4. NANDIYA MENCAPAI KEBAHAGIAAN SURGAWI.
Kisah tentang Nandiya ini disampaikan ketika Sang Buddha berdiam di Isipatana.
Ketika itu, di Benares tinggallah seorang anak muda yang bernama Nandiya, anak laki-laki dari sebuah keluarga yang penuh keyakinan kepada Sang Tri Ratna. Ia diharapkan oleh ayah dan ibunya menjadi anak yang baik, berbakti dan mau melayani Sangha. Ketika ia mulai dewasa, ayah dan ibunya menginginkannya untuk mengawini anak perempuan pamannya, bernama Revati, yang tinggal di seberang rumah. Tetapi Revati, tidak mempunyai keyakinan dan tidak terbiasa untuk mempersembahkan dana, karena itu Nandiya tidak ingin menikahinya. Kemudian ibu Nandiya berkata kepada Revati :
“Anakku, bersihkanlah lantai di rumah ini supaya rapi dan wangi, di mana para Bhikkhu Sangha akan duduk, siapkanlah tempat duduk, berdirilah di tempat yang tepat, dan apabila para bhikkhu tiba, persilahkanlah agar mereka duduk dan tuangkanlah air untuk mereka dari kendi ini; kalau mereka sudah selesai makan, cucilah mangkuk mereka. Kalau kamu melakukan ini semua, kamu akan memenangkan hati anakku.”
Revati melakukan semua itu dengan baik. Ibu Nandiya berkata kepada anaknya :
“Revati sekarang sudah menjadi sabar dan mau menerima nasehatku.”
Nandiya kemudian memberikan perhatiannya kepada Revati, dan tidak berapa lama kemudian, mereka menikah.
Nandiya berkata kepada isterinya:
“Kalau kamu dapat melayani dengan baik para Bhikkhu Sangha, kamu akan memperoleh keistimewaan di rumah ini, karena itu perhatikanlah.”
“Baiklah,” jawab Revati, dia berjanji untuk melaksanakan dengan baik.
Dalam beberapa hari ia belajar merubah dirinya seperti menjadi orang yang penuh keyakinan dan mau berdana. Ia amat patuh kepada suaminya, dan tidak berapa lama kemudian ia melahirkan dua orang anak laki-laki. Ketika ayah dan ibu Nandiya meninggal, ia menjadi ratu di rumah itu.
Nandiya diwariskan kekayaan yang amat banyak oleh ayah dan ibunya. Dia mempersembahkan dana kepada Bhikkhu Sangha dan membuka pintu rumahnya setiap hari untuk membagikan makanan kepada orang-orang miskin dan pengelana.
Beberapa waktu kemudian, sesudah Nandiya mendengarkan Dhamma yang dibabarkan oleh Sang Guru, muncul keyakinan di dalam dirinya bahwa dia akan memperoleh pahala yang besar apabila ia mempersembahkan dana kepada Bhikkhu Sangha. Ia lalu membangun sebuah Aula besar dengan empat pilar yang megah, dilengkapi dengan empat ruangan besar, yang diberi nama Vihara Agung Isipatana. Nandiya melengkapinya dengan tempat tidur sehingga Bhikkhu Sangha yang dipimpin oleh Sang Buddha dapat berdiam di sana.
Nandiya lalu mempersembahkan Vihara ini dengan penuh keyakinan kepada Sang Guru, dengan menuangkan Air sebagai tanda berdana ke tangan kanan Sang Tathagata. Ketika Air itu jatuh ke tangan kanan Sang Buddha, dengan seketika muncullah di Alam Tiga Puluh Tiga Dewa, sebuah rumah yang indah sebesar dua belas leagues (1 leagues=4,8 kilometer), tingginya seratus leagues, yang terbuat dari tujuh macam batu permata dan dipenuhi dengan para dewa-dewi.
Pada suatu hari Yang Mulia Moggallana mengunjungi Alam Dewa, ia berhenti di dekat istana dan bertanya kepada beberapa dewa yang menghampirinya:
“Perbuatan baik siapakah yang menyebabkan munculnya sebuah rumah besar di alam ini, yang dipenuhi oleh para dewa-dewi ?”
Para dewi itu meinberitahukan siapa yang menjadi pemilik rumah itu, dengan berkata :
“Yang Mulia, seorang perumah tangga bernama Nandiya yang membangun sebuah vihara di Isipatana dan mempersembahkan kepada Sang Buddha, karena perbuatan baiknya menyebabkan munculnya rumah besar di alam ini.”
Sekelompok dewa-dewi turun dari istana dan berkata kepada Yang Mulia Moggallana :
“Yang Mulia, kami akan menjadi pelayan Nandiya. Meskipun kami terlahir kembali di sini, tetapi kami tidak bahagia karena kami tidak dapat menjumpainya; katakanlah kepadanya untuk datang ke sini. Untuk pindah dari alam manusia ke alam dewa ini, seperti memecahkan sebuah belanga dari tanah lempung dan mengambil sebuah belanga dari emas.”
Yang Mulia Moggallana kembali dari Alam Dewa dan menemui Sang Guru, dan bertanya kepada Beliau:
“Yang Mulia, apakah benar bahwa ketika orang-orang masih berada di dunia ini, mereka akan mencapai kebahagiaan surgawi sebagai akibat perbuatan baik yang mereka lakukan ?”
Sang Guru menjawab :
“Moggallana, kamu telah melihat dengan matamu sendiri kebahagiaan surgawi dimana Nandiya akan mencapai Alam Dewa, mengapa kamu bertanya dengan pertanyaan seperti itu ?”
Yang Mulia Moggallana bertanya lagi :
“Jadi, semua itu benar Yang Mulia ?”
Sang Guru berkata :
“Moggallana, mengapa kamu bertanya begitu ? Kalau seorang anak laki-laki atau saudara kita yang pergi jauh dan tidak berada di rumah dalam waktu yang lama, pulang kembali, maka siapapun yang bertemu dengannya di pintu desa, dan melihatnya cepat-cepat pulang, akan berkata ‘Akhirnya dia pulang’. Dan dengan segera keluarga dan kerabatnya akan menemuinya dengan senang dan bahagia, dan seterusnya akan menyalaminya dan berkata, ‘Saudaraku, akhirnya kamu pulang juga !’ Demikian pula, apabila seorang wanita ataupun seorang laki-laki yang melakukan perbuatan baik di sini, bila meninggalkan dunia ini dan pergi menuju ke alam dewa, maka para dewa-dewi akan menyediakan sepuluh macam hadiah, bergegas pergi menemui dan menyambutnya dengan berkata:
‘Saya yang pertama ! Saya yang pertama !’
Setelah berkata demikian Sang Buddha mengucapkan syair :
Setelah lama seseorang pergi jauh,
Kemudian pulang ke rumah dengan selamat.
Maka keluarga, kerabat dan sahabat,
Akan menyambutnya dengan senang hati.Begitu juga, perbuatan-perbuatan baik yang telah dilakukan,
Akan menyambut pelakunya yang telah pergi dari dunia ini ke dunia selanjutnya.
Seperti keluarga yang menyambut pulangnya orang tercinta.
Di dalam Vimana-Vatthu Commentary mengatakan bahwa Nandiya, setelah dalam kehidupannya itu mempersembahkan dana kepada Bhikkhu Sangha, maka setelah meninggal, ia terlahir kembali di Alam Tiga Puluh Tiga Dewa; dan Revati, setelah suaminya meninggal, berhenti berdana, mencaci para bhikkhu, dan setelah ia meninggal terlahir kembali di Alam Neraka.