Petikan Kata-Kata Bhikkhu Uttamo
kiriman : Merry
1. Ketika seseorang mendapatkan pujian, celaan bahkan fitnah, renungkanlah bahwa :
“Sudah biasa orang mendengar kata celaan, pujian, bahkan fitnah.
Hal ini juga dialami Sang Buddha yang Maha Sempurna.
Anggap sebagai buah kamma.
Karena kita tidak bisa mengatur isi pembicaraan orang lain.”
Dengan perenungan ini, semoga beban pikiran menjadi ringan.
Masalah juga bisa lebih mudah diselesaikan dengan memperbaiki perilaku agar mengurangi kondisi untuk dicela maupun difitnah.
2. Apabila seseorang mampu mengatasi pikirannya sendiri, maka ia akan dapat mengendalikan keinginannya dan bisa membebaskan diri dari jeratan perasaan suka dan duka.
3. Sesungguhnya, kebahagiaan hidup bukanlah karena seseorang telah memiliki segala bentuk kenikmatan duniawi. Kebahagiaan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai pikirannya sendiri serta memenuhinya dengan gelombang cinta kasih.
4. Apa yang dianggap penting oleh seseorang mungkin tidak penting bagi yang lainnya, itu urusan kebijaksanaan yang berbeda. Tetapi kita masing-masing orang harus bisa membedakan, karena inilah sesungguhnya KEBIJAKSANAAN
5. Orang yang memiliki keyakinan akan kebenaran Sang Buddha, akan bersemangat untuk melaksanakan Ajaran Luhur Sang Buddha, selalu memusatkan perhatian pada penerapan dan pelaksanaan Ajaran Sang Buddha. Tidak akan bisa terpengaruh oleh bujukan orang lain agar mencoba, apalagi memilih agama lain untuk menggantikan Buddha Dhamma yang telah diyakini dan tetap bertahan pada Buddha Dhamma apapun yang terjadi padanya.
6. “Semoga semua makhluk selalu hidup berbahagia”, apabila seseorang selalu mempergunakan waktu luangnya untuk mengucapkan kalimat tersebut, maka secara bertahap pikirannya akan berisikan gelombang cinta kasih.
7.
* Sesungguhnya, orang yang membantu melestarikan Dhamma telah melestarikan (maksudnya : melakukan-admin) Dhammadana yang tertinggi nilainya diantara semua jenis Dhamma;
* Hanya orang bijaksana yang mampu memilih hal baik di antara banyak hal buruk, ia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagian lahir dan batin.
* Tidak akan ada kekecewaan dikala menderita, tiada kesombongan dikala suka, karena orang telah menyadari bahwa segala suka dan duka yang dialami adalah hasil perbuatannya sendiri.
* Pasangan (suami-istri) yang baru hendaknya selalu berusaha menjaga segala bentuk pikiran, ucapan dan perbuatannya agar ditujukan pada KEBAIKAN.
Dengan kata lain, mereka mendidik diri mereka sendiri dahulu sebelum me MULAI mendidik anaknya
8.
* Harta, Kekayaan, Kemoralan, Kedermawanan dan Kebijaksanaan seperti sumur. Ketika dibagikan airnya tetap sama tetapi orang yang kehausan menjadi bebas dari kehausan. Jangan hanya menjadi sumber air dalam diri kita, bagikanlah kepada siapapun dilingkungan kita serta keluarga kita sehingga kita menjadi sumur kebajikan yang tidak pernah habis.
* Seseorang yang berbuat kebajikan dalam kehidupan yang sedang menderita akan mengkondisikan dirinya mendapat kebahagiaan dalam kehidupan ini maupun yang akan datang
* Keberhasilan menganjurkan orang melaksanakan Dhamma adalah merupakan Dhammadana yang diyakini akan memberikan buah terbesar melampaui segala bentuk pemberian lainnya
9.
* Sesungguhnya MEDITASI adalah mendidik, membimbing kita agar selalu siap menerima dan menghadapi segala PERUBAHAN yang terjadi.
* Apabila Seseorang hanya melatih diri secara fisik saja, maka ia akan menjadi orang yang munafik, pandai berpura-pura, kelakuannya baik tetapi pikirannya jahat. Ia hendaknya juga melatih pikirannya dengan meditasi.
* Mendengarkan Dhamma adalah ibarat memberikan tenaga tambahan pada batin seseorang yang mungkin lelah dalam menghadapi kenyataan hidup.
* Hendaknya seseorang berbuat baik demi perbuatan baik itu sendiri. Ibarat bunga, ia mekar demi mekarnya sendiri tanpa dipengaruhi oleh keinginan untuk dilihat maupun dipuji.
* Semakin tinggi kualitas batin dan pemahaman orang itu akan kebenaran Hukum Karma, maka semakin berkurang pula kebiasaannya merumuskan kebahagiaan yang diharapkan setelah ia melakukan suatu kebajikan.
10.
* Setiap dari langkah kita apabila mengecewakan orang lain belajarlah untuk memperbaiki. Setiap dari langkah kita apabila membahagiakan orang lain, belajarlah untuk ditingkatkan. Sehingga akhirnya setiap langkah kita mendatangkan senyuman, tawaan serta Kebahagiaan untuk siapapun yang ada di lingkungan kita.
* Keyakinan adalah salah satu harta yang kita miliki dan akan kita bawa sampai kelahiran yad. Jika kita punya keyakinan pada Dhamma, ketika meninggalpun dengan keyakinan yang kuat, bisa terlahir dalam alam Bahagia.
* Menceritakan secara sederhana pengalaman sendiri setelah melaksanakan Dhamma, akan mendorong orang lain mengikutinya, juga menjadikan orang lain memiliki kesempatan mendapatkan pengalaman yang serupa yaitu KEBAHAGIAAN
11.
* Kalau ingin sukses dalam hidup, baik dalam rumah tangga maupun karir, maka lenyapkan semua ketamakan, kebencian dan kegelapan batin.
* Kemanapun seseorang pergi, hendaknya ia dapat selalu menumbuhkan kedamaian dan kebahagiaan kepada semua mahkluk yang ada
* Tidak ada kekecewaan dikala menderita.
Tidak ada kesombongan dikala suka.
Karena (Untuk – admin) orang yang telah menyadari bahwa segala suka dan duka yang dialaminya adalah hasil perbuatannya sendiri.
12.
* Sesungguhnya makna dari ber”dana” adalah menumbuhkan kebiasaan berpikir untuk membahagiakan makhluk lain, bahkan semua makhluk. Ia akan membahagiakan mereka dengan segala macam cara menumbuh kembangkan pikiran yang penuh CINTA KASIH.
* Hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan dalam usaha melaksanakan Buddha Dhamma adalah ketekunan, keuletan, kesungguhan dan semangat untuk membuktikan kebenaran ajaran Sang Buddha.
* KEBAHAGIAAN bukan dicari diluar diri kita, tapi
KEBAHAGIAAN itu ada dalam diri kita.
KEBAHAGIAAN itu ada pada cara kita mengubah cara berpikir kita.
Makin pandai kita mencari cara untuk mengubah pikiran kita, maka akan semakin baik.
13
* Mendengarkan Dhamma adalah memberikan tenaga tambahan pada batin seseorang yang mungkin lelah dalam menghadapi kenyataan hidup.
* Kebiasaan mengembangkan KETAMAKAN (kebencian dan kegelapan batin-admin) akan berbuah dalam bentuk kelahiran kembali yang terus berulang tiada hentinya.
* Ke-Aku-an menjadikan seseorang merasa sebagai tokoh utama dalam hidup ini, tanpa dirinya seakan dunia tidak akan berputar lagi.
Padahal seseorang mampu mencapai kondisi seperti saat ini pasti ada sebabnya. (Hukum Sebab dan Akibat)
14.
* Seseorang yang tidak melekat, akan menyadari bahwa kehidupan sungguh sangat singkat. Oleh karena itu, ia akan mengembangkan kebajikan setiap waktu hidupnya untuk memperhatikan dan menolong mereka yang sedang menderita.
* Nibbana dapat dicapai ketika manusia masih hidup di dunia dan mampu mengembangkan kesadaran secara total, sehingga ia terbebas dari ketamakan, kebencian serta kegelapan batin.
* Perbuatan baik bukan hanya dilakukan sekali dalam jumlah yang besar, tetapi harus berulang-ulang sepanjang waktu.
* Perubahan sikap membutuhkan perjuangan keras dan siap untuk selalu bangkit dikala menghadapi kegagalan.
15.
* Manfaat ajaran Sang Buddha bukan tergantung pada profesi seseorang melainkan pada kemauan seseorang untuk melaksanakan pengendalian diri sehingga melihat proses hidup sebagaimana adanya.
* Apabila si anak mampu menjadi Bhikkhu yang baik serta mampu melatih diri sehingga mencapai kesucian, maka sebagai orangtua yang telah mengijinkan anaknya menjadi Bhikkhu tersebut akan memiliki kamma baik yang Luar Biasa.
* Kathina memang saat yang tepat untuk berdana empat kebutuhan Bhikkhu. Lebih indah lagi apabila pada saat berdana bertekad juga melepaskan dan melenyapkan ke-Aku-an.
* KUNCI SUKSES ;
1. Belajar lebih banyak dari orang lain.
2. Bekerja lebih keras dari orang lain
3. Berkeinginan lebih sedikit dari orang lain.
16.
* Seseorang hendaknya tidak hanya mengeluhkan sikap lingkungan terhadap dirinya. Ia hendaknya juga merenungkan dengan baik “Kualitas hidup apakah yang harus lebih ditingkatkan dan dikembangkan dalam diri agar lingkungan dapat menerima diri kita dengan baik”
* Semakin tinggi kualitas batin dan pemahaman orang itu akan kebenaran hukum karma, maka semakin berkurang pada kebiasaannya merumuskan bentuk kebahagiaan yang diharapkan setelah ia melakukan suatu kebajikan
* Umat Buddha yang mencapai kesucian setelah melaksanakan ajaran Sang Buddha, maka umat seperti inilah yang sesungguhnya layak berbangga
* Faktor terpenting dalam Buddha Dhamma adalah bagaimana seseorang dapat merasakan manfaat Dhamma dalam kehidupannya setelah ia melaksanakan Ajaran Sang Buddha tersebut dalam kehidupan sehari-hari
17.
