How To Be Childs and Parents
Selasa, 18 Mei 2010
Sabtu 15 Mei 2010, di Auditorium Blok M lt.8, Kampus Universitas Tarumanagara Jakarta, KMB Dharmayana mengadakan sebuah acara talk-show yg bertemakan keluarga. Meski temanya mungkin terkesan sederhana, namun tidak semudah itu pelaksanaannya dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Begitu banyak masalah2x kecil yg terjadi dalam kehidupan berkeluarga, namun ternyata membawa dampak yg besar hingga bahkan kepada hubungan di dalam masyarakat. Seperti misalnya, anak yang kurang berbakti kepada orang tuanya, dapat menjadi orang tua yg kurang baik bagi anak2x-nya dan implikasinya tentu saja pada kehidupan bermasyarakatnya, karena ia tentu saja praktis juga kurang menghormati nilai2x kehidupan bermasyarakat, bahkan lebih jauh, yaitu perkembangan kehidupan spiritualnya.
Demikian pula dengan orang tua yg tak mampu mengakomodasi kehidupan (atau mungkin keinginan anak2x-nya), juga dapat memberikan dampak yg kurang positif kepada putra-putrinya kelak di masa yang akan datang, karena pada akhirnya, menurut pesan Bhante Uttamo pada acara itu, meski berasal dari pohon yg sama, namun pasti tetap memiliki karakteristik yg berbeda dengan “pohon induknya”, karena setiap individu pasti terbentuk dengan karakternya masing2x yg pasti memiliki keunikannya sendiri2x.
Pada awal sesi, Ibu Meiske yang hari itu tampil begitu sangat mempesona dengan untaian kata2x mutiaranya yang hebatnya selalu pas dengan penjabaran setiap sesi, membagikan kepada kita semua betapa terkadang masalah komunikasi sering menjadi hambatan dalam hubungan orang-tua dan anak. Sedangkan solusi yg ditawarkan oleh Ibu Meiske, berdasarkan pengalamannya sebagai psikolog sekaligus orang tua bagi kedua anaknya, adalah CONTOH PERBUATAN JAUH LEBIH EFEKTIF DARIPADA SEKEDAR NASEHAT.
Berikutnya YM. Bhiksu Vijjuko Dharmaphala (lebih dikenal sebagai Suhu Kho Fa) yang hari itu sukses mencerahkan hati para audiens dengan pengalaman hidupnya yang disampaikan sarat penuh humor berikut penjabaran Sigalovadda Sutta. Tentang pengalaman beliau yang saat2x sulit beliau sewaktu mengajukan permohonan menjadi anggota Sangha, yang sempat tidak diijinkan oleh orang tua dan keluarganya, namun beliau akhirnya mampu mendapatkan ijin tersebut tanpa harus mengalami satu konfrontasi sedikitpun dengan orang tua dan keluarganya. Suhu Dharmaphala juga memberikan solusi yg sangat tepat bagaimana orang tua harus mampu memiliki lima fungsi utama dalam mengasuh anak:
1. BOSS
2. Orang tua
3. Sahabat
4. Saudara
5. Pelayan
Sebagai boss, yang memiliki power kepada anak2x-nya untuk fungsi kepatuhan. Sebagai orang tua yang memberikan contoh teladan moralitas dan Dharma. Sebagai sahabat saat anak2x ingin sharing masalah2x pribadi mereka. Sebagai kakak yang mampu melindungi anak2x-nya, dan terakhir sebagai pelayan yang mampu memberikan cinta kasih kepada anak2x-nya.
Sebagai pembicara ketiga adalah YM. Bhante Uttamo Mahathera. Sebagai seorang komunikator handal dengan jam terbang yang begitu istimewa, kemampuan beliau sudah tak dapat diragukan lagi. Hari itu, Bhante memberikan penampilan yang sedikit berbeda, yaitu berjalan sambil berkeliling panggung. Dengan humor2x yg khas, Bhante sukses mengocok perut penonton dengan pesan-pesan kemanusiaan yg sarat dengan keindahan nilai2x Dharma.
Begitu banyak nilai2x Dharma yang hadir pada siang yg berbahagia itu, namun ada beberapa yg bisa dibagikan diantaranya adalah orang tua sudah pasti pernah jadi anak, namun seorang anak belum tentu akan menjadi orang tua. Setiap orang pasti mampu menjadi ayah dan ibu untuk banyak anak, tapi belum tentu mampu menjadi orang tua yang baik bahkan untuk seorang anak sekalipun.
