, kalian tahu tentang Empat Kebenaran Mulia yang diajarkan oleh Buddha: yang pertama adalah ‘Hidup ini adalah penderitaan (Dukkha Ariyasacca)‘. Aku sangat menyukai kata-kata itu. Aku suka sekali kata-kata Buddha tersebut. Karena kupikir itu BENAR. Kehidupan memang tidaklah mudah. Namun karena penderitaan itulah yang akan membantu kita dalam mendapatkan kebahagiaan. Mengetahui tentang kebenaran tersebut membantu kita semua dalam menenangkan kekacauan hidup. Lalu ajaib sekali, engkau akan menemukan jalanmu kembali.” J.K. Rowling ingin menyampaikan pada kita bahwa kita harus mau dan siap menderita untuk berkembang. Karena J.K. Rowling sendiri telah mengalami berbagai macam penderitaan dalam hidupnya, namun karena penderitaan itulah, maka buku Harry Potter yang sekarang ini ada!
Menurut Rowling, tanpa perceraian dengan suami pertamanya, mungkin kisah Harry Potter tak akan pernah ada.”Sesungguhnya, buku ini hanya bercerita tentang kekuatan imajinasi. Yang dilakukan Harry adalah mengembangkan seluruh potensi dirinya. Dunia sihir hanyalah analogi yang kugunakan. Meski sihir dan mantra ajaib menguasai seluruh cerita, pada akhirnya buku ini mengungkapkan keinginan manusia yang paling dalam untuk menjadi pribadi yang unik dan istimewa, kebutuhan manusia akan persahabatan sejati dan menjalin hubungan yang akrab dengan makhluk lain, serta kemampuan manusia melihat kekuatan sebuah kebaikan ketika melawan kejahatan,” demikian tegas Rowling.Tak diragukan lagi Rowling telah melalui masa-masa gelapnya dan menggapai sukses lewat tujuh seri Harry Potter. Tampaknya Rowling juga memahami Kebenaran Mulia keempat yaitu: “Ada akhir dari penderitaan (Dukkhanirodha-ariyasacca)“.
Catatan:
Kita adalah penggemar Harry Potter, sedang J.K Rowling adalah penggemar Empat Kebenaran Mulia (Empat Kesunyataan Mulia) Ajaran Buddha. Jelaslah kini, Empat Kebenaran Mulia inilah intisari kisah Harry Potter. Sungguh mulia, J.K. Rowling telah membabarkan ajaran mulia yang dikemas dalam kisah yang menarik dan bermanfaat bagi jutaan pembacanya di seluruh pelosok dunia, dan semua itu berlangsung tanpa atribut keagamaan. Inilah penerapan Dharma yang sejati! Inilah Dharma yang nyata dan hidup di tengah-tengah kita semua!
Sumber: Internet