* Penghormatan, selain sebagai sarana mengurangi ke-Aku-an, juga untuk membiasakan kita agar dapat mengenal budi baik orang lain.
* Apabila seseorang dapat merenungkan dan menyadari bahwa setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, maka ia akan melihat dirinya sendiri sama dengan orang lain.
* Perasaan sombong dapat timbul dalam diri seseorang karena ia hanya mengingat kelebihan diri sendiri serta memandang orang lain dari sudut kelemahannya.
* Seorang umat Buddha harus menjadi teman untuk mereka yang sedang mengalami kesedihan.
* Dengan menyadari manfaat langsung melakukan kebajikan melalui ucapan, perbuatan dan pikiran, seseorang hendaknya akan selalu berkarya dengan semaksimal mungkin.
18.
* Berbahagialah Anda apabila mengalami kesulitan hidup karena jika Anda lulus dari kesulitan itulah makna kesuksesan yang sesungguhnya.
* Kalau sebagai umat Buddha selalu mengeluh ketika mengalami kesulitan, sesungguhnya (ia) sudah mundur dari gemblengan hidup.
* Ada sukses dari sudut yang berbeda, yaitu bahwa sukses itu kadang bukan karena tercapainya satu tujuan tetapi sukses itu adalah ketika seorang itu berani mengatasi kesulitan dalam mencapai tujuannya.
* Selain seseorang sering melakukan kebajikan kepada mahkluk lain, sebaiknya ia juga selalu menumbuhkan kebahagiaan dengan melihat maupun mendengar orang lain melakukan kebajikan.
19.
* Kekuatan CINTA KASIH adalah kekuatan yang tidak bisa dikurangi atau bahkan dilenyapkan.
* Manfaat ajaran Sang Buddha bukan tergantung pada profesi seseorang melainkan pada kemauan seseorang untuk melaksanakan pengendalian diri sehingga melihat proses hidup sebagaimana adanya.
* Ketenangan pikiran adalah modal utama KEBAHAGIAAN.
20.
* Tiga kunci untuk buka rejeki agar Sukses dan Bahagia ;
– Kerelaan : kerelaan dalam ucapan, pikiran dan perbuatan.
– Pabbajja, dalam arti melepas segala kemelekatan
– Selalu menghormat pada Orang Tua
* Pengulangan kalimat “Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata” setiap saat, melatih kita untuk selalu berucap, berpikir dan berbuat berdasarkan Kejujuran.
21.
* Kehidupan mengalir seperti air sungai yang tidak akan pernah sama dari satu saat ke saat yang lain.
Dengan demikian, masa lalu hanya menjadi kenangan dan tidak akan bisa diulang kembali.
* Apa yang terpikir sebagai kebajikan untuk Anda lakukan saat ini?
Apa yang terpikir sebagai satu kebajikan, segeralah diungkapkan/dilakukan.
* Keserakahan akan timbul apabila kegagalan suatu usaha dianggap kerugian besar.
Sebaliknya, apabila kegagalan menjadi pelajaran untuk meningkatkan kualitas diri dimasa depan, maka tentu saja usaha yang rajin dan bersemangat dalam berwiraswata tidak dapat segera disebut sebagai Keserakahan.
22.
* Kesulitan dapat muncul karena adanya perbandingan antara rencana / angan-angan dengan kenyataan yang ada, maka orang menganggap hal itu sebagai kesulitan yang semakin besar
* Dalam pandangan Dhamma, seseorang disebut sebagai ber-Tuhan bukanlah karena ia memiliki kepercayaan kepada Tuhan, melainkan orang yang memiliki perbuatan baik dan membahagiakan lingkungannya.
* Kebijaksanaan adalah merupakan hasil yang diperoleh dari usaha mempertahankan keyakinan, semangat, perhatian dan konsentrasi
23.
* Kebahagiaan Surgawi yang dicapai setelah mendapatkan kebahagiaan Duniawi dapat diperolah para umat Buddha dengan mengkondisikan timbulnya kebahagiaan Duniawi kepada mereka yang membutuhkan.
* Dengan pemahaman dan pelaksanaan Ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari secara tekun dan sungguh-sungguh dapat menimbulkan Kebijaksanaan yang menjadi Tonggak Kejujuran.
24.
* Kerelaan digunakan untuk menyesuaikan harapan kita agar sama dengan kenyataan dan dapat menerima kenyataan.
* Sikap atau perilaku yang lebih baik daripada hanya sekedar memiliki rasa malu berbuat jahat adalah memiliki rasa takut akibat berbuat jahat.
* Kebiasaan mengembangkan ketamakan akan berbuah dalam bentuk kelahiran kembali yang terus berulang tiada hentinya.
* Meditasi sesungguhnya adalah menyadari masuknya obyek indera melalui 6 indera yaitu mata, hidung, mulut,telinga, kulit dan pikiran. Kesadaran inilah yang harus dikembangkan.
25.
* Sikap atau perilaku yang lebih baik daripada memiliki rasa malu berbuat jahat adalah memiliki rasa takut AKIBAT berbuat jahat.
* Kebiasaan mengembangkan ketamakan, ini akan berbuah dalam bentuk kelahiran kembali yang terus berulang tiada hentinya.
* Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, seorang umat Buddha hendaknya dapat mengembangkan cinta kasih berdasarkan kebijaksanaan serta memiliki ketegasan dalam bertindak dan berbicara.
* Perbuatan baik itu sesungguhnya tidak sulit dilakukan; masalah utama yang sering menghambat adalah kemauan untuk berbuat baik yang TIDAK timbul setiap saat.
* Dengan mengingat tujuan hidup, seseorang akan selalu berusaha melakukan suatu perbuatan berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya, bukan karena pengaruh lingkungan.
* Menghadapi cita-cita dimasa depan maupun segala suka duka dimasa y.a.d, seseorang hendaknya tetap berusaha menyadari bahwa segala bentuk kebahagiaan dan pencapaian cita-cita tsb hanya akan DAPAT terjadi apabila seseorang melakukan suatu tindakan TEPAT pada saat ini.
* Dengan usaha meningkatkan nilai positif dan memperbaiki nilai negatif yang ada pada diri seseorang dimasa sekarang ini akan mewujudkan KEBAHAGIAAN dimasa depan.
* Seorang pemimpin hendaknya bisa bersikap ramah tamah dan sopan santun kepada siapapun juga, bahkan kepada musuhnya sekalipun. Karena memang pemimpin adalah orang yang bisa menguasai dirinya sendiri, bukan menjadi penguasa untuk orang lain.
26.
* Kebahagiaan berasal dari cara berpikir. Oleh karena itu, seseorang yang dapat mengendalikan pikirannya akan mendapatkan kebahagiaan dimanapun berada.
* Seseorang tidak akan mendapatkan kebahagiaan walaupun telah mengucapkan tekad serta harapannya berkali-kali apabila ia tidak terlebih dahulu memperbanyak kebajikan dengan mengembangkan kerelaan, kemoralan serta konsentrasi.
* Yang hilang jangan dicari
Yang datang hadapi
Yang belum datang jangan dinanti
Tujuan meditasi adalah hidup berbahagia didalam kesadaran.
27.
* Kita hendaknya mencari penyebab keberhasilan dan berupaya meningkatkan kembali penyebab keberhasilan atau kebahagiaan itu. Dengan demikian semakin lama kita berusaha, semakin banyak pula yang kita capai keberhasilan.
Inilah tanggung jawab kehidupan seseorang yang melaksanakan ajaran Sang Buddha.
* Umat Buddha haruslah mampu kreatif untuk menyelaraskan berbagai teori Dhamma dengan Kenyataan yang sedang dihadapinya. Dengan demikian umat Buddha akan dapat leluasa melaksanakan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari sehingga memberikan Kebahagiaan untuk diri sendiri maupun lingkungannya.
* Seseorang yang mampu mengubah pikiran agar sesuai dengan kenyataan, batinnya akan menjadi tenang dan sabar, dan hidup terasa bahagia.
28.
* Berlindung pada BUDDHA, artinya berjuang dengan keras (seperti Bodhisatta – admin) agar tercapai hasil maksimal/Kebahagiaan
Berlindung pada DHAMMA, artinya berperilaku benar (sesuai Buddha Dhamma – admin) harus menjadi nafas kehidupan
Berlindung pada Sangha, artinya bahwa (Ariya – admin) Sangha karena perjuangannya yang keras mencapai kesucian.
Maka dengan berkeyakinan pada Buddha Dhamma Sangha apabila seseorang melakukan berbagai Kebajikan maka orang tersebut akan mencapai Kebijaksanaan.
* Pelimpahan Jasa adalah mengkondisikan mendiang yang ada (terlahir – admin) disekitar kita berbahagia atas kebajikan yang telah kita lakukan
* Ketika menghormat pada leluhur, hendaknya kita merenungkan bahwa kita berada di sini sekarang (salah satunya adalah) atas jasa baik dari orang-orang di sekitar kita
29.
* Putus asa adalah tanda seseorang tidak sabar menunggu waktu kesulitan berlalu.
* Putus asa hanya dialami oleh seorang yang tidak punya tujuan hidup dan hanya mengingat masa lalu.
* Meditasi sesungguhnya mengasah ketrampilan berpikir.
* Iri hati hanya bisa dilenyapkan dengan merenung bahwa kita dan yang lainnya sama-sama mempunyai kelebihan dan juga kekurangan.
30.
Keberuntungan dapat diperoleh (ditingkatkan – admin) dengan :
1. Kerelaan
2. Kemoralan
3. Menghormati orang tua
31.
Makna Kathina adalah melepas kemelekatan pada semua orang atau benda yang kita sayangi.
Kita harus berdana kebajikan pada semua orang di lingkungan kita tidak hanya berdana pada saat hari Kathina.
