INTISARI AGAMA BUDDHA
Penyusun : Pandita S. Widyadharma
BAB III – BEBERAPA PENGERTIAN DALAM AGAMA BUDDHA
1. PARITTA
- Vandana
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma-Sambuddhassa = Terpujilah Sang Bhagava Yang Maha Pengasih, Maha Suci dan Maha Bijaksana. - Tisarana
Buddhang saranang gacchami = Kami berlindung kepada Sang Buddha.
‘Berlindung kepada Sang Buddha’ berarti mencontoh sifat-sifat yang baik yang terdapat pada diri seorang Buddha.
Dhammang saranang gacchami = Kami berlindung kepada Dhamma.
‘Berlindung kepada Dhamma’ berarti bahwa kita berusaha untuk melaksanakan Ajaran Sang Buddha dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga dengan demikian kita akan terhindar dari hal-hal yang tidak baik.
Sanghang saranang gacchami = Kami berlindung kepada Sangha.
‘Berlindung kepada Sangha’ berarti bahwa kita menganggap Sangha sebagai guru dan mentaati ajaran yang diberikan oleh bhikkhu-bhikkhu yang telah mencapai tingkat kesucian.
Yang dimaksud di sini ialah bahwa kita berlindung kepada Ariya Sangha yaitu pasamuan mereka yang telah mencapai tingkat kesucian. - Pancasila
- Pänätipätä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan mahluk hidup.
Untuk dapat digolongkan ‘pembunuhan’ harus memenuhi syarat-syarat sbb. :- Adanya satu mahluk.
- Sadar bahwa itu mahluk.
- Niat untuk membunuh.
- Langkah-langkah perbuatan.
- Kematian sebagai akibatnya (mahluk itu betul-betul mati).
- Adinnädänä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari pencurian.
Untuk dapat digolongkan ‘pencurian’ harus memenuhi syarat-syarat sbb. :- Adanya milik orang lain.
- Kesadaran, pengertian akan keadaan ini.
- Niat untuk mencuri.
- Langkah-langkah perbuatan.
- Peralihan benda yang dicuri sebagai akibatnya.
- Kämesu micchäcärä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari perzinahan (perbuatan a-susila).
Untuk dapat digolongkan ‘perzinahan’ harus memenuhi syarat-syarat sbb. :- Niat untuk mengalami sensasi obyek / sasaran yang terlarang dan bukan haknya.
- Berusaha
- Memiliki sasaran yang dimaksud.
- Musävädä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari kedustaan (ucapan yang tidak benar).
Untuk dapat digolongkan ‘kedustaan’ harus memenuhi syarat-syarat sbb. :- Kedustaan.
- Niat untuk berdusta.
- Usaha, dan
- Menyampaikannya kepada orang lain.
- Surämeraya-majjapamädatthänä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari makanan dan minuman yang menimbulkan kemabukkan dan ketagihan.
- Pänätipätä veramani sikkhäpadang samädiyämi = Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan mahluk hidup.
