Nama-Nama Orang Suci : V

Nama-nama Buddhis – V

VISAKHA – Anagami :

Lihat cerita DHAMMADINNA.

Cerita VISAKHA yang lain – Sotapatti :

Lihat cerita MIGARA.

Cerita VISAKHA yang lain – Sotapatti :

Lihat cerita CANDAPADUMA.

VAKKALI – Arahatta :

Vakkali adalah seorang brahmana yang tinggal di Savatthi. Suatu hari ia melihat Sang Buddha berpindapatta di dalam kota. Ia sangat hormat dan sangat terkesan dengan kemuliaan Sang Buddha. Ia mohon untuk diterima dalam pasamuan bhikkhu agar selalu dekat dengan Sang Buddha. Vakkali tidak memperhatikan tugas kewajibannya sebagai bhikkhu dan tidak berlatih meditasi. Karena itu Sang Buddha berkata kepadanya, Vakkali, tidak akan bermanfaat bagimu yang selalu dekat dengan-Ku, memperhatikan wajah-Ku. Kamu harus berlatih meditasi, sebab hanya ia yang melihat Dhamma akan melihat Saya. Ia yang tidak melihat Dhamma tidak akan melihat Saya.” Ketika mendengar kata-kata itu Vakkali sangat tertekan. Ia meninggalkan Sang Buddha dan memanjat bukit Gijjhakuta untuk bunuh diri dengan meloncat dari puncak bukit. Sang Buddha mengetahui kesedihan dan keputusasaan Vakkali, oleh karena itu Sang Buddha mengirimkan bayangan Beliau kepada Vakkali, membuat seolah-olah Beliau berada dihadapannya. Ketika Sang Buddha berada dekat di hadapannya, segera Vakkali melupakan segala kesedihannya, ia menjadi sangat gembira dan yakin.

Pada kejadian ini Sang Buddha membabarkan syair :

Dengan penuh kegembiraan dan penuh keyakinan terhadap Ajaran Sang Buddha, seorang bhikkhu akan sampai pada keadaan damai ( nibbana) disebabkan oleh berakhirnya semua ikatan.

( Dhammapada XXV , 22 )

Vakkali mencapai tingkat kesucian Arahatta setelah khotbah Dhamma berakhir.

VANGISA- Arahatta :

Di Rajagaha terdapat seorang brahmana bernama Vangisa, dengan cara sederhana ia mengetuk-ngetuk tengkorak manusia yang telah meninggal dan dia akan mengetahui dimana orang tersebut dilahirkan kembali. Para brahmana membawa Vangisa menuju banyak desa, dan orang-orang yang mencari informasi dimana saudaranya dilahirkan kembali, harus membayarnya. Pada suatu kesempatan, Vangisa dan kelompoknya datang ke suatu tempat yang tidak jauh dari Vihara Jetavana. Para brahmana mengundang orang-orang untuk datang menemui Vangisa dengan mengatakan bahwa Vangisa dapat mengetahui saudara mereka yang sudah meninggal dilahirkan kembali dimana. Para pengikut Sang Buddha mengatakan bahwa guru mereka adalah satu-satunya yang tanpa saingan, Ia adalah satu-satunya Yang Telah Mencapai Pencerahan. Ketika para brahmana mendengar perkataan itu, mereka lalu membawa Vangisa menuju Vihara Jetavana untuk bertanding dengan Sang Buddha. Sang Buddha mengetahui maksud kedatangan mereka, lalu Beliau memerintahkan para bhikkhu untuk membawa tengkorak dari seseorang yang terlahir di alam neraka, terlahir di alam binatang, terlahir di alam dewa dan seorang arahanta. Kepada Vangisa diperlihatkan tengkorak-tengkorak itu, dia dapat mengetahui dimana pemilik keempat tengkorak itu dilahirkan, tapi ketika ia menuju ke tengkorak seorang Arahanta, ia kehilangan jejak. Kemudian Sang Buddha berkata, “Vangisa, tidakkah engkau tahu ? Aku tahu dimana pemilik tengkorak ini berada.” Vangisa lalu minta Sang Buddha untuk memberinya mantra gaib yang harus diketahuinya, tetapi Sang Buddha mengatakan bahwa mantra itu hanya dapat diberikan kepada seoarng bhikkhu, maka Vangisa menjadi seorang bhikkhu. Sebagai seorang bhikkhu ia dianjurkan oleh Sang Buddha untuk merenungkan tiga puluh dua unsur pokok dari tubuh. Vangisa dengan tekun melatih meditasi seperti yang dianjurkan oleh Sang Buddha dan mencapai tingkat kesucian Arahatta pada waktu yang singkat.

Ketika para bhikkhu yang lain tidak percaya bahwa Vangisa telah mencapai tingkat kesucian Arahatta, maka Sang Buddha berkata, “Para bhikkhu ! Vangisa benar-benar mengetahui kematian dan kelahiran kembali makhluk-makhluk.”

Pada kejadian ini Sang Buddha membabarkan syair :

Seseorang yang telah memiliki pengetahuan sempurna tentang timbul dan lenyapnya makhluk-makhluk, yang telah bebas dari ikatan, telah pergi dengan baik (Sugata) dan telah mencapai Penerangan Sempurna, maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.

Orang yang jejaknya tak dapat dilacak, baik oleh para dewa, gandarwa, maupun manusia, yang telah menghancurkan semua kekotoran batin dan telah mencapai kesucian (arahanta), maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.

( Dhammapada XXVI , 37 – 38 )