Harta yang tidak bisa diambil/ dicuri adalah :
1. Keyakinan (berbuat kebajikan membuahkan kebahagiaan)
2. Kemoralan (sumber kebahagiaan)
3. Merasa malu melakukan kejahatan
4. Takut akan akibat melakukan Kejahatan
5. Keinginan belajar Dhamma lebih banyak
6. Mengembangkan Kerelaan
7. Kebijaksanaan (memahami bahwa hidup ini tidak kekal)
Kathina adalah hari untuk :
1. Mengerti akan kebutuhan orang lain
2. Mengurangi ketamakan
3. Mengurangi kebencian
4. Membangun kecerdasan dalam Dhamma
5. Mengembangkan latihan meditasi
32.
* Bela diri tertinggi adalah membuat musuh tidak bisa lagi memukul pada kita.
* Rahasia Kaya, Sehat dan Bahagia adalah KECERDASAN dalam menerima kenyataan hidup.
* Menerima semua Kenyataan dengan sadar itulah makna kehidupan sebenarnya.
* Kehilangan harta dan orang yang dicintai, masih tidak seberapa dibandingkan dengan kehilangan Kemanusaiaan itu sendiri.
* Dengan sering berbuat Kebajikan Materi akan berbuah Kejujuran dalam ucapan dan perilaku hingga pada akhirnya berbuah meningkatnya Kesabaran.
33.
Kerelaan awal dari Kebajikan
Dengan Kerelaan ber Dana :
1. Materi, membantu kebutuhan para Bhikkhu, orang tua, keluarga dan lingkungan
2. Dhamma, membagi indahnya Dhamma pada orang tua,keluarga dan lingkungan
3. Perilaku, membanggakan orang tua, keluarga dan lingkungan
Maka lengkaplah makna Dana Kathina
34.
* Jadikanlah sifat-sifat baik dan bajik sebagai kebiasaan, setiap hari
* Dengan belajar Dhamma lebih lama haruslah membuahkan hasil pemahamam bahwa hidup adalah Saat Ini, bukan Masa Lalu ataupun Masa Depan
* Kerelaan yang mempunyai pengertian benar akan membuahkan Kebahagiaan
* Menerima semua kenyataan dengan sadar
Itulah makna Kehidupan sebenarnya
35.
* Kesuksesan adalah peningkatan atas apa yang diterima, yang harus dipelajari dan diperbaiki setiap saat
* Dhamma bukan untuk dihafal. Kebaktian bukan untuk rutinitas. Tetapi sesungguhnya kembali kepada diri sendiri, sudahkah kita melaksanakan ajaran Sang Buddha dan sudah merasakan manfaat Dhamma
* Keselamatan ditentukan oleh seberapa banyak Kebajikan yang sudah dilakukan
* Jangan selalu mengharapkan Panen tetapi selalu, selalu Menanam Kebajikan
* Penyebab Marah no 1 adalah permintaan yang terlalu tinggi untuk dipenuhi
36.
* Pola pikir kita ubah maka karma baik akan selalu datang bukan karena campur tangan fihak manapun juga, tapi pikiran kita (sendirilah -admin) yang berperan
* Janganlah membuat para leluhur malu terhadap perbuatan kita yang tidak sesuai dengan Dhamma, karena pelimpahan jasa berbuah (sesuai harapan – admin) apabila perbuatan kita tidak membuat para leluhur malu.
* Sudahkah watak kita berubah setelah melihat orang sakit, orang tua, dan orang mati seperti (yang dilakukan oleh – admin) Sang Buddha? Untuk (perubahan mental seperti itulah-admin ) Sang Buddha patut dihormati
* Sering kita berpikir bahwa orang lain akan berbuat jahat pada kita; sebenarnya kejahatan itu ada pada diri sendiri
37.
* Agama Buddha menawarkan :
1. Kebahagiaan Duniawi
2. kebahagian Surgawi (26 tingkat)
3. Kebahagiaan tertinggi (Nibbana)
* Ketika memiliki kemauan maka tentu ada Jalan.
Jika tidak ada jalan, buatlah Jalan untuk mencapai harapan.
38.
* Kerelaan bukan hanya dibidang materi, tetapi juga kerelaan membiarkan mahkluk lain untuk hidup
* Perhatian, kasih sayang lebih tinggi daripada kerelaan materi
* Kerelaan dasar kebajikan dan kehidupan
* Kebajikan dasar keberuntungan, walaupun fisik bagus kalau tidak ada perilaku yang baik maka hidupnya biasa-biasa
* Kerelaan materi
Kerelaan perhatian dan kasih sayang
Kerelaan menjalankan 5 sila
Kerelaan melakukan meditasi
Itulah dasar-dasar keberuntungan
39.
* Keteladan bukan unsur luar tetapi karena perilaku yang baik dan pantas teladannya dan kehormatannya
* Keteladanan yang pantas dimuliakan didapatkan ketika masih hidup
* Meditasi pagi dan malam adalah latihan, meditasi yang sesungguhnya adalah kehidupan saat ini
* Kemampuan kita menerima sebagaimana adanya itulah yang akan menentukan dimana kita akan dilahirkan kelak
40.
* Melihat sebagaimana adanya itulah sesungguhnya salah satu cara Pencapaian Kesucian.
* Power of giving akan terus mengejar kita sampai batas akhir kehidupan.
* Seorang umat Buddha bila ingin maju dalam Dhamma/ Glow in Dhamma maka harus bisa mempertahankan kemantapan Dhammanya, seperti gajah yang rela mati demi mempertahankan gadingnya.
* Agar Dhamma dapat bertahan, kita harus bisa merasakan Keindahan Dhamma, bukan teori, bukan hanya unuk mengisi waktu luang, tetapi untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
* Kerelaan harus tuntas dan melegakan.
41.
* Perilaku yang patut dipuji yaitu apabila kita bisa memperkenalkan Dhamma pada orang lain.
* Saat ini mulailah menjaga kesadaran diri kita agar bisa seperti burung Merak yang sedang melebarkan ekornya. Saat ekor sudah dilebarkan maka akan menjadi perhatian dan panutan bagi yang lain, yang dikemudian hari akan menjadi contoh bagi diri sendiri, orang terdekat kita, keluarga dan lingkungan kita.
* Melihat sebagaimana adanya itulah sesungguhnya salah satu cara Pencapaian Kesucian
42.
* Santet sebenarnya mematangkan karma buruk orang yang akan dicelakai
* Tradisi dapat dilaksanakan asal tidak merubah arti Dhamma
* Kecenderungan pikiran Negatif seseorang hanya bisa diubah dengan melatih diri dalam pelaksanaan kemoralan dan konsentrasi.
43.
*Harta batin adalah punya Rasa Malu n Rasa Takut
*Agar kita tidak melanggar sila, modalnya hanya rasa malu dan rasa takut atas akibat perbuatan kita.
Kalau ini sudah bisa kita miliki, maka sesungguhnya kita bisa mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan
*Kalau (memiliki) rasa takut pada akibat perbuatan jahat, maka (itu) yang menjadi polisi sesungguhnya didalam batin kita, yang akan selalu menjaga selama 24 jam
*Sudahkah kita mempunyai rasa takut melanggar sila didalam pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari?
Kalau sudah, umur panjang, batin tenang dan kebajikan berkembang sehingga hidup didunia berbahagia, mati lahir dialam surga
*Sebagai umat Buddha, yang juga merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki tradisi, boleh menjalankan tradisi selama tradisi tersebut tidak melanggar Pancasila Buddhis
*Puja Bhakti merupakan urutan pertama dalam mengikuti agama Buddha karena Puja Bhakti adalah langkah2 untuk mengembangkan keyakinan pada Ajaran Sang Buddha yaitu Saddha
*Ceramah Dhamma akan menjadi pedoman hidup diri kita sehingga kita akan merasa mantab menjalani kehidupan ini
* Tiga hal yang patut kita renungkan dan kembangkan
-Rajin mengikuti Puja Bhakti sebagai hal pokok untuk mendapatkan ketenangan secara emosional
-Mendengarkan Dhamma dan menambah wawasan, untuk pegangan hidup dalam kehidupan sehari-hari
-Mencari teman diskusi untuk memperkuat keyakinan kita pada Ajaran Sang Buddha sekaligus memiliki kesempatan untuk membagikan Dhamma kepada pihak lain
44.
* Penyebab tidak adanya kerukunan yang mengakibatkan amarah baik dirumah, di Vihara atau di tempat lainnya adalah adanya pemikiran dulu dan nanti.
Yang bisa meredam amarah hanyalah pemikiran “saat ini”
* Kesadaran meningkat, kesabaran meningkat
* Kenyataan “saat ini” yang tidak sesuai karena memikirkan yang dulu begitu dan nanti akan begini
The Power of Now sangat menentukan kesabaran.
* Dengan menyadari “saat ini” saya sedang apa sesering kali maka kesabaran akan datang dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud telah malaksanakan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan “Kerukunan Dasar Keutuhan”
45.
* 5 cara menuju Kebahagiaan :
1. Keyakinan yang sangat kuat akan hukum sebab akibat
2. Menjaga Kemoralan/ Mencegah Kejahatan
3. Membuka diri/ Pembelajaran
4. Kerelaan Berbagi
5. Kebijaksanaan-Menerima Kenyataan sebagaimana adanya
-Kebahagiaan diatas penderitaan mahkluk lain sifatnya sangat terbatas dan bersifat sementara.
-Sebaliknya berbuat kebajikan untuk kebahagiaan semua mahkluk lain merupakan kebahagiaan jangka panjang
-Selalu mengingat kebaikan orang lain dan membalas kebaikan tersebut adalah cermin perilaku orang yang selalu berbuat kebajikan
-Selalu mengingat kejelekan orang lain dan selalu mengingat kebaikan diri sendiri merupakan pernderitaan/ Dukkha.
-Orang yang selalu mempunyai pikiran, ucapan dan perilaku buruk akan selalu merasa rendah diri
-Kesadaran diri atas kondisi saat ini dengan tidak membuat perbandingan merupakan sebuah kebahagiaan
-Sukses tidak sukses dapat ditemukan disemua penjuru dunia, di negara manapun tidak tergantung dengan shio ataupun fengshui melainkan tergantung kebajikan yang telah dilakukan oleh masing-masing.
46.
*Sepekat apa pun kegelapan, tidak akan dapat menelan cahaya meskipun sangat kecil.
Demikian pula biarpun sederhana, jika itu kebajikan, perjuangkanlah.
