Ibu Suri Mencari Umur Panjang

Ibu Suri Mencari Umur Panjang

Konon, pada zaman dahulu kala, ada sebuah negara kecil yang bernama Luoyi, Negara ini berada di sebuah tempat yang agak terpencil. Kerajaan tersebut masih mempercayai takhayul, seperti, ‘Tubuh yang sehat adalah berkat dari para dewa, jika sakit berarti mendapat hukuman dari para dewa, maka itu harus mendirikan altar menyembah para dewa meminta perlindungan dari para dewa’.

Ibu suri, ibunda dari raja, merasakan tubuhnya sakit-sakitan, beberapa kali mendirikan altar menyembah dewa tetapi penyakitnya tidak sembuh-sembuh juga. Raja pun mengundang lebih dari 200 pengikut brahmana bersama-sama berdoa meminta kesembuhan ibu suri.

Salah seorang dari pengikut brahmana ini menyarankan raja mendirikan sebuah altar yang besar, menyembelih 100 ekor sapi, 100 ekor kambing, dan kepala seorang anak kecil sebagai bahan kurban.

Raja adalah seorang anak teladan, beranggapan penyakit ibundanya dapat sembuh, apa saja akan dilakukannya.

Pada hari yang ditentukan upacara penyembahan para dewa, di luar kota didirikan sebuah meja altar yang besar.

Raja dan ibundanya menaiki kereta kuda menuju ketempat tersebut, 200 ekor lembu dan kambing yang seakan-akan mengetahui diri mereka akan disembelih menangis terus, sedangkan anak lelaki kecil yang terpilih dengan ketakutan meronta dan menangis.

Kedua orang tua mereka yang berada di sampingnya juga menangis dengan sedih.

Seorang pertapa mendengar berita ini, lalu pergi ke bawah sebatang pohon besar yang berada dipinggir jalan menunggu raja lewat.

Setelah raja melihat pertapa itu dengan hormat memberi salam, dan berkata akan membawa ibundanya ke tempat altar untuk menyembah para dewa.

Sang pertapa berkata, “Jika menginginkan sebuah lembah yang tumbuh subur, harus rajin menanam, jika ingin kaya, harus selalu beramal, jika ingin pintar dan bijaksana, maka harus lebih banyak belajar, jika ingin berumur panjang, maka harus lebih banyak menyayangi mahluk hidup. Demi mendapatkan kesehatan membunuh mahluk hidup, akan memperbesar kamma buruk, jangan memutarbalikkan kebijaksanaan. Penyakit yang timbul ada sebabnya, harus mengetahui sebab timbulnya penyakit, harus dengan tekun mempelajari cara pengobatan dan menyembuhkannya, supaya bisa mendapatkan tubuh yang sehat.”

Ibu suri yang berada di dalam kereta mendengar ceramah dari sang pertapa, langsung tercerahkan, “Kenapa saya bisa demikian egois, demi menyembuhkan penyakit saya membunuh ratusan nyawa, bahkan membunuh seorang anak kecil yang demikian lucu dan polos!”

Dia lalu membuka pintu kereta, dipapah oleh seorang dayang dia datang kehadapan pertapa dan berlutut memberi hormat, dengan menyesal dia berkata, ”Saya sungguh bodoh! Terkadang merasa sakit pinggang dan sakit kepala lalu beranggapan ini adalah hukuman dari para dewa, mencari berbagai dukun mendirikankan altar menyembah dewa. Sekarang masih hendak membunuh ratusan hewan dan seorang anak kecil untuk kurban persembahan, lupa bahwa perbuatan itu dapat menimbulkan kamma buruk yang besar! Tadi setelah mendengar ceramah Dhamma, baru sadar harus menyayangi dan berbelas kasih kepada semua mahluh hidup, karena semua mahluk memiliki kehidupan yang berharga.”

Sang pertapa dengan tersenyum memberkati dia, “Karena engkau memiliki hati belas kasih yang besar ini, pasti akan panjang umur!” Setelah mendengar pertapa berkata demikian, ibu suri sangat gembira, suasana hatinya juga berubah menjadi ceria, merasakan sakit di sekujur tubuhnya menjadi ringan. Dia dengan hormat berterima kasih kepada Sang Pertapa yang telah mencerahkannya.

Terkadang karena terlalu mementingkan diri sendiri dan egois, kita kehilangan sifat belas kasih. Dengan segala cara menyakiti orang lain dan membunuh mahluk hidup. Akhirnya kita hanya akan menambah lebih banyak lagi kamma buruk. (Erabaru/hui)

Diedit seperlunya dari :
http://erabaru.net/cerita-budi-pekerti/71-cerita-budi-pekerti/
20636-ibu-suri-mencari-panjang-umur

Leave a Reply 0 comments