Namo Buddhaya
Siang tadi, 7 Februari 2010, saya sempat menghadiri Talkshow ‘Keseimbangan Lahir & Batin untuk Kesehatan’, dimana pembicaranya adalah Y.A Bhante Uttamo Mahathera dan Dr. Eka, serta dimoderatori oleh Pak Toni Yoyo. Seperti biasa, saya ingin berbagi sedikit pencerahan yang saya dapatkan selama talkshow itu. Semoga bermanfaat bagi teman-teman semua 🙂
Talkshow itu dibuka dengan pengenalan profil-profil dari pembicara dan moderator itu sendiri. Saya cukup terkesan dengan prestasi Dr. Eka yang terus terang belum saya kenal sebelumnya. Ternyata dokter ini adalah salah satu ahli bedah tulang otak terbaik sedunia! dengan jumlah pasien sekitar 600 orang/tahun.
Ada beberapa poin yang ingin saya ceritakan disini. (memang tidak semua, karena cukup banyak masalah kesehatan yang dibahas selama talkshow itu, saya sendiri tidak mencatat semuanya..hehe..).
Membicarakan mengenai Keseimbangan Lahir & Batin untuk Kesehatan, Dr. Eka menanyakan dimanakah batin itu? dari penjelasan Dr. Eka yang berupa presentasi yang sangat menarik, disimpulkan bahwa batin itu adanya di otak. Karena sumber kehidupan/nyawa manusia terletak di tulang otak. Oleh karena itu, otak kita harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan penjelasan oleh Bhante Uttamo cukup berbeda. Bhante menjelaskan, lahir (badan) dan batin adalah dua komponen yang berbeda. Badan adalah jasmani kita, sedangkan Batin sendiri terdiri dari perasaan, pikiran, ingatan, dan kesadaran. Jadi, apabila kita ingin batin kita sehat, kita harus tahu bagaimana cara menyenangkan batin kita.
Berikut adalah 5 tips yang dibagikan Bhante mengenai cara menyenangkan batin:
1. Melihat hidup dari segi positif,
Yaitu dengan mengubah pola pikir kita. Batin harus tahu bagaimana cara mendapatkan kebahagiaannya Salah satu penghalang untuk mendapatkan kebahagiaan itu adalah ‘keinginan yang tidak sesuai dengan kenyataan’.
Keinginan yang tidak sebanding dengan kenyataan dapat mengakibatkan penderitaan. Ketika terdapat penderitaan itu, maka batinpun menjadi tidak sehat. Oleh karena itu, kita harus mampu mengendalikan keinginan kita dengan cara:
1.a. Berkompromi dengan keinginan kita;
ketika apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, kita harus mampu menerima kenyataan itu, dengan begitu keinginan dan kenyataanpun dapat menjadi seimbang.
1.b. Berkompromi dengan waktu dan perjuangan;
ketika kita bersungguh-sungguh ingin mencapai keinginan itu, kita dapat meningkatkan potensi diri kita sendiri dengan perjuangan yang lebih giat pula, selain itu, kita harus berkompromi dengan waktu yang kita tempuh untuk mencapai itu, apabila kita gagal untuk pertama kali, hendaknya kita terus berusaha di waktu selanjutnya sampai kita mencapai keinginan itu. Seperti halnya Dr. Eka yang telah menjadi seorang Neurologist hebat yang dikarenakan jam terbangnya yang sudah cukup lama sehingga ia mampu menjalankan perannya sebagai dokter dengan baik.
2. Membedakan kebutuhan dengan keinginan.
Pada presentasi Dr. Eka ditunjukkan bahwa dalam otak wanita, hal yang paling banyak dipikirkan adalah SHOPPING (ahh gak jugaa.. hehe..), sedangkan Pak Tony Yoyo sebagai moderator menambahkan bahwa yang ada di dalam otak pria adalah rasa tanggung jawab, perhatian, dll (ahh ini juga bisa-bisaannya dia aja..hahaha..). Ketika kita tidak mampu membedakan kebutuhan dengan keinginan, maka penderitaanlah yang muncul. Sebagai contoh, Bhante menceritakan pengalaman beliau ketika didatangi seorang umat.
Umat: Bhante, saya pusing..
Bhante Uttamo: Loh, kok pusing malah cari saya? harusnya cari Dr. Eka dong (hahaha..bener juga ya)
Umat: Saya pusing, Bhante. Anak saya sampai sekarang masih jomblo.. gimana yah?
Bhante: Ya SAMA sama saya.. saya kan juga jomblo.. (hahaha.. ) Ibu kenapa mesti membuat penyakit turunan? Lah kalau Ibu sekarang pusing anaknya gak punya jodoh, lalu nanti udah punya menantu, anak Ibu juga pusing anaknya lagi gak punya jodoh, dan seterusnya.. apa itu bukan membuat pernyakit turunan?
Itulah ilustrasi yang diberikan Bhante mengenai kebutuhan dan keinginan. Kadangkala kita merasa mendapatkan pasangan hidup adalah sebuah kebutuhan, akan tetapi bisa jadi itu hanyalah sebuah keinginan saja.
3. Menjaga makanan yang masuk
Intinya, tidak makan makanan yang mutunya buruk, seperti contoh sekarang sedang marak makanan yang dimasak dengan ‘minyak daur ulang’ yang sebenarnya itu adalah OLI MOBIL yang ‘didaur ulang’ menjadi minyak goreng. Hendaknya kita berhati-hati dalam memilih makanan. Bahkan ketika kita makan makanan yang paling bergizi sekalipun, hendaknya tidak makan berlebihan, karena meskipun makanannya baik, tapi kalau dikonsumsi berlebihan pun dapat menimbulkan penyakit, gunakan prinsip MAKAN UNTUK HIDUP, bukan HIDUP UNTUK MAKAN, begitu kata Bhante.