*Agama Buddha mengajarkan agar hidup yang duka ini diproses sedemikian rupa sehingga bisa menjadi suka.
Karena suka dan duka itu hanyalah permainan pikiran
*Ketika kita bekerja, ketika kita berjuang, ketika kita berbicara, ketika kita berpikir; kita menyadari perjuangan itu sendiri, demi pembicaraan itu sendiri, demi pemikiran itu sendiri, maka hilanglah ketamakan, kebencian dan kegelapan batin.
Sehingga lahirnya PENCAPAIAN NIBBANA di dalam kehidupan, ketika kita bisa hidup sebagaimana adanya.
Melakukan perbuatan demi perbuatan itu sendiri.
*Kemelekatan sumber penderitaan dimasa kini maupun dikehidupan yad
47.
* Harta jika hanya disimpan, bermanfaat kurang maksimal, mungkin bisa juga hilang. Tetapi keindahan batin, bila semakin digunakan akan menjadi semakin elok dan mempesona.
* Kebajikan saat ini belum tentu bisa diulang dimasa yad.
48.
* Kerelaan, kemoralan dan kesadaran merupakan harta yang tak ternilai harganya.
* Kerelaan, kemoralan dan kesadaran, apabila dilakukan terus menerus merupakan harta yang tidak akan musnah dikehidupan kini maupun dikehidupan mendatang.
* Mengembangkan kemoralan juga merupakan salah satu kebajikan.
* Harta tak ternilai syarat utamanya adalah bersih, baik dan tepat waktu.
49.
* Mendengar Dhamma secara rutin walaupun lupa, tetap bermanfaat setidaknya perilaku, tutur kata dan cara berpikirnya menjadi baik.
* Dengan perilaku, tutur kata dan pikiran baik sudah melaksanakan Pancasila
Dengan sering melaksanakan Pancasila bisa menjalankan perilaku yang benar, ucapan benar.
* Orang mengenal Dhamma adalah orang yang selalu bisa menyeimbangkan antara keinginan dan kenyataan.
* Dengan mengenal Dhamma bisa merubah keinginan dengan bijak.
* Dengan mempraktekkan Dhamma bisa menghilangkan stress karena stress adalah keinginan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Tidak stress adalah tanda mengenal Dhamma, karena dengan tidak stress maka timbullah kesabaran.
* Semakin emosi tidak terkendali berarti kita belum mendapatkan manfaat Dhamma.
* Mulailah dari diri sendiri untuk berlatih kesabaran dengan merubah keinginan, keinginan yang baik dan terkendali adalah dengan kerelaan.
* Bisa mempraktekkan Dhamma yang bukan materi adalah Dhamma yg tinggi.
Dana yang bukan materi adalah Memaafkan, dan itu tandanya sehat secara Dhamma.
* Rela materi adalah tujuan awal, rela bukan materi adalah tujuan hidup selanjutnya.
50.
Dalam kehidupan ini terdapat 4 Jalan yang bisa kita pilih :
1. Jalan terlahir kembali sebagai manusia
Dimana segala kondisi yg terjadi dalam kehidupan ini ditentukan oleh lingkungan.
2. Jalan terlahir kembali di alam penderitaan.
Terjadi karena banyaknya pelanggaran sila.
3. Jalan terlahir kembali di alam bahagia (surga)
Dapat diraih dengan banyak berbuat kebajikan.
4. Jalan untuk tidak terlahir kembali adalah jalan yang diajarkan oleh Dhamma (mencapai Nibbana).
Jalan untuk terbebas dari terlahir kembali adalah selalu sadar atas apa yang sedang dilakukan.
Apabila selalu sadar akan masa kini maka segala kebencian sirna.
51.
Seseorang dalam kelahiran kembali setelah kematian bisa terlahir di alam :
–Upapatti-Deva
Dewa yang terjadi karena kelahiran ulang.
–Sammati-Deva
Karena kesepakatan seperti yang dicapai dialam dunia.
Karena kekuasaan/ harta seseorang menjadi didewakan. Mis; Raja/ Presiden, Pejabat.
–Visuddhi-Deva
Dapat diperoleh dengan berbuat banyak kebajikan.
Punya malu berbuat jahat, dan takut akan akibatnya.
Apabila perbuatan yang tidak baik tidak dilakukan maka akan tercapai dewa di alam kini maupun dikehidupan berikutnya. Arahatta akan tercapai pula.
52.
* Kesucian dapat dicapai dengan cara mengikis Ketamakan, Kebencian dan Kebodohan.
* Mengikis Ketamakan, Kebencian dan Kebodohan hanya didapat apabila seseorang (setiap saat) ber Kesadaran Tinggi (Nrima ing padhum) dan selalu waspada (Eling lan Waspodo).
53.
-Tidak berhentinya penderitaan orang yang selalu rajin berdoa karena ia memang belum cukup mempunyai timbunan karma baik. Sehingga berdoa sebanyak apapun juga, ia belum mendapatkan kebahagiaan.
-Sebaliknya kebahagiaan yang diperoleh orang yang berdoa karena timbunan karma baiknya sudah cukup. Jadi kebahagiaan yang didapat bukan karena pertolongan makhluk lain.
-Kebahagiaan tidak ada ikatan dan kaitan dengan makhluk lain. Dengan demikian, kita hendaknya menghindari berbagai bentuk kerjasama dengan makhluk dari alam lain yang berpotensi menimbulkan penderitaan dimasa yad.
Seseorang yang merasa cocok dengan suatu agama yang dipilihnya, hendaknya selalu mengembangkan kebajikan melalui ucapan, perbuatan dan pikiran untuk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan.
54.
-Kemauan seseorang untuk mengubah ucapan, perbuatan dan pikiran agar sesuai ajaran Buddha merupakan perjuangan dan semangat untuk melaksanakan Buddha Dhamma. Bukan tergantung pada bentuk, jenis dan jumlah rupangnya (di altar).
-Dengan selalu menjadikan Sang Buddha sebagai contoh nyata pelaku kebajikan untuk ditiru dalam kehidupan sehari-hari, sesungguhnya orang itu telah melaksanakan Patipati Puja yaitu melakukan penghormatan dengan melaksanakan Buddha Dhamma.
-Seseorang yang melaksanakan Dhamma dengan sungguh-sungguh selalu mengendalikan dirinya dari segala nafsu yang timbul, yaitu mengurangi ketamakan, kebencian dan kegelapan batinnya.
55.
-Pelimpahan jasa memang bagus diperuntukkan kepada leluhur yang kita kenal. Lebih bagus lagi apabila diperuntukkan juga kepada leluhur lain yang tidak dikenal.
-Pelimpahan jasa tidak mengenal batasan waktu; dapat dilakukan di manapun dan kapanpun.
-Pelimpahan jasa sesungguhnya berguna bagi keluarga mendiang yang melakukan pelimpahan jasa.
-Makna pelimpahan jasa adalah memahami bahwa hidup ini penuh dengan ketidakkekalan.
-Memberi penghormatan kepada para leluhur merupakan tolok ukur bahwa kita sudah melakukan kewajiban “Menghormat kepada yang patut dihormat”.
-Kalau kita sudah terbiasa berbuat baik yang merupakan kesinambungan kebajikan, maka kehidupan kita sungguh-sungguh menjadi contoh bagi yang belum melakukan jasa kebajikan.
56.
-Seorang umat Buddha yang telah mempelajari Dhamma hendaknya tidak menjadi musuh di lingkungannya.
-Selama seseorang masih memerlukan pihak lain untuk mengendalikan dirinya sendiri, selama itu pula ia akan berpotensi melanggar peraturan bila si pengendali tidak berada di dekatnya.
-Seseorang tidak akan pernah mampu hidup sendirian, pasti membutuhkan pihak lain. Bila telah menyadari hal tersebut, seyogyanya ia mengurangi rasa keAkuan, mengikis kesombongan dan saling hormat menghormati.
57.
– Kita terlahir sebagai manusia saat ini atas jasa leluhur yang telah mengajarkan kebajikan pada kita dĩ kehidupan lampau.
– Kemerdekaan harus kita rayakan dengan berbuat bajik, seperti Patidana yang kita lakukan setiap tahun bertepatan dengan hari Kemerdekaan, yang juga memperingati para pahlawan yang telah gugur demi Kemerdekaan.
– Tali benang yang dimulai dari Buddharupang, diedarkan ke seluruh keluarga mendiang, berakhir dĩ altar para leluhur menyiratkan bahwa hanya kebajikan (bersama) yang bisa mendorong kita melakukan pelimpahan jasa.
– Kebencian sama dengan memaki diri sendiri ber-ulang2 dan betapa kejam perlakuan kita terhadap diri sendiri.
– Ketika menceritakan keburukan yang telah dilakukan orang lain terhadap kita sama berarti memercikkan garam pada luka hati kita sendiri.
– Kondisi alam yang mengingatkan akan kematian, penyakit (dan tua) merupakan Devaduta (Utusan Dewa).
– Kehidupan seperti menggulung benang. Gulungan akan mencapai ujungnya yaitu kematian; cepat, lambat atau putusnya tali benang tergantung kita sendiri bagaimana dalam menjalani kehidupan ini.
– 2 macam manusia dalam menjalani kehidupan ini ;
a. Hanya mencari kepuasan/ melanggar sila
b. Memanfaatkan kehidupan dgn sebaik-baiknya
– Warisan pemahaman, warisan perilaku adalah dasar kebajikan yang perlu diingat oleh keluarga/ keturunan kita untuk syarat pelimpahan jasa.
– Perbuatan, pikiran dan ucapan yang baik yang akan kita wariskan kepada keluarga yang ditinggalkan adalah syarat perlimpahan jasa bisa dilakukan.
58.
– Sikap tegas adalah keberanian menunjukkan pendirian yang dimiliki. Kuatnya seseorang mempertahankan suatu pendirian akan menimbulkan usaha keras untuk mencari cara agar orang lain dapat menerima pendiriannya itu.
– Apabila kita menemukan kekurangan orang lain, segera hindarilah sikap buruk semacam itu karena kita memiliki kemungkinan melakukannya yang sama.