2. DASA PARAMITTA
Sepuluh Kesempurnaan dalam Kebajikan yang harus dimiliki oleh seorang Buddha, yaitu : |
1 | Däna | = | Dermawan, gemar menolong orang lain. |
2 | Sila | = | Bersih dalam ucapan dan perbuatan. |
3 | Nekkhamma | = | Melepaskan ikatan keduniawian. |
4 | Pañña | = | Kebijaksanaan |
5 | Viriya | = | Tekun, bersemangat, ulet. |
6 | Khanti | = | Sabar, dapat memaafkan kesalahan orang lain. |
7 | Sacca | = | Mencintai kebenaran. |
8 | Adithäna | = | Teguh dalam tekad, tak tergoyahkan. |
9 | Metta | = | Cinta kasih luhur, mencintai semua mahluk tanpa perbedaan. |
10 | Upekkhä | = | Keseimbangan bathin, tak terpengaruh lagi oleh perasaan sukha dan dukkha. |
3. MUDRA (Posisi tangan)
1 | Menghadap ke Timur Aksobhya dengan mudra Bhumisparsa (menunjuk bumi sebagai saksi). |
2 | Menghadap ke Selatan Ratnasambhava dengan mudra Vara atau Varada (memberi anugerah). |
3 | Menghadap ke Barat Amitabha dengan mudra Dhyana (meditasi). |
4 | Menghadap ke Utara Amogasiddhi dengan mudra Abhaya (jangan takut). |
5 | Menghadap ke empat penjuru Vairocana dengan mudra Vitarka (meyakinkan). |
6 | Di Candi Mendut terdapat sebuah patung besar Buddha Gautama dengan Dharmacakra-mudra (jari manis tangan kanan ditaruh di jari manis tangan kiri, maksudnya : memutar Roda Dhamma). Patung-patung dari Vajrasatva-Vajrasatva dengan Dharmacakra-mudra (yang menghadap ke empat penjuru) pun dapat diketemukan di candi Borobudur. |
4. HARI RAYA UMAT BUDDHA
Ada 4 (empat) hari raya yang penting dalam agama Buddha, yaitu Hari Waisak, Hari Asadha, Hari Kathina dan Hari Magha-Puja. |
Hari Waisak : | Dirayakan dalam bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu :
|
||||||||
Hari Asadha : | Dirayakan 2 (dua) bulan setelah Waisak, juga waktu terang bulan (purnama sidhi) di bulan Juli ; untuk memperingati Khotbah pertama di taman rusa Isipatana (dekat Benares) di hadapan 5 (lima) orang pertapa (Kondañña, Bodhiya, Vappa, Mahanama, Assaji). Khotbah pertama ini dikenal sebagai Dhammacakkapavatana-Sutta (Khotbah berputarnya roda Dhamma). | ||||||||
Hari Kathina : | Dirayakan 3 (tiga) bulan setelah hari Asadha. Perayaan Kathina dapat dilakukan dalam waktu 1 (satu) bulan, tidak ada hari-hari yang tertentu. Upacara Kathina dimaksudkan untuk memberikan keperluan hidup sehari-hari kepada para bhikkhu yang telah melaksanakan vassa selama 3 (tiga) bulan di suatu tempat tertentu. Senioritas seorang bhikkhu dihitung dari jumlah vassa yang telah dilaksanakannya. |
||||||||
Magha-Puja : | Dirayakan di bulan Magha (Februari / Maret) pada waktu terang bulan; untuk memperingati peristiwa berkumpulnya 4 (empat) faktor (caturrangga-sannipata) pada hari tersebut.:
|
Pada waktu itu Sang Buddha membacakan Ovada patimokkha : |
Khanti paranang tapo titikkhä | Kesabaran adalah cara bertapa yang paling baik. |
Nibbänang paramang vadanti Buddhä |
Sang Buddha bersabda : Nibbanalah yang tertinggi dari segalanya. |
Na hi pabbajjito pärupaghati | Beliau bukan pertapa yang menindas orang lain. |
Samano hoti parang vihethayanto |
Beliau bukan pula pertapa yang menyebabkan kesusahan orang lain. |
Sabba Päpassa akaranang Kusalassa upasampadä Sacitta pariyodapanang Etang Buddhäna säsanang |
Janganlah berbuat kejahatan Perbanyaklah perbuatan baik Sucikan hati dan pikiranmu Itulah Ajaran semua Buddha |
Anupavädo anupaghäto Pätimokkhe ca samvaro |
Tidak menghina, tidak melukai Mengendalikan diri sesuai dengan tata-tertib. |
Matannutä ca bhattasming Pantanca sayanäsanang |
Makanlah secukupnya Hidup dengan menyepi. |
Adhicitte ca äyogo Etang Buddhana Sasanang |
Dan senantiasalah berpikir luhur Itulah Ajaran Semua Buddha. |
Selain Ovada-Patimokkha dikenal juga Bhikkhu Patimokkha (tata-tertib untuk para Bhikkhu). |