4. Mampu menggunakan waktu dengan bijaksana
Terlalu banyak bekerja dan kurang beristirahat juga dapat menimbulkan penyakit macam-macam. Sebaliknya, terlalu banyak tidur-tiduran dan tidak bekerja juga sudah pasti tidak baik.
5. Mampu mengendalikan indrianya
Caranya dengan memasukkan hal-hal yang positif untuk diterima indera kita. Hindari hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti mendengar gosip, dan sebagainya yang membuat kita menjadi stress, termasuk juga dengan menjaga pikiran kita. Caranya adalah dengan belajar HIDUP PADA SAAT INI. Karena masa lalu adalah kenangan, dimana kita pernah hidup, tapi tidak hidup lagi. Mada depan adalah impian, kita hidup, tapi juga belum tentu hidup. Jadi, hidup yang terpenting adalah pada SAAT INI.
Demikianlah 5 tips yang diberikan Bhante kepada kita untuk mendapatkan kebahagiaan batin.
Memasuki sesi tanya jawab, ada beberapa poin yang menarik juga yang ingin saya bagikan disini.
• Objek meditasi apa yang cocok untuk menenangkan pikiran?
-> Batin dan badan kita tidak boleh terpisah. Kondisi batin dan badan kita harus ada pada SAAT INI. Contoh kondisi batin dan badan yang terpisah adalah ketika kita mau tidur. Badan kita sudah di tempat tidur, tapi pikiran kita tidak! pikiran melayang-layang ke masa lalu atau ke masa depan. Itulah saat badan dan batin terpisah. Meditasi berfungsi untuk menyatukan batin dan badan kita. Bhante menyarankan untuk meditasi yang mengambil objek pernafasan, karena tidak repot dan bisa dilaksanakan dimana saja, kapan saja.
• Dimana letak pikiran/batin itu?
-> Penjelasan dari Dr. Eka: batin dan pikiran letaknya di otak kita.
-> Penjelasan dari Bhante Uttamo: pikiran adalah bagian dari batin (seperti yang tadi sudah dibahas batin terdiri dari: perasaan, pikiran, ingatan, dan kesadaran). Ketika kita melakukan sesuatu, akan timbul kesadaran pada sesuatu itu, seperti contoh angin; darimana sumbernya angin? dimana sarang anginnya? ketika daun bergoyang-goyang, kita akan menyadari kalau ada angin yang sedang bertiup, seperti itulah ilustrasinya. Hasil dari pikiran kita yang menjadi perbuatan itulah yang menciptakan kesadaran baru akan perbuatan itu.
• Sekarang banyak orang yang bunuh diri, bagian mana yang sakit duluan? kepalakah? badankah? pikiran?
-> Penjelasan dari Dr. Eka: tidak semua orang yang bunuh diri itu akibat dari stres. Ada orang yang bunuh diri karena stres, namun ada juga yang tidak. Itu dikarenakan ada orang yang mengalami penurunan sel otak yang menyebabkan orang itu gampang bunuh diri.
-> Penjelasan dari Bhante Uttamo: Orang yang bunuh diri adalah orang yang tidak menyadari betapa berharganya kehidupan. Karena kebahagiaan itu timbul dari cara berpikir kita. Bhante juga mengatakan bahwa kematian itu tidak perlu ditunggu, kematian itu akan datang sendiri juga kok, gak perlu dijemput (haha..) Orang yang melakukan bunuh diri, di dalam Dhamma dijelaskan akan menghadapi 500 kali kehidupan yang dijalankan dengan bunuh diri terus menerus, selain itu juga sudah pasti akan lahir di alam menderita akibat pikirannya yang menderita juga. Oleh karena itu, kebahagiaan kita timbul dari cara berpikir kita.
• Mengenai manusia vegetatif
(sebelumnya dijelaskan oleh Dr. Eka bahwa ada satu kondisi dimana otak manusia telah mati, akan tetapi organ-organ tubuh lainnya seperti jantung dll masih bekerja, kondisi ini dinamakan vegetatif – seperti tanaman saja. Dr. Eka menyatakan bahwa manusia vegetatif seperti ini adalah manusia yang telah mati, tidak ada jiwanya lagi) dikatakan oleh Dr. Eka bahwa orang yang sudah vegetatif itu adalah orang yang sudah mati, bagaimana menurut Bhante, apakah orang tersebut masih memiliki kesadaran?
-> Di dalam Dhamma dijelaskan, kondisi manusia apabila sudah divonis mati oleh dokter, maka kemungkinan besar ia sudah mati. Akan tetapi ada kasus dimana ketika dinyatakan bahwa seseorang itu sudah mati, akan tetapi 2 jam kemudian dia bangkit lagi, maka orang itu sebenarnya belum mati, karena ia belum berpindah alam. Jadi selama masih ada organ yang bekerja, dinyatakan bahwa orang itu masih memiliki kesadaran/masih hidup.
Demikianlah yang bisa saya ceritakan dari pengalaman yang luar biasa mengikuti Talkshow ini. Semoga bermanfaat bagi teman-teman semua. Apabila terdapat kekurangan/kesalahan mohon dimaklumi.
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca pesan ini.
Namo Buddhaya 🙂
Sumber :
Pengirim : Facebook : Intan Sari (YOGES)