Meditasi, Bukan Mendapat Tapi Kehilangan
Malu. Itulah motivasi awal saya untuk mengikuti latihan meditasi di Vihara Bodhigiri Balerejo. Malu sebagai kakak tertua kepada adik-adik saya yang semua sudah pernah meditasi di Balerejo. Malu kepada diri sendiri karena saya yang paling semangat menyuruh adik saya meditasi tapi saya sendiri belum pernah ikut. Malu juga kepada Bhante Uttamo karena pernah terucap dari mulut saya niat untuk ikut meditasi, tapi sampai saat itu belum terlaksana.
Kemudian muncullah tekad yang kuat untuk mengalahkan rasa malu tersebut. Saya harus mencoba! Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Akhirnya saya menghubungi Bhante Uttamo via e-mail untuk daftar latihan meditasi dan mengatur jadwal. Disepakatilah jadwal meditasi kira-kira dua bulan dari pendaftaran. Saya pun mulai mempersiapkan mental. Tak disangka, tiba-tiba saya harus membatalkan jadwal yang telah disepakati tersebut karena ada halangan. Kecewa sekali rasanya. Tapi setelah e-mail dengan Bhante lagi, kebetulan ada tempat kosong, tapi saya harus mulai dalam dua hari! Tanpa pikir panjang saya terima tawaran Bhante dan dua hari kemudian tibalah saya di Balerejo sebagai peserta meditasi.
Pada waktu briefing, saya tidak mengajukan pertanyaan apapun. Padahal saya tidak pernah tanya kepada adik-adik saya mengenai pengalaman meditasi mereka. Saya hanya tahu, dalam sehari harus meditasi minimal 15 jam, dilarang berbicara, dan dilarang menyalakan HP. Kalau merokok bagi saya tidak ada masalah karena saya memang bukan perokok. Dari yang saya amati, hanya ada dua kategori peserta: yang serius atau yang tidak. Jika Anda serius, Anda pasti bisa – terlepas dari segala keraguan, kebosanan, kelelahan, dll. Jika Anda belum serius, lebih baik Anda tidak usah jauh-jauh datang ke Balerejo. Sayang waktu, tenaga dan biaya Anda karena Anda berpotensi besar untuk dipulangkan.
Saya tidak ingin menceritakan rasa lelah, bosan, dan kantuk waktu bermeditasi. Itu sudah pasti dialami semua orang. Anda pun akan mengalaminya, baik yang belum pernah meditasi sebelumnya maupun yang jam terbangnya sudah tinggi. Saya juga tidak bisa menceritakan kisah saya dalam mendapatkan hasil dari meditasi. Jika ditanya, sensasi apa yang saya dapatkan pada saat meditasi di Balerejo? Apakah saya bisa melihat cahaya? Kaki melayang? Kepala berat? Fokus luar biasa sampai seolah-olah bisa menembus dimensi ruang dan waktu? Jawaban saya, TIDAK. Saat chanting setiap pagi di mana semua peserta mendiskusikan pengalamannya, saya kadang-kadang merasa ragu apakah cara bermeditasi saya sudah benar. Saya kok tidak dapat apa-apa? Apakah kemampuan meditasi saya sudah meningkat? Apakah saya sudah mendapatkan pencerahan? Hahaha “I wish” kata orang Barat.
Justru saya ingin menceritakan kisah kehilangan saya waktu bermeditasi. Pada waktu meditasi, saya tiba-tiba menyadari bahwa saya telah kehilangan sesuatu. Saya kehilangan kekecewaan, kemarahan, dan kejengkelan saya kepada seseorang (yang tanpa saya sadari sebelumnya, ternyata cukup akut). Saya kehilangan keraguan terhadap diri saya sendiri. Kalau saya bisa meditasi 15+ jam sehari selama dua minggu, pernah tidak tidur sampai 2 hari, saya juga pasti bisa menaklukkan tantangan lain dalam kehidupan sehari-hari. Saya kehilangan rasa takut akan kegagalan sebelum mencoba. Alasan saya menunda-nunda meditasi adalah saya takut gagal. Takut malu kalau adik-adik saya bisa dan saya tidak bisa. Pada saat itu, rasa takut saya hilang. Karena saya telah mencoba. Dan saya telah berhasil walaupun tidak “mendapatkan” apa-apa. Saya telah berhasil menaklukkan diri saya sendiri.
Bagi saya, kehilangan ini lebih besar manfaatnya daripada mendapatkan. Saya berharap, semoga di tahun-tahun berikutnya saya punya kesempatan untuk meditasi di Balerejo lagi. Supaya saya bisa “kehilangan” lagi.
Levina
Peserta meditasi Vassa 2014
26 Agustus – 8 September