Catatan :ABHIÑÑA Dengan Abhiñña dimaksud 6 (enam) kekuatan gaib, yaitu : |
1 | Memiliki pelbagai tenaga magis (iddhi-vidhä) |
2 | Telinga dewa (dibbasota) |
3 | Mata dewa (dibbacakkhu) |
4 | Dapat membaca pikiran orang lain (ceto pariya-ñana) |
5 | Dapat mengingat kelahiran-kelahirannya yang lampau (pubbeniväsänussati-ñana) |
6 | Dapat membersihkan bathinnya dari semua kekotoran-kekotoran bathin dan memperoleh kebijaksanaan luhur (pañña-vimutti). |
5. MISKONSEPSI ( SALAH PANDANGAN MENGENAI AGAMA BUDDHA )
a |
Vihara dan Kelenteng : Umumnya orang menganggap kelenteng sama dengan vihara, padahal untuk disebut sebagai vihara harus memenuhi syarat-syarat sbb. :
Dan kebanyakan kelenteng tidak dapat disebut sebagai vihara, karena tidak terdapat hal-hal tersebut di atas. Di samping itu ada kelenteng yang khusus digunakan untuk menyimpan abu leluhur dari suatu golongan masyarakat tertentu. |
||||||
b |
Pemuja berhala : Orang-orang menganggap bahwa umat Buddha adalah pemuja berhala, padahal umt Buddha menyembah patung Sang Buddha :
Kalau umat Buddha menyembah patung Kwan Im (Avalokitesvara), mereka sebenarnya menghormat sifat welas-asih, pengorbanan dan sifat suka menolong yang dilambangkan dalam patung Kwan Im. |
||||||
c |
Makan sayuranis : Umat Buddha tidak diharuskan untuk hanya makan sayur-sayuran saja. mereka makan sayuranis adalah dalam rangka melatih diri. Dan makan sayuranis atau makan daging tidak dapat dipakai untuk mengukur kesucian seseorang. |
||||||
d |
Perabuan jenazah : Seorang umat Buddha tidak mutlak harus diperabukan kalau meninggal dunia. Ia boleh dengan bebas menentukan sendiri, apakah kelak setelah meninggal dunia akan dikubur atau dibuang (dkubur) di laut atau ditinggal di hutan atau di goa tanpa ditanam. |
||||||
e |
Sikap pesimistis : Seorang umat Buddha sering dikatakan sebagai seorang yang pesimistis, karena selalu memandang dari sudut dukkha (penderitaan), padahal kalau kita mengerti hukum karma dan tahu arti dari istilah viriya (semangat yang membaja), kita tidak mungkin menjadi orang pesimis. |
||||||
f |
Harus meninggalkan keluarga : Ada anggapan bahwa untuk menjadi umat Buddha yang baik seseorang harus meninggalkan keluarganya untuk menjadi bhikkhu atau bhikkhuni, padahal sebenarnya tidak perlu meninggalkan keluarga. Terdapat banyak contoh bahwa orang-orang yang masih berkeluarga pun (para upasaka/upasika) sanggup mencapai tingkat-tingkat kesucian. Dan kalau ada orang yang mau menjadi bhikkhu, terlebih dahulu ia harus mendapat ijin dari orang tuanya atau isterinya, dan harus memenuhi syarat lain lagi, misalnya isteri dan anak-anaknya tidak terlantar, berkelakuan baik dan tidak menderita penyakit yang menular atau penyakit jiwa. |
||||||
g |
Mandi minyak, berjalan di atas bara api : Kedua hal tersebut tidak ada hubungannya dengan agama Buddha. |
6. BUNGA, LILIN, AIR DAN DUPA
a |
Bunga Simbol dari ketidak-kekalan ; bunga segar yang diletakkan di altar setelah lima atau enam hari akan menjadi layu. |
||||||||||
b |
Lilin Simbol dari cahaya yang akan melenyapkan kegelapan bathin dan mengusir ketidak-tahuan (avijja). |
||||||||||
c |
Air Air dianggap mempunyai sifat-sifat sbb. :
|
||||||||||
d |
Dupa Bau wangi dupa yang dibawa angin mungkin akan tercium di tempat yang agak jauh, namun tidak dapat tercium di tempat yang berlawanan dengan arah angin. Tetapi nama yang harum karena selalu melakukan perbuatan-perbuatan baik dapat diketahui di tempat-tempat yang jauh sekali, bahkan di tempat-tempat yang dipisahkan oleh samudera-samudera besar dan juga di alam-alam lain. |
7. BENDERA BUDDHIS
Bendera Buddhis terdiri dari lima warna dan mempunyai bentuk sbb. : |
|