Untuk mencapai kebahagiaan dalam keluarga, baik orang tua dan anak masing-masing harus memahami fungsi serta hak dan kewajibannya. Seorang anak harus berbakti sepenuhnya kepada orang tuanya, meski bila itu orang tuanya kebetulan memiliki sifat kurang positif sekalipun. Bila bertemu dengan orang tua yg kebetulan kurang positif, maka cara berbakti yang baik adalah mengenalkan nilai2x Dharma kepada orang tuanya, dengan cara:
1. Sikap hormat dan bakti kepada orang tua yg sesuai dengan nilai2x Dharma, terlepas orang tuanya kurang positif sekalipun;
2. Meminta bantuan pihak ketiga yg sangat dihormati oleh orang tuanya sekaligus bijaksana dalam membantu memberikan penjelasan kepada orang tuanya yg kebetulan kurang positif (istilah Bhante adalah meminta bantuan pihak ketiga);
3. Bila kedua cara tidak berhasil, maka lakukanlah pelimpahan jasa (baik dalam bentuk praktek kebajikan maupun pembacaan paritta) yg diharapkan dapat mengembangkan kehadiran nilai2x spiritual di dalam batin orang tua kita yg kebetulan kurang positif itu. Inilah bentuk berbakti yg terbaik yg dapat dilakukan bila kita kebetulan memiliki orang tua yg kurang positif.
Sedangkan orang tua harus mampu memahami kondisi anak2x mereka, karena bagaimanapun mereka juga adalah mantan anak2x juga. Alangkah naifnya bila orang tua masih memaksakan kehendaknya kepada anak2x mereka, padahal saat mereka masih anak2x dulu mungkin juga merasa keberatan dengan sikap orang tua mereka dahulu.
Bhante juga berpesan dengan sangat serius bahwa orang tualah yang harus mampu lebih fleksibel dan juga toleran kepada anak2x mereka, karena pemahaman2x anak masih belum mampu sebaik orang tua, terlebih lagi contoh perbuatan jauh lebih nyata daripada sekedar nasehat. Disinilah cinta kasih dan kebijaksanaan orang tua wajib dikedepankan, ketimbang ego mereka semata yang berharap terbaik untuk mereka, padahal apa yg diinginkan orang tua belumlah tentu sama dengan apa yg diinginkan anak-anaknya. Intinya, meski buah berasal dari pohon yg sama sekalipun tapi pasti memiliki karakteristik yg berbeda dengan induknya, karena setiap individu juga pasti memiliki keunikannya masing2x. Menurut Bhante, orang tua yang gagal adalah saat orang tua berharap yg terbaik untuk anaknya, berdasarkan versi orang tuanya. Sedangkan orang tua yang berhasil adalah saat orang tua mampu memberikan panduan bagi cita2x/impian anak2x-nya.
Resume dr seminar hari itu adalah:
1. Contoh nyata perbuatan jauh lebih berharga dari sekedar nasehat;
2. Setiap anak dan orang tua wajib belajar untuk memahami fungsi, hak dan kewajibannya masing2x;
3. Adanya saling pengertian dan pemahaman dalam menjalankan fungsi masing2x di dalam keluarga;
4. Kesuksesan orang tua adalh saat mereka mampu mengarahkan impian anak hingga semaksimal mungkin pencapaian mereka, dan bukan impian orang tuanya;
5. Sebuah keluarga yg baik adalah keluarga yg mampu berlandaskan nilai2x Dharma yg berdasarkan cinta kasih dan kebijaksanaan.
Demikianlah sharing singkat saya mengenai seminar tersebut, untuk versi lengkapnya, anda bisa menyimak melalui dokumentasi yg ada. Melalui tulisan ini, saya menyampaikan ucapan terima kasih atas kepercayaan keluarga besar Dharmayana Universitas Tarumanagara, Jakarta yang telah memberikan tugas Moderator kepada saya dan juga ketiga Pembicara yg sangat luar biasa yg telah banyak membimbing saya pada hari itu. Mohon maaf yg sebesar2x-nya kepada Panitia dan juga kepada ketiga Pembicara, apabila saat itu ada kata-kata dan pelayanan saya yg kurang berkenan di hati. Sukses dan bahagia slalu dalam Dharma untuk ketiga Pembicara dan juga para sahabat Dharmayana. Selamat Ulang Tahun ke 26 untuk Dharmayana dan semoga semakin bersinar dalam keindahan cahaya Dharma. Sampai ketemu di lain kesempatan dan selamat berbuat kebajikan. Happy Vesakh dan semoga semua makhluk slalu hidup berbahagia, jia you.
Penuh Cinta
Wedy
(Moderator Seminar “How To Be Childs & Parents”, 15 Mei 2010)
Sumber : Facebook
http://www.facebook.com/
note.php?note_id=389494722498&id=844754760&ref=mf
Foto-foto oleh Alex