– Umat dan Bhikkhu bagaikan mitra kerja. Sebagai umat silahkan memperingatkan Bhikkhu yang kadang-kadang bisa salah jalan, karena Bhikkhu bukan orang suci, dan sedang belajar untuk mencapai Kesucian. Kalau Bhikkhu melakukan kesalahan dan umat mendiamkannya, sebetulnya umat menjerumuskan. Setelah terjerumus, sebagai umat akan malu sendiri.
59.
– Kebajikan dengan kerelaan adalah yang patut kita miliki yang kelak kita wariskan pada keluarga karena harta kekayaan, kedudukan tidak bisa kita wariskan pada keluarga.
– Kerelaan, kemoralan dan kosentrasi yang dapat mewujudkan impian dan harapan kita dikehidupan sekarang dan selanjutnya.
– Kerelaan, kemoralan dan kosentrasi adalah harta yang bisa menjamin kebahagiaan dikehidupan yang akan datang.
– Kerelaan, kemoralaan dan kosentrasi tidak hanya mengkondisikan paras bagus, kedudukan tinggi dll bahkan bisa mencapai kesucian.
– Dengan mendengarkan keluhan orang yang sedang mengalami kesulitan adalah kebajikan berupa kerelaan.
– Dengan tidak berpikir pada diri sendiri, lebih memikirkan orang adalah salah satu kebajikan.
– Kerelaan / kebajikan di bulan Kathina di tahun ini merupakan kebajikan awal yang tetap dilakukan berikutnya2 dan berikutnya.
– Apabila kita bisa melakukan kerelaan merupakan langkah awal yang sangat bermanfaat bagi orang yang membutuhkan.
60.
– Kondisi pertapa setelah keluar dari masa vassa cenderung memiliki batin yang bersih sehingga apabila kita bisa bertekad memberikan Sanghadana dapat menjadi kebajikan dan berkah utama.
– Apabila kita telah menjalankan Pancasila Buddhis (Kemoralan), mengkondisikan pikiran tetap bersih hingga saat mempersembahkan Sanghadana, hal tersebut mengkondisikan penerima dan pemberi bersih, ini merupakan kebajikan yang maksimal.
– Kebaikan yang diberikan oleh orang yang bermoral kepada orang yang kurang bermoralan maka kebajikan yang dilakukan menjadi kurang maksimal.
– Begitu juga apabila kebaikan dilakukan oleh yang tidak menjaga kemoralan kepada orang yang kemoralannya kecil maka kebajikan yang dilakukan menjadi minimal.
– Pertahankan kemoralan Pancasila Buddhis hingga besok, lusa, dst maka kita mengkondisikan kebajikan yang langgeng dan maksimal.
– Inilah semua manfaat yang kita peroleh bila bertemu dengan para pertapa.
61.
– Moment ultah tidak selalu dirayakan bersama, tetapi acara Pattidana dapat dilakukan bersama, walaupun tanggal kematian berbeda, karena semua keluarga mendiang selalu ingat akan kebajikan mendiang yang telah meninggalkan warisan harta berupa kekayaan, anak, maupun pasangan hidup.
– Apapun kekayaan harta, jabatan, dan gelar semasa hidup, tetap semua tidak bisa dibawa waktu meninggal, hanya satu gelar yang bisa disandang yaitu : mendiang.
– Seyogyanya semua harta, kekayaan, gelar, jabatan digunakan untuk berbuat kebaikan, itu baru bermakna dan bermanfaat hidupnya.
– Kalau kita mau dikenang, mulai sekarang kembangkanlah kebajikan melalui badan, ucapan dan pikiran, dan pasti Anda nanti akan dikenang sebagai sosok yang bijaksana.
62.
– Sikap tegas adalah keberanian menunjukkan pendirian yang dimiliki. Kuatnya seseorang mempertahankan suatu pendirian akan menimbulkan usaha keras untuk mencari cara agar orang lain dapat menerima pendiriannya itu.
– Apabila kita menemukan kekurangan orang lain, segera hindarilah sikap buruk semacam itu karena kita memiliki kemungkinan melakukannya (keburukan) yang sama.
– Umat dan Bhikkhu bagaikan mitra kerja. Sebagai umat silahkan memperingatkan Bhikkhu yang kadang-kadang bisa salah jalan, karena Bhikkhu bukan orang suci, dan sedang belajar untuk mencapai Kesucian. Kalau Bhikkhu melakukan kesalahan dan umat mendiamkannya, sebetulnya umat menjerumuskan. Setelah terjerumus, sebagai umat akan malu sendiri.
63.
– Luka yang telah anda goreskan pada seseorang tidak akan bisa menghilang hanya dengan kata “maaf”.
Luka goresan itu selalu membekas.
– Kurangnya sikap bijaksana dapat mencelakai diri sendiri. oleh karena itu selalu bersikap bijaksanalah setiap saat.
– Kita semua datang bukan dengan kesempurnaan, ada kelebihan dan ada kekurangan.
Terkadang kekurangan itulah kelebihan kita.
64.
– Sebaiknya seorang umat Buddha jangan bertujuan mencari orang yang telah mencapai kesucian, melainkan harus berjuang sendiri mencapai kesucian dengan sungguh-sungguh melaksanakan Jalan Mulia Berunsur 8.
– Kebijaksanaan diperlukan untuk membatasi perilaku yang kurang sesuai Jalan Dhamma.
Ketegasan diperlukan untuk mengambil sikap yang benar pada saat yang tepat.
– Pemujaan Sejati kepada Buddha adalah dengan melaksanakan Ajaran/ Dhamma Sang Buddha, bukan dengan upacara maupun sesajian.
65.
– Dari kakek moyang, orang tua, kita mengenal tradisi hingga kini. Suatu kebajikan tinggi dari nenek moyang dan orang tua sehingga kita dapat mengenal Dhamma sekarang.
Tugas kita adalah mempraktekkan Dhamma dengan baik agar kakek moyang dan orang tua kita tidak merasa malu.
– Nilai tambah yang kita dapatkan ketika membaca Paritta di altar Buddha adalah memasukkan mental Sang Buddha kedalam batin kita.
– Pelaksanaan dari mentalitas Buddha tercermin dari perilaku kita setiap saat.
– Mentalitas Buddha berupa pengabdian kita kepada siapapun, dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu rumah.
– Ketika sikap jenuh mulai timbul, bangkitkan rasa mentalitas Buddha dengan menyadari bahwa kita memasang altar Buddha, merupakan simbol pengabdian yang harus kita sadari.
– Mentalitas Buddhis adalah memberi, menyayangi, mencintai dengan batin yang bersih.
– Dengan memasang altar Sang Buddha kita harus mempunyai pikiran USA (Untung Saya Apa) dengan membaca Paritta.
Keuntungan yang diperoleh adalah sikap yang baik karena Sang Buddha selalu mengajarkan yang baik-baik.
66.
– Walaupun mempunyai rumah dengan Feng Shui yang baik namun perilakunya buruk dan melanggar sila, maka kebahagiaan akan jauh darinya. Sebaliknya walaupun rumahnya dengan Feng Shui tidak baik namun perilakunya baik dalam perbuatan, ucapan dan pikiran, maka kebahagiaan akan tetap menjadi miliknya.
– Manusia boleh saja berusaha untuk hidup abadi serta menghindari kematian namun sudah menjadi hukum alam bahwa segala sesuatu adalah tidak kekal, ketidakkekalan itulah yang kekal. Oleh karena itu, manusia hanya bisa hidup lebih lama, namun ia pasti mengalami kematian bahkan bumi inipun akan hancur dan kiamat pada saatnya nanti.
– Pergaulan anak-anak menentukan corak watak anak dimasa depan. Ibarat kayu cendana yang wangi akan memberikan keharuman bagi kertas yang membungkusnya. Begitu juga sebaliknya, daging busuk akan menyebarkan kebusukannya pada daun yang membungkusnya. Berhati-hatilah dalam memilih teman dan lingkungan bergaul agar tidak menjadi penyesalan bagi semua pihak.
67.
Tiga bentuk Kebajikan dasar ajaran Sang Buddha :
1. Kerelaan
2. Kemoralan
3. Konsentrasi
Kerelaan selalu Anda lakukan di bulan Kathina.
Sudahkah Anda memberikan dana yang bagus dan baik, yang lebih bagus dan baik dari yang Anda pakai?
Mungkin Anda bisa. Tetapi mampukah Anda memberikan orang yang Anda sayangi?
Pasti sulit, karena Anda sulit untuk menghadapi perubahan.
Pelepasan yang tersulit adalah kematian karena inilah kerelaan melepas yang sesungguhnya. Bahkan diri kita sendiri yang akan terlepas.
Kathina adalah belajar melepas sekaligus belajar terlepas.
Menyikapi ketidakkekalan merupakan kerelaan.
Kalau ikatan karma belum habis walaupun dilepas tidak akan hilang.
Sebaliknya, kalau ikatan karma sudah habis walau dipertahankan akan tetap terlepas atau hilang juga.
68.
Hendaknya kita bisa merenungkan bahwa pada masa Sang Buddha banyak orang mencapai Kesucian hanya dengan mendengar Dhamma sekali saja. Dhamma yang indah pada awal, pertengahan dan akhir.
Karena itu, kita haruslah memiliki keyakinan bahwa dimasa sekarang, siapapun tetap dapat mencapai Kesucian jika ia menjalani kehidupan sesuai dengan yang diajarkan Buddha Dhamma
69.
Selama perjalanan hidup Sang Buddha, Beliau tidak bersikap pasif dan menunggu saja.
Setiap pagi Sang Buddha melalui mata batinNya selalu mencari dan melihat siapa yang pada hari itu bisa mencapai Kesucian.
Oleh karena itu, kita belumlah menjadi umat Buddha yang sesungguhnya apabila kita masih bersikap pasif dan menunggu.
70.
Semakin banyak hari dalam setahun yang digunakan untuk mengingat jasa ayah dan ibunya, akan membuat semakin dekat hubungan antara orang tua dan anaknya.
Begitu juga sebaliknya.
Hal ini akan menjadikan anak selalu ingat akan kebajikan dan jasa orang tua yang telah diberikan.
71.
Kita hendaknya lebih memahami bahwa kiamat memang pasti terjadi pada suatu saat nanti.
