Umat Buddha Sejati

UMAT BUDDHA SEJATI

Seperti telah diketahui bersama bahwa masyarakat Buddhis terdiri dari para viharawan dan perumahtangga. Para viharawan adalah mereka yang telah meninggalkan keduniawian dan rumah tangga. Mereka tinggal di vihara agar dapat melaksanakan secara total Ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Adapun para perumahtangga adalah umat Buddha yang tinggal dengan keluarga dan bekerja dalam masyarakat.

Dalam kehidupan sebagai umat Buddha, para viharawan maupun perumahtangga pada umumnya melakukan penghormatan kepada Sang Guru Agung yaitu Sang Buddha Gotama. Terdapat minimal dua macam penghormatan kepada Sang Buddha. Kedua bentuk penghormatan itu adalah penghormatan secara fisik dan secara mental. Penghormatan secara fisik dilakukan dengan mempergunakan berbagai benda sebagai sarana, misalnya mempersembahkan bunga, dupa serta lilin di depan Buddharupang atau perwujudan Sang Buddha yang biasanya berbentuk gambar atau arca. Persembahan ini sering pula.diikuti dengan pengulangan sabda Sang Buddha yang lebih dikenal dengan membaca paritta.
Adapun penghormatan secara mental dilakukan umat Buddha dengan berusaha secara sungguh-sungguh melaksanakan Ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Usaha melaksanakan Dhamma atau Ajaran Sang Buddha ini diharapkan menjadikan umat Buddha semakin baik perilakunya seiring dengan semakin lama ia menjadi umat Buddha.

Sesuai Dhamma, umat Buddha lebih diutamakan melaksanakan bentuk penghormatan secara mental. Hal ini tampak jelas dalam salah satu kisah murid Beliau. Ketika Sang Buddha masih hidup, pernah terdapat seorang bhikkhu yang sangat mengagumi Beliau. Bhikkhu ini bahkan merasa sangat bahagia jika ia mempunyai kesempatan berjalan di belakang Sang Buddha dan terkena bayang-bayang badan Beliau. Mengetahui hal ini, Sang Buddha memberikan nasehat kepadanya. Inti nasehat Beliau adalah bahwa mereka yang mengenal Beliau secara pribadi namun tidak melaksanakan AjaranNya, mereka sesungguhnya sama dengan orang yang tidak mengenal Beliau. Sebaliknya, sekalipun di masa depan apabila dijumpai orang yang tidak mengenal Beliau secara pribadi namun berusaha melaksanakan AjaranNya, orang tersebut sesungguhnya telah mengenal Beliau. Dengan demikian, Sang Buddha lebih menekankan pelaksanaan Dhamma secara sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari daripada kedekatan secara pribadi terhadap Beliau.

Pelaksanaan penghormatan secara mental kepada Sang Buddha diwujudkan dengan menjalankan AjaranNya. Secara ringkas, intisari Ajaran Sang Buddha adalah upaya mengurangi kejahatan, menambah kebaikan serta membersihkan pikiran.
Upaya mengurangi kejahatan adalah kebajikan dalam bentuk negatif. Dalam hal ini, seseorang minimal berusaha keras menghindari lima perbuatan buruk atau lebih dikenal dengan Pancasila Buddhis. Kelima perbuatan buruk yang sebaiknya dihindari adalah melakukan pembunuhan dan penganiayaan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, kebohongan serta makan minum bahan-bahan yang dapat memabukkan serta menghilangkan kesadaran. Dengan melaksanakan kelima latihan kemoralan ini, seseorang akan dapat terbebas dari bentuk kesalahan dalam hidup bersama di masyarakat.

Adapun upaya menambah kebaikan adalah bentuk kebajikan yang positif. Penghormatan secara mental positif kepada Sang Buddha ini diwujudkan dengan melaksanakan minimal lima kebaikan yang sering dijadikan padanan dari lima upaya menghindari kejahatan yang telah diuraikan di atas. Kelima kebaikan itu adalah upaya mengembangkan cinta kasih dan belas kasihan yang sepadan dengan menghindari pembunuhan serta penganiayaan. Mempunyai mata pencaharian yang tidak melanggar Dhamma sejajar dengan upaya tidak mencuri. Mampu menahan nafsu indriya sehingga tidak melanggar kesusilaan. Selalu berusaha mengembangkan kebenaran melalui ucapan, perbuatan serta pikiran atau upaya untuk tidak berbohong. Adapun yang terakhir adalah berusaha mengembangkan konsentrasi dan kesadaran batin secara terus menerus dengan upaya untuk tidak minum dan makan bahan yang menghilangkan kesadaran atau memabukkan.

Jika umat Buddha telah melaksanakan unsur pengendalian diri atas minimal lima perilaku buruk dan telah mengembangkan sedikitnya lima kebaikan di atas, maka umat hendaknya melakukan penghormatan secara mental yang ketiga yaitu membersihkan pikiran. Latihan membersihkan pikiran dilakukan dengan membentuk kebiasaan sering mengucapkan pertanyaan dalam batin : SAAT INI SAYA SEDANG APA? Semakin banyak seseorang mampu menjawab pertanyaan tersebut, semakin kuat pula kesadarannya akan segala tindakan, ucapan maupun gerak-gerik pikirannya. Dengan selalu mengembangkan kesadaran ini, secara bertahap seseorang akan mampu membebaskan diri dari kemelekatan akan masa lampau yang sudah tinggal kenangan dan masa depan yang masih impian. Masa lalu menjadi pelajaran untuk diperbaiki saat ini. Masa depan menjadi tujuan segala perbuatan saat ini. Dengan demikian, saat ini menjadi saat yang paling berharga dalam kehidupan seseorang. Ia akan selalu memusatkan pikiran pada segala yang ia lakukan pada saat ini. Pemusatan pikiran inilah yang akan melenyapkan secara bertahap ketamakan, kebencian serta kegelapan batin yang dimiliki oleh setiap mahluk. Kondisi batin yang terbebas secara menyeluruh dari ketiga akar perbuatan ini sering disebut sebagai kondisi mereka yang telah mencapai kesucian. Hasil usaha keras dan tekun untuk mencapai tingkat kebersihan batin secara menyeluruh inilah yang menjadi tolok ukur seorang umat Buddha sejati.

Oleh karena itu, seorang umat Buddha sejati hendaknya tidak hanya memberikan penghormatan secara fisik saja melainkan juga secara batin. Penghormatan secara fisik, misalnya dengan mengikuti puja bakti di vihara adalah upaya mengkondisikan seseorang agar dapat mengembangkan kebajikan melalui badan, ucapan dan juga pikiran. Artinya, selama seseorang melakukan atau mengikuti kebaktian, batin dan badannya diarahkan untuk selalu berkonsentrasi pada kebajikan serta menghindari kejahatan. Upaya ini memang merupakan kamma baik. Namun, alangkah bagusnya bila upaya baik ini juga diiringi dengan pelaksanaan tiga intisari Ajaran Sang Buddha seperti yang telah diuraikan di atas. Pelaksanaan penghormatan secara fisik dan mental inilah yang seharusnya dilakukan oleh setiap umat Buddha.

Semoga keterangan singkat ini akan menambah semangat para umat dan simpatisan Buddhis untuk lebih meningkatkan upaya memberikan penghormatan secara mental kepada Sang Buddha Gotama.

Semoga semua mahluk selalu hidup berbahagia.

Leave a Reply 0 comments