Nama-Nama Orang Suci : U

Nama-nama Buddhis – U

UPPALAVANNA – Arahatta :

Seorang hartawan mempunyai putri yang sangat cantik dengan wajah sangat lembut dan manis yang bernama Uppalavanna. Banyak pemuda yang ingin melamarnya, tetapi ia memutuskan untuk menjadi bhikkhuni. Suatu hari ia menyalakan sebuah lampu, lalu ia memusatkan pikirannya pada nyala lampu dan bermeditasi dengan obyek api, sehingga ia mencapai pandangan terang magga dan akhirnya mencapai kesucian tingkat Arahatta. Pada waktu ia keluar untuk berpindapatta, Nanda (putra pamannya) datang dan memukul-mukulkan dirinya ke bawah tempat duduk Uppalavanna karena ia telah jatuh cinta kepada Uppalavanna sebelum menjadi bhikkhuni, setelah puas, ia meninggalkan Uppalavanna, segera setelah ia melangkahkan kakinya ke tanah, tanah itu langsung membelah dan ia masuk ke dalamnya akibat dari perbuatannya mengganggu orang suci.

Mendengar kejadian itu, Sang Buddha membabarkan syair :

Selama buah dari suatu perbuatan jahat belum masak, maka orang bodoh akan menganggapnya manis seperti madu; tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak, maka ia akan merasakan pahitnya penderitaan.

( Dhammapada V , 10 )

Beberapa orang mencapai tingkat kesucian Sotapatti setelah khotbah Dhamma berakhir.

UTTARA – Sotapatti :

Pada suatu hari Uttara Theri yang berusia 120 tahun berjalan kembali dari berpindapatta. Ia bertemu dengan seorang bhikkhu, dan memohon untuk menerima persembahan dana makanannya. Tanpa pertimbangan, bhikkhu tersebut menerima semua dana makanannya, sehingga Uttara pergi tanpa membawa makanan. Hal yang sama terjadi selama tiga hari berturut-turut sehingga Uttara Theri tidak makan dan tubuhnya menjadi lemas. Pada hari keempat, ketika ia dalam perjalanan berpindapatta, ia bertemu Sang Buddha, lalu ia menghormat kepada Beliau, kemudian berjalan mundur dan tak sengaja ia menginjak jubahnya sendiri lalu ia terjatuh dan kepalanya terluka. Sang Buddha mendekati Uttara, dan berkata, “Tubuhmu telah menjadi sangat tua dan lemah, akan segera hancur dan binasa.”

Pada kejadian ini Sang Buddha membabarkan syair :

Tubuh ini benar-benar rapuh, sarang penyakit dan mudah membusuk. Tumpukan yang menjijikkan ini akan hancur berkeping-keping. Sesungguhnya, kehidupan ini akan berakhir dengan kematian.

( Dhammapada XI , 3 )

Uttara Theri mencapai tingkat kesucian Sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.

Cerita UTTARA yang lain Sotapatti:

Seekor raja naga yang bernama Erakapatta dalam salah satu kehidupannya yang lampau adalah seorang bhikkhu pada masa Buddha Kassapa. Karena gelisah, ia telah melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil dan ia terlahir sebagai seekor naga, sebagai seekor naga ia menunggu munculnya seorang Buddha baru.. Erakapatta mempunyai putri yang sangat cantik, maka ia memanfaatkannya untuk tujuan menemukan Sang Buddha. Dua kali dalam sebulan putrinya menari di udara dan mengumandangkan pertanyaan-pertanyaan. Siapa yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu berhak memperistri putrinya. Suatu hari Sang Buddha melihat seorang pemuda yang bernama Uttara dalam perjalanan untuk bertemu dengan putri Erakapatta. Sang Buddha menghentikannya dan mengajari bagaimana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ketika sedang diberi pelajaran, Uttara mencapai tingkat kesucian Sotapatti, dan ia tidak lagi memiliki keinginan terhadap putri Erakapatta. Uttara pergi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan demi kebaikan semua mahluk. Putri Erakapatta memberikan empat pertanyaan dan dijawab dengan benar oleh Uttara sesuai yang diajarkan oleh Sang Buddha. Ketika Erakapatta mendengar jawaban-jawaban itu, ia tahu bahwa seorang Buddha telah muncul di dunia., sehingga ia minta kepada Uttara untuk diantarkan menghadap Sang Buddha. Setelah bertemu dengan Sang Buddha, Erakapatta menceritakan tentang dirinya, dan bagaimana sampai ia terlahir sebagai seekor naga. Maka Sang Buddha mengatakan kepada sang naga, betapa sulit untuk dilahirkan di alam manusia, dan untuk dilahirkan pada saat munculnya para Buddha atau selama para Buddha mengajar.

