DHAMMA VIBHAGA
(PENGGOLONGAN DHAMMA)
JILID I
SATTAKA – KELOMPOK TUJUH
1. Tujuh Aparihaniyadhamma – dhamma yang tidak membawa pada kehancuran tetapi hanya membawa pada perkembangan dan keuntungan (bagi para Bhikkhu).
- Rajin mengadakan pertemuan bersama.
- Memulai dan mengakhiri pertemuan dengan harmonis. Saling membantu dengan harmonis dalam menyelesaikan suatu pekerjaan apapun yang harus dikerjakan oleh Sangha.
- Tidak menciptakan peraturan-peraturan baru yang tidak dibuat oleh Sang Buddha. Tidak menghilangkan peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh Sang Buddha. Mematuhi dan melatih diri di dalam peraturan-peraturan yang telah diletakkan oleh Sang Buddha.
- Menghormati dan mempunyai kenyakinan pada para Bhikkhu yang lebih tua dan yang telah berpengalaman di dalam Sangha, memperhatikan apa yang mereka katakan.
- Tidak menyerah pada pengaruh-pengaruh nafsu keinginan yang timbul.
- Merasa puas dengan tinggal di dalam hutan yang sepi.
- Mengharapkan kedatangan para Bhikkhu dan Samanera serta orang-orang yang menjaga kelakuan bermoral (Sila) untuk tinggal di vihara yang sama, dan mengharapkan kebahagiaan bagi mereka yang telah tinggal di dalam vihara yang sama.
Pada siapapun juga tujuh Dhamma ini dipraktikkan, ia tidak akan mengalami kehancuran, tetapi hanya akan melihat perkembangan dan keuntungan.
A. IV. 21.
2. Tujuh kekayaan Ariya
Tujuh ‘kekayaan’ ini adalah sifat-sifat ‘luhur’ yang dimiliki oleh para Ariya, dan mereka disebut ‘kekayaan Ariya’.
- Saddha : mereka mempunyai keyakinan di dalam hal-hal yang harus diyakini.
- Sila : mereka menjaga perbuatan dan ucapan sesuai dengan norma-norma keagamaan.
- Hiri : mereka merasa malu untuk melakukan hal-hal yang jahat dan yang tidak pantas untuk dilakukan.
- Ottappa : mereka merasa ngeri dan takut akan akibat-akibat perbuatan jahat.
- Bahusacca : mereka adalah orang-orang yang telah mendengar dan banyak mengalami. Dengan kata lain, mereka banyak mengingat dhamma dan memahami banyak hal-hal yang berguna.
- Caga : mereka melepaskan, meninggalkan dan membagi barang-barang kepada mereka yang membutuhkan.
- Pañña : mereka mengetahui hal-hal yang berguna dan hal-hal yang tidak berguna.
Tujuh kekayaan Ariya ini lebih unggul dari kekayaan duniawi yang berupa emas atau perak. Seseorang yang bijaksana seharusnya berusaha untuk mencari mereka sehingga dapat dimiliki di dalam watak diri sendiri.
A. IV. 51
3. Tujuh macam Sapurisadhamma: – dhamma dari seorang yang Mulia:
- Dhammaññuta : ia mengetahui sebab-sebab seperti: ‘Ini sebab dari sukha’ atau ‘Ini sebab dari dukkha’.
- Atthaññuta : ia mengetahui akibat-akibat, seperti ‘Sukha adalah akibat dari sebab ini’, atau ‘Dukkha adalah akibat dari sebab ini’.
- Attaññuta : ia mengetahui diri sendiri, seperti: ‘Saya berasal dari keluarga demikian, kedudukan pangkat, dan saya memiliki kekayaan demikian, pengikut, pengetahuan dan kesucian dhamma’. Kemudian ia menempatkan dirinya sesuai dengan kedudukannya di dalam kehidupan.
- Mattaññuta : ia mengetahui bagaimana cara untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan hidup, dan hanya berbuat demikian di dalam cara yang pantas dan benar. Ia juga mengetahui seberapa banyak yang ia perlukan dan ia hanya mengambil secukupnya.
- Kalaññuta : ia mengetahui saat yang tepat untuk berbuat dan melakukan sesuatu yang pantas dilakukan.
- Parisaññuta : ia mengetahui golongan-golongan orang dan perbuatan-perbuatan apa yang harus dilakukan di dalam lingkungan demikian. Misalnya, apabila pergi ke sekelompok orang tertentu, perbuatan dan ucapan yang harus dilakukan adalah sedemikian.
- Puggalaparoparaññuta : ia harus mengetahui bagaimana harus membedakan orang-orang. Misalnya: ‘Ini adalah seorang baik yang harus dijadikan sahabat’, atau ‘Ini adalah seorang buruk dan tidak seharusnya dijadikan sahabat’.
A. IV. 113
4. Tujuh macam Sappurisadhamma lainnya:
- Seorang mulia adalah dikaruniai dengan tujuh macam dhamma, yaitu:
- ia memiliki saddha;
- malu untuk melakukan perbuatan-perbuatan jahat;
- ia takut akan akibat-akibat perbuatan jahat;
- ia telah banyak mendengar dan memahami;
- ia rajin dan bersemangat di dalam melakukan sesuatu;
- ia memiliki kesadaran yang tidak tergoncangkan;
- ia memiliki kebijaksanaan.
- Apabila ia meminta nasihat dari 1 seseorang mengenai sesuatu apapun ia tidak akan berbuat demikian dengan jalan merugikan diri sendiri maupun orang lain.
- Apabila ia memikirkan tentang sesuatu, ia tidak akan berbuat demikian dengan tujuan untuk merugikan diri sendiri maupun orang lainnya.
- Apabila ia mengatakan suatu hal, ia tidak akan berbuat demikian dengan tujuan untuk merugikan diri sendiri maupun orang lainnya.
- Apabila ia melakukan sesuatu, ia tidak akan berbuat demikian dengan tujuan untuk merugikan diri sendiri maupun orang lainnya.
- Ia memiliki pengertian yang benar. Misalnya, ia mengerti bahwa apabila seseorang berbuat baik, maka ia akan menerima hasil baik; dan apabila seseorang berbuat jahat, maka ia akan menerima hasil buruk.
- Ia memberikan dana dengan rasa hormat. Dengan kata lain, ia memiliki pertimbangan baik mengenai barang-barang yang akan ia berikan dan siapa yang akan menerima dananya. Ia tidak berbuat seakan-akan ia membuang barang itu.
A. IV: M. III. 23
5. Tujuh Bojjhanga – faktor-faktor Penerangan Sejati:
- Sati : kemampuan untuk mengingat (kesadaran).
- Dhammavicaya : penyelidikan terhadap Dhamma.
- Viriya : usaha yang bersemangat.
- Piti : kegiuran, kegembiraan yang mendalam.
- Passaddhi : ketenangan bathin dari hal-hal yang mengganggu perasaan.
- Samadhi : konsentrasi pikiran yang sempurna.
- Upekkha : keseimbangan bathin.
Masing-masing dari faktor-faktor ini dinamakan demikian: Satisambojjhanga …dan selanjutnya, sampai pada Upekkhasambojjhanga.
S. V. 63.