Namun sebelum kiamat tiba, hendaknya kita menggunakan kesempatan baik ini untuk berbuat kebajikan sebanyak mungkin sesuai Dhamma
72.
Kekayaan dapat membeli apapun, tetapi tidak bisa membeli kenyamanan.
73.
Kalau kita sudah menjalankan prinsip Dhamma, dalam perdebatan, gunakanlah prinsip Hitam Putih, dan kita mungkin akan memenangkan perdebatan itu dengan baik walaupun dapat juga meninggalkan kebenciaan pada lawan debat kita.
Kemenangan dalam berdebat semacam itu jelas bukan yang dianjurkan.
Kemenangan sesungguhnya adalah perdebatan yang membawa perubahan pikiran tanpa harus menimbulkan kebencian atau permusuhan.
74.
Sang Buddha mengajarkan, tertarik Dhamma karena Keindahan Dhamma.
Siapapun yang membabarkan Dhamma, orang tetap akan tertarik, bukan tergantung pribadi.
Dhamma bertahan ribuan tahun, karena Keindahan Dhamma itu sendiri sebagai ajaran.
Laksana burung Merak Jantan mengembangkan ekornya yang indah, Merak-Merak Betina akan datang menghampirinya. Ini realita kehidupan.
Dalam membabarkan Dhamma seperti Merak Jantan, datang bukan karena dipaksa tetapi karena Keindahaan Dhamma.
Kita dapat menjadi Merak-Merak Jantan bagi keluarga dan lingkungan sekitar sehingga akan mendatangkan pertanyaan dan ketertarikan Dhamma karena kita sudah mengembangkan ekor yang Indah.
75.
Indahnya Dhamma bukan dari kata-kata melainkan dari pelaksanaan.
Tiga prinsip Pelaksanaan Dhamma sehari-hari adalah :
1. Kerelaan.
Kerelaan tingkat awal adalah kerelaan materi, selanjutnya adalah kemauan.
Kerelaan batin telah menunjukkan Keindahan Dhamma.
2. Kemoralan, selalu menjalankan Pancasila, 5 Kemoralan.
3. Konsentrasi, meditasi dapat menghasilkan batin yang tenang.
Menjalankan salah satu prinsip tersebut merupakan Keindahan Dhamma.
76.
Dalam kehidupan sehari-hari, Dhamma itu Indah kalau kita menjalankan dengan sungguh-sungguh sehingga orang melihat kita, kitalah tempat praktek Dhamma itu, melihat kita melihat Dhamma, kemanapun kita pergi, kita menjadi Dhammaduta.
Keindahan Dhamma bukan terletak dibuku-buku, Keindahan Dhamma bukan hal-hal diluar diri tetapi didalam diri. Sehingga kita menjadi Merak yang indah, Dhamma yang ada dalam diri itulah ke Indah-an Dhamma yang dapat memetik manfaat dan memetik kebahagiaan. Orang lain disekitar kita memetik kebahagiaan, akhirnya kita menjadi sumber kebahagiaan bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar kita.
Kemanapun kita pergi, dengan pelaksanaan Dhamma, kita akan mendapatkan kebahagiaan dan memberikan kebahagiaan, tiada seIndah Dhamma selain ketika kita melaksanakan Dhamma sehari-hari sehingga kita menjadi inspirasi bagi lingkungan sekitar kita.
77.
Kecenderungan memilih pembabar Dhamma tertentu adalah karena adanya ikatan Kamma.
Siapapun pembabar Dhamma tersebut, ajaran Dhamma adalah tetap.
Jadi kita haruslah bijaksana dan tidak menolak pembabar Dhamma lain, karena kita bisa mendapatkan cara pembabaran Dhamma yang berbeda.
Sebenarnya bukan proses pembabaran Dhamma yang penting, namun sudah adakah perubahan kearah yang lebih baik pada diri kita.
Itulah bakti sesungguhnya terhadap Dhamma sebagaimana bakti kita kepada orangtua.
78.
Badan, ucapan dan pikiran membutuhkan latihan untuk mencapai ketrampilan khusus.
Meditasi membutuhkan latihan memusatkan pikiran agar mendapatkan manfaat, selalu sadar dan fokus.
Remaja menjadi lebih cerdas, manula tidak lagi gampang pikun dan batin pun menjadi lebih tenang.
Kalau batin tenang, masalah apapun yang timbul, kita bisa menghadapi dengan tenang, dengan sadar bahwa hidup adalah SAAT INI, maka Kesucian pun mungkin bisa dicapai sehingga tidak terlahirkan kembali….
79.
Hidup SAAT INI bukanlah menolak masa lalu maupun masa depan, tetapi menerima kenyataan sebagaimana adanya, baik keuntungan maupun kerugian, agar dapat menjadi pelajaran untuk perbaikan di masa depan.
Kesuksesan, kekayaan, kebahagiaan serta kedamaian pun dapat dicapai dengan meditasi.
Meditasi adalah kunci dasar Agama Buddha.
80.
Menjelaskan Buddha Dhamma kepada teman non Buddhis sekalipun dapat dilakukan dengan inti nasehat bahwa HIDUP TIDAK KEKAL.
Dengan bahasa sehari-hari, menggunakan analogi alam (mis. ketidakkekalan bunga) akan lebih mudah menjelaskan Dhamma.
Apabila dalam penjelasan tersebut, teman non Buddhis itu kemudian senang berdiskusi Dhamma, maka mereka mungkin akan semakin yakin dengan agamanya sendiri tanpa harus berpindah agama, serta mendapatkan berbagai kesamaan Buddha Dhamma dengan ajaran mereka.
Hal ini sangatlah bagus karena kita tidak perlu memperuncing perbedaan sehingga mengakibatkan permusuhan.
Sesungguhnya belajar Dhamma tidak harus menjadi umat Buddha, namun praktek Dhamma lah yang terpenting.
81.
Jadilah garam dan terang dunia yaitu dengan Hidup Berkesadaran.
Disebutkan dalam Dhamma “Berbahagialah mereka yang tersadar diantara yang terlelap”.
Garam sedikit memberikan rasa yang nyaman untuk keseluruhan masakan.
Terang sedikit, tidak dapat dipadamkan dengan seberapapun besarnya kegelapan. Kegelapan hanya bisa menunggu hingga padamnya sumber terang tersebut.
Walaupun ia sendiri yang telah sadar, namun ia tidak akan terganggu oleh mereka yang sedang terlelap.
Mungkin hanya sedikit mereka yang telah tersadar, namun mereka yang terlelap tidak dapat menekan maupun mempengaruhinya.
Justru ia yang tersadar dapat menjaga mereka yang sedang terlelap.
Inilah kekuatan Kesadaran.
Kebaikan seseorang tidak akan hilang hanya karena ia berada di antara keburukan banyak orang di lingkungannya.
Ia mungkin justru mampu mengubah perilaku buruk lingkungannya sehingga menjadi lebih baik.
Inilah makna dan manfaat Hidup Berkesadaran.
82.
Kebahagiaan bukan diukur dari luar, tetapi kemampuan menerima kenyataan dengan batin yang tenang.
Ukuran cukup dicari bukan dengan kepuasan dan ketamakan.
Tolok ukur paling sederhana dalam kehidupan adalah kehidupan seorang Bhikkhu.
83.
Berbuat baik adalah kemauan; dengan kemauan pasti ada kesempatan.
Kerelaan, Kemoralan dan Konsentrasi, dalam kondisi ekonomi apapun juga dapat dilaksanakan.
Jangan mengukur praktek Dhamma dengan ekonomi, umur, dan kesempatan.
Jangan merendahkan diri sendiri ketika memiliki kesempatan untuk mempraktekkan Dhamma.
84.
Setiap mengambil keputusan dalam hal apapun, sebagai perumah tangga atau pertapa, haruslah memenuhi 4 kriteria sbb :
1. Kebijaksanaan
2. Pelepasan atau siap menerima resiko apapun dari keputusan yang telah diambil.
3. Kebenaran / sesuai Dhamma
4. Ketenangan, keputusan apapun yang diambil hendaknya menghasilkan ketenangan untuk diri sendiri, maupun lingkungan.
85.
Kerelaan membuahkan kebahagiaan karena bermanfaat untuk :
1. Membuat batin tenang
2. Memilih barang sesuai kebutuhan bukan hanya karena keinginn
3. Mengkondisikan gampang tidur
4. Memilih makanan sesuai kebutuhan
5. Mudah menjalankan kemoralan / Sila…
6. Mudah mempraktekkan Samadhi
86.
Kemanusiaan didalam Dhamma adalah berusaha memahami bahwa kita adalah bagian dari dunia yang besar ini, dan yang besar adalah juga bagian dari kita. Kalau sudah memahami hal ini maka kita tidak akan merendahkan orang lain ataupun diri sendiri.
87.
Pengembangan pendidikan karakter dalam Dhamma ada beberapa unsur :
1. Kejujuran, kita siap mengendalikan diri dan siap jujur.
2. Penyesuaian diri, dengan melatih kerelaan/ dana baik materi atau non materi.
3. Kesabaran, dengan mengembangkan kemampuan untuk menerima kondisi yang terjadi saat ini.
4. Kesadaran, selalu mengembangkan kesadaran saat ini.
88.
Apakah kita bisa merubah Karakter seseorang ?
Pada dasarnya bisa.
Karakter itu Watak; Watak timbul dari Kebiasaan yang bertahun-tahun;
Kebiasaan muncul dari Perilaku; Perilaku muncul dari Keinginan.
Perubahan Keinginan berulang-ulang di waktu yang lama akan mengubah Karakter.
89.
Jadilah Pahlawan Perubahan bagi perubahan karakter seseorang dengan menjadi teman dan sahabat yang bisa mengorbankan waktu untuknya hingga dapat merasakan kebahagiaan ketika ia mengalami perubahan menjadi lebih baik.
90.
Hidup adalah titipan…
Kita harus melatih melepas kemelekatan pada karir dan harta duniawi. Karena karir dan harta duniawi bisa naik dan bisa turun.
Kalau kita bisa menyadari bahwa hidup adalah titipan, kita tidak akan gelisah menghadapi perubahan. Perubahan akan kehilangan karir, harta duniawi bahkan kehidupan diri kita sendiri.