Pada kejadian ini Sang Buddha membabarkan syair :

Sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia, sungguh sulit kehidupan manusia, sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Ajaran Benar, begitu pula, sungguh sulit munculnya seorang Buddha.

( Dhammapada XIV , 4 )

Khotbah diatas bermanfaat bagi banyak mahluk, Erakapatta sebagai seekor hewan tidak dapat mencapai tingkat kesucian Sotapatti.

Cerita UTTARA yang lain Sotapatti:

Lihat cerita PUNNA.

UGGASENA – Arahatta :

Uggasena, putra yang masih muda dari seorang hartawan jatuh cinta dengan seorang penari, putri seorang pemain akrobat. Orang tuanya tidak dapat mencegah keinginan putranya, akhirnya Uggasena menikah dan mengikuti rombongan tersebut. Uggasena tidak berguna bagi rombongan tersebut karena ia bukan pemain akrobat, ia hanya membantu mengangkut kotak-kotak, mengemudikan kereta dan lain-lain. Ketika Uggasena dan sang penari dikaruniai seorang anak laki-laki, sang penari sering menyanyikan lagu seperti ini, “O kamu, putra seorang lelaki yang menjaga kereta-kereta; lelaki yang mengangkut kotak-kotak dan buntelan-buntelan ! O Kamu putra seorang yang bodoh, yang tidak dapat melakukan apapun!” Uggasena merasa bahwa istrinya menunjukkan hal itu kepadanya, membuat ia sangat terluka dan tertekan. Maka ia pergi menemui ayah mertuanya agar diajari bermain akrobat yang trampil. Suatu ketika Uggasena pergi ke Rajagaha dengan rombongannya untuk memperlihatkan ketrampilannya di muka umum. Pada hari ketujuh, sebatang galah digunakan dan Uggasena berdiri di atasnya. Saat itu Sang Buddha melihat Uggasena dalam batin Beliau dan mengetahui bahwa telah tiba saatnya bagi Uggasena untuk mencapai tingkat kesucian Arahatta, maka Sang Buddha memasuki kota Rajagaha dan berusaha agar orang-orang mengalihkan perhatiannya kepada Beliau, bukan bertepuk tangan atas prestasi Uggasena. Maka hal ini membuat Uggasena merasa tidak puas, kemudian Sang Buddha menyapa Uggasena, “Uggasena, orang bijaksana seharusnya melepaskan semua kemelekatan pada kelompok-kelompok kehidupan , dan berjuang untuk mencapai kebebasan dari lingkaran tumimbal lahir.”

Pada kejadian ini Sang Buddha membabarkan syair :

Tinggalkan apa yang telah lalu, yang akan datang maupun yang sekarang (kemelekatan terhadap lima kelompok kehidupan) dan capailah ‘Pantai Seberang’ (nibbana). Dengan pikiran yang telah bebas dari segala sesuatu, maka engkau tak akan mengalami kelahiran dan kelapukan lagi.

( Dhammapada XXIV , 15 )

Pada saat khotbah Dhamma berakhir, Uggasena yang masih berada di atas galah mencapai tingkat kesucian Arahatta. Ia turun dan segera diterima dalam pasamuan bhikkhu oleh Sang Buddha.