Kathina Awal Perubahan Perilaku
Telah menjadi kebiasaan sejak jaman Sang Buddha bahwa dalam satu tahun sekali para umat Buddha memiliki kesempatan mempersembahkan empat kebutuhan pokok para bhikkhu. Kesempatan mengembangkan kebajikan ini dikenal sebagai “Masa Kathina”. Seperti telah diketahui bersama bahwa ‘Kathina’ adalah nama salah satu bulan dalam penanggalan Buddhis. Bulan Kathina tiba setelah para bhikkhu melaksanakan masa vassa selama tiga bulan penuh. Masa vassa berarti masa penghujan. Dalam tradisi Buddhis, usia kebhikkhuan diketahui dari masa vassa yang sudah dilewati. Jadi, seorang bhikkhu yang berusia lima vassa bermakna ia telah lima tahun menjadi bhikkhu. Masa vassa biasanya berlangsung mulai bulan purnama pada bulan Juli sampai dengan bulan purnama pada bulan Oktober. Kemudian, masa Kathina berlangsung selama satu bulan penuh mulai bulan purnama pada bulan Oktober sampai dengan bulan purnama pada bulan November.
Pada masa Kathina, para umat dan simpatisan Buddhis secara berkelompok atau sendiri datang ke vihara untuk mempersembahkan empat kebutuhan pokok para bhikkhu. Adapun keempat kebutuhan pokok yang dimaksudkan disini adalah kebutuhan akan pakaian, makanan, tempat tinggal serta sarana kesehatan atau obat-obatan. Kiranya telah dimengerti bersama bahwa keempat kebutuhan pokok tersebut bukan hanya kebutuhan para bhikkhu saja melainkan juga merupakan kebutuhan hidup setiap orang. Bahkan kebanyakan masyarakat sering menyebutkan keempat kebutuhan pokok itu sebagai kebutuhan primair yang tidak bisa ditinggalkan.
Kebutuhan pokok para bhikkhu sangatlah sederhana. Kebutuhan akan pakaian diwujudkan dalam tiga lembar jubah kebhikkhuan. Kebutuhan makanan para bhikkhu pada umumnya dua kali sehari sebelum tengah hari yaitu pukul 07.00 dan pukul 11.00. Kebutuhan tempat tinggal para bhikkhu dapat berupa gubuk sederhana di tengah hutan maupun satu ruangan di vihara atau disebut kuti yang tidak pernah menjadi milik pribadi bhikkhu yang bertempat tinggal di sana . Sedangkan kebutuhan sarana pengobatan dapat berbentuk pengobatan kedokteran modern, tradisional, bahkan sesuai dengan tradisi kebhikkhuan yaitu therapi urine atau pengobatan dengan menggunakan urine sendiri.
Menjelang upacara Kathina, para umat dan simpatisan Buddhis mulai mempersiapkan berbagai keperluan untuk persembahan dana Kathina. Mereka mulai memikirkan dengan baik bahkan sampai hal yang terkecil berbagai persembahan Kathina. Upaya seperti ini mungkin berlangsung selama beberapa hari, minggu bahkan bulan sebelum acara Kathina. Tentu telah diketahui bersama bahwa ketika seseorang sedang berpikir tentang kebaikan, dalam pengertian Dhamma, ia disebut telah melakukan perbuatan baik. Ia telah ber-kamma baik. Dengan demikian, pada saat mempersiapkan dana Kathina, seseorang dikondisikan memiliki banyak kesempatan berpikir, bertindak dan berbicara tentang berbagai hal baik. Kiranya akan lebih bijaksana apabila pengembangan kebajikan dengan badan, ucapan dan pikiran ini juga dilakukan di luar masa Kathina. Artinya, masa Kathina hanyalah serupa masa latihan. Namun, hal nyata dalam pengembangan kebajikan dapat dilakukan selama sebelas bulan lainnya di luar masa Kathina. Dengan perkataan lain, umat Buddha hendaknya mampu selalu mengembangkan pikiran, ucapan dan perbuatan baik setiap saat, bukan hanya satu bulan di masa Kathina saja.
Demikian pula masa Kathina yang diijinkan Sang Buddha berlangsung selama satu bulan penuh itupun dapat bermakna positif. Bahwa seseorang dalam mengembangkan kebajikan melalui badan, ucapan dan pikiran, hendaknya dilakukan untuk waktu yang lama. Ia sudah seharusnya selalu berbuat baik bukan hanya sehari dua hari saja di waktu perayaan Kathina, melainkan untuk waktu sangat lama. Jika memungkinkan, berbuatlah baik setiap saat untuk selamanya.