91.
Kalau simpanan karma lampau kita habis, tidak ada satupun yang bisa menghindar dari kehilangan orang yang kita sayangi, yang kita benci, karir maupun harta duniawi. Kalau kita tidak bisa menerimanya dan mulai menyadari melepas kemelekatan maka gelisah, stress dan penderitaan yang kita dapat, karena semua itu hanyalah titipan.
92.
Dengan membiasakan diri berdana, melatih diri melepas kemelekatan dengan menyadari inilah kita memberikan titipan tanpa penyesalan, apabila dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, bahwa kehidupan kita merupakan titipan, maka pada saat kita melepas kehidupan ini untuk lahir dialam yang lain, maka kita akan melepas dengan ikhlas, dengan rela, tanpa beban.
93.
Dengan membiasakan diri, melepas, kerelaan dengan berdana akan menumbuhkan kebahagiaan, sebaliknya kalau kita melekat, akan menimbulkan penderitaan.
Dengan berdana terus menerus, melatih diri untuk melepas kemelekatan, meraih kebahagiaan.
94.
Setiap orang memiliki Kesadaran.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kegiatan yang tidak disadari, sehingga timbul penyesalan kemudian.
Penyesalan biasa disadari dalam beberapa waktu kemudian, bisa sehari, seminggu, sebulan dst.
Kesadaran datang terlambat, maka perilaku yang salah dan ucapan buruk, sudah menyakiti lingkungan kita.
Kalau pikiran yang kurang tepat telah dapat disadari lebih dahulu, walaupun tidak menyakiti orang lain, masih tetap menyakiti diri sendiri.
Membangkitkan Kesadaran sangatlah penting.
Seandainya Kesadaran yang baik hanya diperoleh dengan meditasi dan keberhasilan meditasi tergantung pada bakat, maka Dhamma tidak bermanfaat untuk banyak orang.
Kesadaran adalah milik siapapun juga, bukan milik orang yang berbakat saja. Kesadaran adalah milik orang yang berkemauan. Mau atau tidak ia mengembangkan/ membangkitkan Kesadaran.
Cara membangkitkan Kesadaran :
1. Sering mengucapkan dalam batin “Saat ini saya sedang apa”
2. Kesadaran butuh dibangkitkan dengan menimbulkan rasa malu melakukan hal yang tidak baik. Jangan sia-siakan hidup kita untuk membuat malu para leluhur, lingkungan dan guru kita.
3. Dengan melatih Meditasi mengembangkan Kesadaran berdasarkan kemauan bukan bakat. Meditasi sangatlah bermanfaat untuk batin dan Kesadaran.
Jika salah satu cara di atas sering dilakukan selama beberapa minggu, maka Kesadaran akan meningkat pesat, apalagi bila dilaksanakan selama tiga bulan penuh.
95.
Menghormat kepada yang patut dihormat adalah Berkah Utama.
Orang tua adalah Deva. Orang tua adalah Brahma di dalam rumah kita.
Kita harus mengingat orang tua, baik dalam memberi makanan minuman dan sebagian hasil jerih payah kita.
Melakukan sesuatu haruslah seijin orang tua. Kita masih berhutang kepada orang tua kita, maka bahagiakanlah mereka.
Semua yang kita lakukan haruslah demi kebahagiaan orang tua dan tidak memalukan mereka.
Kebaikan akan selalu mengikuti si pelaku kemanapun juga ia terlahirkan.
Beberapa jenis anak :
1. Anak berkualitas sama dengan orang tua.
2. Anak berkualitas melebihi orang tua.
3. Anak kurang berkualitas daripada orang tua.
Upacara peringatan kematian 3 hr, 7 hr, 100 hr, 1 th, 2 th dan 1000 hr sebaiknya digunakan sebagai pengingat pesan maupun kebaikan orang tua.
Dengan demikian, semakin panjang garis keturunan, haruslah semakin baik pula kualitas perilakunya.
Dalam istilah “tujuh turunan”, posisi kita berada di nomor 4, jadi 3 generasi di atas dan 3 generasi di bawah.
-3 generasi di atas adalah orang tua, kakek nenek, dan kakek nenek buyut.
-3 generasi di bawah adalah anak, cucu, dan cicit.
Kebaikan yang dilakukan mengkondisikan membawa nama baik untuk 3 generasi di atas dan 3 generasi di bawah kita.
Kita sebagai umat Buddha haruslah menurunkan generasi yang berkualitas, yang mempunyai semangat selalu menjalankan kerelaan, kemoralan dan samadhi.
Jika melaksanakan upacara peringatan kematian sebagaimana yang disampaikan di atas, maka kita haruslah selalu bertekad untuk berbuat lebih baik, lebih baik dan terus lebih baik.
Hidup kita tidak seperti urut kacang, datang duluan pulang duluan tapi seperti naik kendaraan bis, naik duluan belum tentu turun duluan, naik belakangan belum tentu turun belakangan, tidak tentu tetapi sesuai kebajikan dan karma kita.
Upacara peringatan 3 hr dst atas kematian seseorang dapat dipergunakan untuk merenungkan ketidakkekalan.
Upacara duka ini juga sesuai dengan ajaran Dhamma bahwa kematian adalah pasti.
Oleh karena itu, ketika seseorang masih hidup, ia haruslah selalu berbuat baik demi keluarga, lingkungan dan Negara.
96.
Dalam salah satu faktor Berkah Utama disebutkan “menemui pertapa adalah Berkah Utama“. Kalimat tersebut dapat dimaknai sebagai menemui orang yang pandai dan terpuji kemoralan nya.
Setelah bertemu dengan pertapa yang patut dihormat, ia haruslah berusaha meniru perilaku dan mempraktekkannya.
Maksud “meniru perilaku pertapa” adalah :
1. Kemampuan memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk.
2. Ketulusan menolong atau membantu.
3. Senantiasa melakukan kerelaan.
4. Selalu berusaha menjaga diri agar dapat mempertahankan kehidupannya sebagai pertapa untuk sampai selamanya, bagaikan seekor gajah yang selalu mempertahankan gadingnya.
Sering mengucapkan :”Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā”, atau “Semoga semua makhluk berbahagia”, haruslah selalu diwujudkan dalam pola pikir, ucapan dan perilaku kehidupan sehari-hari agar dapat membahagiakan orang tua, keluarga, lingkungan dan juga semua mahkluk.
97.
Dalam salah satu faktor Berkah Utama disebutkan “menemui pertapa adalah Berkah Utama“. Kalimat tersebut dapat dimaknai sebagai menemui orang yang pandai dan terpuji kemoralan nya.
Setelah bertemu dengan pertapa yang patut dihormat, ia haruslah berusaha meniru perilaku dan mempraktekkannya.
Maksud “meniru perilaku pertapa” adalah :
1. Kemampuan memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk.
2. Ketulusan menolong atau membantu.
3. Senantiasa melakukan kerelaan.
4. Selalu berusaha menjaga diri agar dapat mempertahankan kehidupannya sebagai pertapa untuk sampai selamanya, bagaikan seekor gajah yang selalu mempertahankan gadingnya.
Sering mengucapkan :”Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā”, atau “Semoga semua makhluk berbahagia”, haruslah selalu diwujudkan dalam pola pikir, ucapan dan perilaku kehidupan sehari-hari agar dapat membahagiakan orang tua, keluarga, lingkungan dan juga semua mahkluk.
98.
Kebajikan akan mengikuti kemanapun si pembuat pergi.
Kebajikan akan mengikuti si pembuat sampai ke kelahiran2 berikutnya
Kondisi2 yang menyebabkan kelahiran di alam yang lebih baik/ bahagia :
-Memiliki keyakinan
-Kemoralan
-Kerelaan
-Kebijaksanaan
99.
Sanghadana dibulan Kathina, kita bisa memberikan dana 4 kebutuhan pokok kepada Para Bhikkhu yang mungkin tidak kenal, berarti kita juga harus bisa memberikan dana kepada yang lebih kita kenal seperti kepada orang tua, keluarga, teman dll.
Walaupun sudah berdana kepada bhikkhu, tetapi masih belum bisa berdana kepada orang tua berarti kita masih belum berdana yang sesungguhnya.
Selain berdana barang, mengucapkan kata2 yang baik dan sopan berarti juga sudah berdana kerelaan.
Memiliki perilaku yang baik bersumber dari kerelaan.
Setelah banyak mengembangkan kerelaan maka janganlah bersikap sombong.
Kerelaan tersebut di atas akan menghasilkan persahabatan baik dikehidupan ini juga dikehidupan yang selanjutnya.
100.
Hidup tidak pasti, kematian yang pasti.
Selama hidup, jalani selalu Pancasila dan Pancadhamma yaitu :
1. Tidak membunuh -> Mengembangkan Metta, salah satunya melaksanakan Abhaya Dana atau pelepasan makhluk
2. Tidak mencuri -> Memiliki Mata Pencaharian Benar dan banyak berdana atau melatih kerelaan
3. Tidak melakukan perbuatan asusila -> puas dengan 1 pasangan
4. Tidak berbohong -> Selalu Jujur
5. Tidak mabuk2an -> mengembangkan konsentrasi dan kesadaran penuh dengan rajin serta rutin berlatih meditasi
Apabila kematian tiba, dapat menghadapinya dengan berani karena telah banyak berbuat kebajikan serta melakukan Pancadhamma sebagai upaya benar agar dapat menghindari pelanggaran 5 latihan kemoralan/ Pancasila.
101.
Pikiran adalah pelopor segalanya. Suka duka karena pikiran.
Perbedaan antara senang dan bahagia;
Senang kondisi batin yang bisa dirasakan jangka pendek dan faktor dari luar.
Sedangkan bahagia kondisi batin jangka panjang dan faktor dari dalam.
Dalam satu kondisi yang sama, bisa terjadi hal menyenangkan bisa juga mengalami penderitaan di kesempatan yang berbeda.
Senang atau tidak senang tergantung batin dari dalam.
Kalau kita sering diombang-ambingkan senang dan tidak senang berarti kita diombang ambingkan pikiran/ diri kita sendiri.
Keinginan yang tercapai atau tidak tercapai akan mempengaruhi.
