The Scotsman, Edinburgh, Skotlandia – Untuk pertama kalinya mata perkuliahan di Skotlandia yang menggunakan teknik non-farmasi untuk mengobati depresi telah diluncurkan di Universitas Aberdeen.
Para dokter, perawat, psikoterapis dan guru telah mendaftar untuk gelar M.Sc. (M.Si. – Magister Sains) paruh waktu dalam bidang mindfulness (perhatian/kesadaran penuh), sebuah pendekatan pengobatan non-medis berbasis Buddhis yang revolusioner untuk mengatasi kondisi tersebut.
Perhatian penuh berdasarkan pada meditasi Buddhis tetapi dapat juga diajarkan secara sekular (non-agamis – ed).
Para partisipan mengatakan bahwa hal ini merupakan sebuah metode praktis memahami bagaimana pikiran bekerja dan dapat memberikan wawasan dalam memahami bagaimana ketidakfungsian berpikir dapat menyebabkan penyakit. Hal ini juga dapat digunakan untuk mengobati stres dan sakit kronis.
Graeme Nixon, kepala program mata perkuliahan tersebut, mengatakan, “program magister yang baru dari Universitas Aberdeen dalam bidang perhatian penuh telah dikembangkan dalam rangka memenuhi bertambahnya ketertarikan dalam perhatian penuh dalam banyak profesi, khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan.”
“Ini merupakan program gelar yang pertama kali dalam jenisnya di Skotlandia dan merupakan yang pertama kali di dunia yang menawarkan sebuah pelatihan yang memadukan praktik belas kasih dalam latihan perhatian penuh.”
Nixon mengatakan, “Kami telah dibanjiri dengan aplikasi dan perkuliahan ini penuh dengan 48 mahasiswa yang terdaftar yang akan dimulai pada bulan September. Mereka terdiri dari para profesional kesehatan, termasuk para konsultan, dokter, praktisi umum, dan perawat, sampai para guru dan pelatih olah raga.”
Program ini telah dibuat bersama dengan Pusat Tibetan Samye Ling di Dumfriesshire.
Karma Choden, seorang mantan pengacara Afrika Selatan yang sekarang menjadi seorang viharawan di Samye Ling, akan menjadi salah satu guru di sana.
Ia mengatakan, “Perhatian penuh merupakan sebuah cara khusus untuk memperhatikan pikiran dan mengalaman seseorang dengan cara yang tidak menghakimi dan sejenisnya.”
“Begitu banyak waktu, pikiran kita hanya berputar ke arah yang berbeda. Begitu banyak waktu kita terbuang percuma.”
“Perhatian penuh adalah melatih pikiran kita agar terpusat sehingga kita dapat lebih tenang dan efektif dalam apapun yang kita lakukan dalam kehidupan kita.”
Hanya tiga Universitas Inggris lainnya yang saat ini mengadakan mata perkuliahan bidang perhatian penuh, yaitu Oxford, Exeter dan Bangor.
Dr. Alistair Wilson, seorang psikiater konsultan di Rumah Sakit Gartnavel di Glasgow, yang telah menjadi seorang penasihat bagi perkuliahan Aberdeen mengatakan, “Ada pergeseran besar dalam sikap pada sepuluh tahun belakangan terhadap perhatian penuh berdasarkan pada terapi kognitif.”
“Ada studi yang sangat ketat yang menunjukkan sebuah penurunan tingkat kekambuhan pada orang-orang yang depresi.”
Ia mengatakan program singkat terapi perhatian penuh yang kini berada di antara pengobatan untuk depresi, diakui oleh SIGN, Scottish Intercollegiate Guidelines Network (Jaringan Pedoman Antar Perguruan Tinggi Skotlandia).
Rob Nairn, seorang mantan Guru Besar hukum dan kriminologi yang merupakan kepala bagian Samye Ling dari program tersebut mengatakan, “Apa yang saya lakukan adalah memberikan para mahasiswa sebuah landasan dan pemahaman yang cukup seksama atas perhatian penuh dengan tujuan mereka dapat membawanya ke bidang kehidupan lainnya.”
“Perhatian penuh merupakan inti dari ajaran Buddhis tetapi kami mengajarkannya dalam cara sekular.”
“Mengambil pelajarannya dan memungkinkan orang untuk menggunakannya di bidang lain – tanpa orang tersebut menerima keyakinan Buddhis.”
Pada awal tahun ini, sebuah laporan dari Mental Health Foundation (Yayasan Kesehatan Mental) mengatakan bahwa 72 persen para pratiksi umum percaya bahwa perhatian penuh dan meditasi dapat membantu para pasien dengan masalah kesehatan mental yang berulang, sementara 93 persen percaya bahwa pasti ada pengobatan lain untuk para pasien dengan depresi berulang selain obat-obatan yang tersedia. [Claire Smith]
Sumber:
http://berita.bhagavant.com/2010/08/19/universitas-ajarkan-terapi-depresi-ala-buddhis.htm