Pada saat upacara perayaan Kathina, umat maupun simpatisan Buddhis akan datang secara berkelompok atau sendiri ke vihara terdekat. Mereka biasanya mempersembahkan dengan kedua tangan sendiri dana Kathina tersebut. Proses upacara Kathina seperti ini selain mengkondisikan mereka berbuat kebaikan dengan badan, ucapan serta pikiran, persembahan dengan kedua tangan sendiri juga akan membangkitkan sifat perhatian serta kerelaan berkorban kepada orang yang sedang dibantu. Pengertian ini timbul karena dalam masyarakat cukup banyak orang yang mampu membantu mereka yang membutuhkan namun orang-orang ini tidak ingin terjun langsung ke masyarakat yang kurang mampu. Mereka cenderung menitipkan bantuan kepada orang lain. Tindakan menitipkan bantuan ini memang tidak salah, namun dari sudut pandang Dhamma, tindakan itu akan mengurangi kesempatan untuk lebih mempunyai perhatian kepada mereka yang membutuhkan.
Tentang dana Kathina, barang yang dipersembahkan pastilah harus sesuai dengan kebutuhan para bhikkhu. Misalnya, kebutuhan pakaian tentu bukan berbentuk jas, melainkan jubah kebhikkhuan. Adanya jenis barang yang disesuaikan dengan si penerima ini menjadi suatu latihan pula. Latihan untuk membiasakan seseorang ketika hendak memberikan bantuan, ia haruslah memikirkan kebutuhan serta kebahagiaan orang yang akan menerimanya. Ia hendaknya tidak hanya memikirkan kebutuhan atau kebahagiaan sendiri saja. Dengan memikirkan kebahagiaan fihak lain, ia sesungguhnya sedang ‘menanam’ benih kebahagiaan yang tentunya suatu saat akan membuahkan kebahagiaan untuk diri sendiri. Jadi, persembahan dana Kathina menjadi sarana berlatih mengembangkan pikiran baik agar seseorang lebih sering berupaya membahagiakan fihak lain.
Persembahan dana Kathina juga menjadi sarana untuk perenungan. Para umat dan simpatisan Buddhis, ketika masa Kathina rela datang dan berbagi kebahagiaan dengan para bhikkhu yang mungkin mereka kenal baik. Namun, mereka mungkin juga menjumpai para bhikkhu yang mereka tidak kenal sama sekali. Namun, sikap baik dan kerelaan berdana mereka tidak akan berubah terhadap bhikkhu yang telah mereka kenal ataupun tidak. Kiranya sikap mental yang baik ini menjadi satu titik awal untuk para umat serta simpatisan Buddhis agar selalu meningkatkan perhatian kepada orang-orang di sekitar, khususnya, kepada mereka yang telah dikenal baik. Mereka hendaknya merenungkan, kepada para bhikkhu yang kurang dikenal pun mereka mampu berbuat baik, apalagi kepada mereka yang telah dikenal baik seperti orangtua, sanak keluarga, rekan kerabat bahkan semua mahluk yang ada di sekitarnya. Dengan selalu mengembangkan pikiran untuk melakukan kebajikan demi membahagiakan lingkungan, maka seseorang akan menjadi sumber kebahagiaan pada lingkungan tempat ia tinggal maupun diri sendiri. Ia menjadi orang yang dapat selalu memanfaatkan setiap saat dalam hidupnya untuk mengembangkan kebajikan melalui badan, ucapan dan pikiran.
Dengan demikian, masa Kathina menjadi masa untuk berlatih memberikan perhatian, mengembangkan kebajikan dengan badan, ucapan serta pikiran. Kemudian, seusai masa Kathina, para umat serta simpatisan Buddhis hendaknya terus mengembangkan perhatian dan kebajikan itu kepada masyarakat di sekitar tempat mereka tinggal. Ia hendaknya mampu mewujudkan kebahagiaan untuk semua mahluk di sekitarnya. Dengan demikian, Kathina bukan hanya sekedar upacara ritual keagamaan. Kathina menjadi awal perubahan perilaku untuk lebih memberikan manfaat dan kebahagiaan kepada lingkungan.
Sesungguhnya, Ajaran Sang Buddha selalu bertujuan untuk mengubah pola pikir agar seseorang berperilaku lebih baik dan bertambah baik dalam setiap pelaksanaan Dhamma yang ia lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan, semakin lama seseorang mengenal Ajaran Sang Buddha, semakin baik pula perilakunya. Upacara Kathina adalah salah satu dari upaya perbaikan kualitas mental agar sesuai Ajaran Sang Buddha.
Selamat Kathina 2551 / 2007
Semoga semua mahluk selalu berbahagia.