Keinginan suka bisa menjadi lebih suka begitu juga duka bisa menjadi suka hanya dengan mengolah pikiran dengan baik/ mengubah cara berpikir.
Apapun masalah yang kita hadapi yang terpenting jangan Gelisah.
Berusaha merubah polah pikir dengan nilai positif.
Kalau kita bisa mengembangkan pola pikir sangat baik dan positif maka dimanapun kita berada batin kita akan seimbang dan hidup bahagia.
Hidup kita saat ini dan seterusnya akan bahagia.
102.
Hal yang penting sebagai umat Buddha dan yang sudah mempelajari dan melaksanakan Dhamma adalah :
1. Tahu cara pengendalian pikiran, tahu Jalan Tengahnya pengendalian pikiran
2. Tahu cara pengendalian keinginan indriya
3. Tahu cara pengendalian waktu
Kalau kita bisa melaksanakan ketiga hal tersebut berarti kita bisa merasakan manfaat menjalankan Dhamma. Hidup pun akan bahagia.
103.
Meditasi bukan doa
Meditasi bukan sembahyang
Meditasi bukan ritual
Meditasi adalah ketrampilan memusatkan atau mengendalikan pikiran.
Ketrampilan memusatkan pikiran/ Meditasi dikatakan berhasil apabila dalam kehidupan sehari-hari dapat mengendalikan pikiran, ucapan dan perbuatan.
Pikiran harus diikat dengan pikiran, agar meditasi mendapatkan kemajuan.
Meditasi jalan menjadi tolok ukur tingkat konsentrasi seseorang.
Ketidakmampuan kita bermeditasi bukan kesalahan dari orang lain, tetapi karena kita tidak bisa mengendalikan pikiran kita sendiri. Mengendalikan ketertarikan menjadi ketidaktertarikan lagi.
Contoh misal : Mendengar hanya mendengar saja, tidak tertarik untuk merespon ataupun melakukan sesuatu.
104.
Buddhaṁ Saraṇaṁ Gacchāmi – Saya berlindung kepada Buddha yang walaupun telah lama parinibbāna, yang perlu diteladani adalah Kebijaksanaan dari Buddha.
Bijaksana dalam pikiran, perilaku maupun ucapan.
Dhammaṁ Saraṇaṁ Gacchāmi – Saya berlindung kepada Dhamma, Kebenaran yang harus diyakini, bahwa hukum tabur tuai benar adanya, berlaku bagi semua mahkluk.
Saṅghaṁ Saraṇaṁ Gacchāmi – Saya berlindung kepada Saṅgha – Saṅgha pelaku Kebenaran yang terdiri dari 4 pasang mahkluk, 8 jenis mahkluk suci.
Terdapat 2 Saṅgha yaitu Sammuti Saṅgha dan Ariya Saṅgha.
Umat juga merupakan pelaku Kebenaran. Siapapun yang telah mencapai Kesucian, baik umat ataupun Bhikkhu adalah termasuk Ariya Saṅgha.
105.
Sesuai benih yang ditabur, begitu pula buah yang dipetik.
Pembuat Kebajikan membuahkan Kebahagiaan.
Menerima buah Kebajikan dengan apa adanya.
Tidak mengeluh, tidak menyesal, menerima sebagaimana adanya.
Maka Kebahagiaan pasti didapat.
Kebahagiaan bukan karena dari pengaruh luar tetapi diri sendiri ketika mampu menerima apa adanya dan dengan pola pikir yang positif.
106.
Kebajikan kembali pada pembuat kebajikan itu sendiri.
Pelaku kebajikan akan berbahagia dimasa sekarang dan masa selanjutnya.
Kumpulan setiap tekad baik itulah Kebajikan.
Kumpulan kondisi pikiran baik itulah Kebajikan.
Menyerahkan persembahan dengan tulus itulah kondisi baik.
Dana Sangha dimasa sebulan Kathina mengkondisikan perbuatan bajik untuk dilakukan selama 11 bulan berikutnya pada orang lain agar mereka bahagia.
Memaksakan kehendak diri sendiri kepada orang lain, akan mengkondisikan lingkungan yang kurang baik.
107.
Keyakinan pada perilaku baik berbuah Kebahagiaan.
Keyakinan merupakan modal melakukan Kebaikan.
Perbuatan yang dilakukan disebut sebagai Kebaikan apabila memenuhi 4 persyaratan sekaligus yaitu :
1. Pelaku kebaikan merasakan bahagia
2. Penerima kebaikan merasakan bahagia
3. Perbuatan itu dapat diterima oleh lingkungan sekitar
4. Perbuatan tersebut sesuai dengan tuntunan Buddha Dhamma
108.
Pada saat seseorang bermimpi buruk, jika ia dapat berucap “Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammā-Sambuddhassa”
atau “Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā” atau “Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi, Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi, Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi”
Maka ucapan yang muncul dari bawah sadar tersebut dapat menjadi salah satu penanda Keyakinan seseorang pada Buddha Dhamma.
109.
Dengan berdana kepada Bhikkhu Sangha, secara otomatis seseorang telah mendukung kehidupan Sangha; dengan sendirinya ia telah berdana Dhamma yang merupakan dana tertinggi dalam Ajaran Sang Buddha.
Kesempatan berdana Dhamma menjadi salah satu penanda Keyakinan seseorang pada Buddha Dhamma.
110.
Kerelaan membuahkan kebahagiaan
Apapun yang orang lain lakukan, baik maupun buruk, saya tetap melakukan kebaikan.
Apapun yang orang lain lakukan, baik maupun buruk, tidaklah mengubah sifat baikkku.
Ketika seseorang sudah mendukung kebutuhan para bhikkhu, juga sudah mendukung keberlangsungan Sangha, sudahkah ia juga mendukung orang2 di sekitarnya, terlepas dari orang itu menyenangkan ataupun tidak menyenangkan baginya.
Kerelaan yg kita lakukan dalam segala bentuknya, akan menjadi sumber kebahagiaan karena semua Kebajikan akan kembali pada diri sendiri.
111.
Agar harmonis kehidupan materi dengan kehidupan spiritual :
1. Perbanyaklah Kebajikan
2. Terus/ Selalu berbuat Kebajikan
3. Jangan berhenti berbuat Kebajikan
Sebenarnya setiap orang TAHU banyak cara untuk berbuat Kebajikan melalui perilaku, ucapan atau pun pikiran. Problemnya, apakah ia MAU berbuat Kebajikan ?
Setiap orang tahu menolong itu Kebajikan, tapi apakah ia sudah melakukannya ?
Setiap orang tahu memaafkan itu Kebajikan, tapi apakah ia sudah melakukannya ?
Jadi setumpuk pengetahuan Kebaikan itu tidak ada gunanya kalau tidak dilakukan.
Dari setumpuk pengetahuan Kebaikan itu kalau sudah dilakukan satu saja, maka hal itu sudah termasuk Kebajikan, apalagi bila dapat dijadikan kebiasaan.
112.
Ketika seseorang melakukan Kebajikan dengan tenaga, ucapan maupun pikiran sesungguhnya tidaklah mengurangi harta yang dimiliki.
Sebagaimana sumur ketika diambil airnya tidak akan habis airnya, sebaliknya ketika diambil airnyapun tetap.
Jadikanlah diri kita sebagai sumur2 Kebajikan yang selalu dapat ditimba dan dibagikan demi Kebahagiaan masyarakat luas, bahkan semua makhluk.
113.
Mewaspadai Keserakahan dan Ketamakan untuk menjaga Kebahagiaan
Senang karena menerima
Bahagia karena memberi.
Ketika mau berbagi disaat telah banyak mendapatkan, maka hal itu bukanlah termasuk Keserakahan.
Keserakahan timbul apabila kita hanya berusaha mendapatkan untuk kepentingan pribadi, tanpa berbagi kepada fihak lain.
Menerima dengan cukup, menggunakan dengan cukup dan kita bagikan kepada yang membutuhkan itulah Kebahagiaan bukan Keserakahan.
Selama kita menggunakan sesuai kebutuhan, bisa berbagi dari sisa yang kita butuhkan tidak bisa dinamakan Keserakahan. Ini yang harus diwaspadai karena kebutuhan berbeda dengan keinginan. Keinginan tidak ada batasnya, Kebutuhan ada batasnya.
Tidak bisa menghentikan keinginan itulah Keserakahan.
Korban pertama Keserakahan adalah diri kita sendiri, korban berikutnya adalah orang lain disekitarnya.
Kemarahan timbul jika Keserakahan tidak terpuaskan.
Apabila keinginan tidak tercapai, maka kemarahan yg timbul, Keserakahan tidak tercapai timbul juga kemarahan.
Apabila kita dapat mengembangkan Kesadaran antara keinginan dan kebutuhan maka sesungguhnya ketenangan batin bisa dijaga.
Apabila Ketenangan Batin bisa dijaga maka ketamakan dan keserakahan bisa diperkecil, Kebahagiaan dengan berbagi tetap bisa dijaga.
Kalau kita mengerti kata “Cukup” maka Kebahagiaan itu akan terjaga.
Cukup itu hanya diri kita sendiri yang mengetahui, yang penting sebagai umat Buddha ketika mendapat harus rela berbagi, seberapa banyak kita berbagi sesungguhnya itulah arti kata “Cukup” bagi kita.
114.
Menghormat yang patut dihormat :
Renungkanlah :
-Sudahkah saya berperilaku layak?
-Sudahkan saya berbicara layak ?
-Sudahkah saya memiliki pola pikir yang layak ?
Kalau hari ini semua itu sudah layak, maka lanjutkanlah mumpung kita masih hidup. Andai nanti kita meninggal, maka kita pun sudah siap.
115.
Arti Kesombongan :
Ketika saya berbuat baik, apakah orang lain harus berbuat baik juga pada saya ?
Tidak. Ketika saya berbuat baik maka orang itu justru menjadi sarana saya untuk berbuat baik. Jadi kebaikan itu saya lakukan adalah untuk membangun nasib baik saya sendiri.
Kalau kita sudah dapat merenungkan hal ini dengan baik, maka tidak ada alasan untuk sombong lagi karena ternyata orang lain justru sangat berjasa untuk pengembangan diri kita, bukan diri kita yang berjasa kepada orang lain.