PERSATUAN MEMBUAHKAN KEBAHAGIAAN
( Sebuah ringkasan )
Perbedaan adalah alamiah. Perbedaan di alam semesta ini justru merupakan perpaduan harmonis yang menjadi inspirasi tiada habis-habisnya dari para seniman. Langit biru berawan abu-abu bersatu indah dengan daun hijau di atas batang pohon berwarna coklat tua di tepi sebuah sungai berwarna biru. Semua warna warni itu dapat digambarkan dengan sangat indah sebagai sebuah lukisan.
Manusia adalah bagian dari alam. Diri manusia juga merupakan perpaduan secara harmonis dari berbagai bagian tubuh yang berbeda. Bentuk mata kanan berbeda dengan mata kiri, demikian pula dengan daun telinga, tangan, kaki dsb.
Disebutkan dalam Dhamma bahwa manusia terdiri dari badan dan batin. Apabila badan merupakan kumpulan dari berbagai bagian yang berbeda, demikian pula dengan batin yang selalu berbeda kondisinya dari saat ke saat. Pada suatu ketika batin merasakan bahagia, namun ada kemungkinan di saat berikutnya batin akan merasa menderita.
Ditinjau dari fungsinya, manusia adalah mahluk individu dan sekaligus mahluk sosial. Jika sebagai individu, manusia mempunyai perbedaan pada badan dan batin, maka perbedaan ini juga terjadi pada diri manusia secara sosial.
Dalam pergaulan dengan sesama manusia, kiranya akan dijumpai berbagai perbedaan antara satu orang dengan yang lainnya. Manusia berbeda secara fisik, misalnya bentuk muka, warna rambut, bentuk mata, warna kulit dsb. Manusia juga bisa berbeda kualitas batinnya, misalnya kecerdasan, kemampuan bergaul dalam masyarakat sampai dengan kecenderungan dalam memilih suatu agama atau keyakinan sebagai pedoman hidupnya.
Dalam masyarakat cukup banyak terdapat agama dan aliran kepercayaan. Seseorang dapat memilih salah satu diantaranya. Dasar pemilihan agama atau kepercayaan ini bukanlah karena faktor benar atau salah melainkan kecocokan pribadi. Seseorang membutuhkan kecocokan dalam beragama agar ia dapat menjadikan agama tersebut sebagai sarana untuk mengubah perilaku, ucapan dan cara berpikir sehingga ia menjadi orang yang lebih baik dan lebih bermanfaat untuk diri sendiri maupun sekitarnya.
Seseorang memilih Agama Buddha juga karena adanya kecocokan atau kecenderungan pribadi terhadap Ajaran Sang Buddha. Agama Buddha mempunyai berbagai tradisi yang berbeda-beda. Namun, pemilihan salah satu tradisi dalam Agama Buddha juga berdasarkan kecocokan, bukan masalah benar atau salah.
Mengingat bahwa pemilihan Agama Buddha dan tradisinya berdasarkan kecocokan pribadi, maka sudah sewajarnya apabila umat Buddha dapat saling menghormati pilihan setiap orang yang mungkin berbeda dengan pilihan dirinya. Dengan dasar pemikiran seperti inilah akan terwujud kondisi saling menghormati dan saling menghargai antar umat beragama Buddha dari berbagai tradisi. Rasa saling menghormati ini akan menciptakan kerukunan dan persatuan dalam masyarakat. Dalam Dhamma banyak dijumpai nasehat sebagai dukungan atas persatuan dan bukan perpecahan. Sebagai contoh adalah :
“Kerukunan dalam kelompok memberikan kebahagiaan.”
(Dhammpada 194)
“Babi-babi hutan yang bersatu bahkan mampu membunuh harimau, karena batinnya berpadu.”
(Anguttara Nikaya)
Dalam Anguttara Nikaya, Chakkanipata yaitu Saraniyadhamma Sutta atau ‘Sutta tentang hal-hal yang membuat dikenang’ menyebutkan enam cara untuk mencapai kerukunan yaitu :
“…terdapat enam hal yang membuat saling dikenang, saling dicintai, saling dihormati; menunjang untuk saling ditolong, untuk tiada kecekcokan, kerukunan dan kesatuan.”
1-3. Memiliki perbuatan, ucapan, dan pikiran berdasarkan cinta kasih di depan maupun dibelakang orang lain.
4. Mau berbagi miliknya dengan orang lain.
5. Melaksanakan kemoralan yang sama sewaktu ia sendirian maupun di depan umum
6. Memiliki pandangan yang benar di kala sendirian maupun bersama
Dengan mengerti nasehat Dhamma yang telah diuraikan di atas tentang manfaat persatuan dan enam cara mewujudkan persatuan tersebut diharapkan para umat Buddha serta simpatisan Buddhis di manapun berada dapat menjadikannya sebagai pedoman hidup untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan Dhamma ini secara sungguh-sungguh akan membantu terwujudnya perdamaian dan persatuan antar umat Buddha maupun dengan sesamanya dalam masyarakat.
Adanya persatuan dalam kehidupan sebagai umat Buddha akan mengkondisikan pelaksanaan Dhamma yang lain yaitu Empat Kesunyataan Mulia. Seperti diketahui bahwa dasar seluruh Ajaran Sang Buddha yang diajarkan oleh Beliau selama 45 tahun tersebut adalah Empat Kesunyataan Mulia yang terdiri dari hidup berisi ketidakpuasan sebagai Kesunyataan Pertama. Kesunyataan Kedua adalah keinginan sebagai penyebab ketidakpuasan. Kesunyataan Ketiga menyebutkan bahwa apabila keinginan dapat dikendalikan maka ketidakpuasan dapat diatasi. Dan, Kesunyataan Keempat adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai Jalan untuk mengatasi ketidakpuasan.
Pelaksanaan Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai tindak nyata dari Empat Kesunyataan Mulia tersebut dapat dimulai dengan Ucapan dan Perbuatan yang Benar untuk mewujudkan suasana damai, akrab dan harmonis antar umat Buddha dan juga dengan lingkungannya. Dengan melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan inilah seseorang akan dapat mengatasi ketidakpuasan serta mampu mewujudkan kebahagiaan dalam kehidupan ini, kebahagiaan setelah kehidupan ini dan kebahagiaan karena tercapainya Nibbana.
Sesungguhnya, Buddha Dhamma bukan hanya sekedar teori untuk dihafal dan dipelajari melainkan lebih pada pelaksanaan untuk mengubah perilaku agar manusia secara pribadi dapat terbebas dari kelahiran kembali dengan menghayati Empat Kesunyataan Mulia. Secara sosial, manusia yang melaksanakan Ajaran Sang Buddha dalam hidupnya akan lebih diterima dalam masyarakat karena ia telah menjadi orang yang baik dan bijaksana..
Semoga ringkasan ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan semangat melaksanakan Ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga selalu bahagia.
Semoga demikianlah adanya.