Pesan Waisak 2560 / 2016

SANGHA THERAVADA INDONESIA

Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi,
BSD City Sektor VII Blok C Nomor 6,
Tangerang Selatan 15321.
Telp (021) 53167061, Faks. (021) 53156737.

 Vihara Mendut,
Kotakpos 111, Kota Mungkid 56501, Magelang
Telp / Faks (0293) 788564.

 

 

PESAN WAISAK 2560/2016

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammàsambuddhassa

Sabbā disā anuparigamma cetasā, Nevajjhagā piyataramattanā kvaci
Evam piyo putthu attā paresam, Tasmā na himse param attakāmo’ti
(Samyutta Nikāya I : 75)

Bila kita mengarungi dunia dengan pikiran,
maka kita akan menemukan bahwa diri sendirilah yang paling dicintai.
Karena tidak ada siapapun yang dicintai oleh seseorang selain dirinya sendiri,
maka perhatikan dan hormatilah orang lain seperti kamu mencintai dirimu sendiri

 
Trisuci   Waisak   memperingati   tiga   peristiwa   suci   dalam   kehidupan   Guru   Agung   Buddha Gotama, yaitu: kelahiran Siddhartha calon Buddha, pencapaian Pencerahan Sempurna Buddha, serta kemangkatan Guru Agung Buddha. Tiga peristiwa  suci itu terjadi  pada hari yang sama, yaitu  hari purnama raya, bulan Waisak, dengan tahun yang berbeda-beda: kelahiran calon Buddha tahun 623 SM di Kapilavasthu, Nepal; Pencerahan Sempurna tahun 588 SM di Bodhgaya, India; dan Buddha mangkat tahun 543 SM usia 80 tahun, di Kusinara, India. Hari Trisuci Waisak 2560 tahun ini jatuh pada tanggal 22 Mei 2016. Seluruh umat Buddha di dunia memperingati Trisuci Waisak dengan laku puja bakti, meditasi, pendalaman Dhamma ajaran Buddha, serta kegiatan-kegiatan sosial-budaya Buddhis lain.

Cinta Kasih Penjaga Dunia, demikian tema Peringatan Trisuci Waisak 2560/2016. Sangha Theravada Indonesia memandang tema itu sangat relevan untuk dihayati dalam rangka menghadapi
berbagai   persoalan   dunia   dewasa   ini,   seperti   dunia   berkeluarga,   bermasyarakat,   berbangsa   dan bernegara.

Dunia Dewasa Ini

Kekerasan masih menjadi  bagian dari dunia  kehidupan  dewasa  ini, kekerasan  dalam rumah tangga,   kekerasan   dalam   sosial   masyarakat,   bahkan   kekerasan   dalam   kehidupan   beragama   pun membuat kita terhenyak, karena kekerasan itu dilakukan atas nama agama yang sebenarnya samasekali bertentangan dengan ajaran agama tersebut. Mahatma Gandhi (1869-1948) menyatakan akar kekerasan adalah kekayaan tanpa bekerja, kesenangan tanpa hati nurani, pengetahuan tanpa karakter, perdagangan tanpa moral, ilmu tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan, politik tanpa prinsip. Begitu banyak macam  kekerasan   dapat  terjadi   dalam  berbagai  bidang   kehidupan,  sebagai   suatu  ekspresi  perilaku individu ataupun kelompok orang secara fisik, verbal, maupun mental yang mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan terhadap kebebasan dan martabat orang lain.

Buddha Gotama menasihati seorang bhikkhu yang keras kepala dan suka bertengkar dengan sesama bhikkhu: siapapun yang memendam kebencian di dalam dirinya dengan berpikir bahwa ia telah menyiksa  diriku, ia telah memukulku, ia telah  mengalahkanku, bahkan ia telah merampas   barang-barang milikku, maka kebencian tidak akan lenyap dalam benak hatinya. Lebih lanjut Buddha Gotama mengatakan: dalam dunia ini, kebencian tidak akan berakhir dengan kebencian, kebencian hanya dapat dilenyapkan dengan cinta kasih, ini adalah kebenaran abadi. Mengapa masih ada orang-orang yang menyukai pertikaian? Karena masih banyak orang tidak mengerti, bahwa kita dapat binasa di dunia ini akibat dari perselisihan, ia yang memahami kebenaran ini, akan berusaha melenyapkan perselisihan, demikian penjelasan Buddha Gotama. Pada saat terjadi pertempuran antara Raja Kosala dengan Raja Ajatasattu   di   India,  terjadi   kekalahan   Raja   Kosala  dan   kemenangan   bagi   Raja Ajatasattu,  Buddha memberi   nasihat   demikian:   kemenangan   menimbulkan   kebencian,   orang   yang   kalah   hidup   dalam kesedihan,   orang   dapat   tenang   dan   damai   batinnya   apabila   ia   telah   mengatasi   kemenangan   dan kekalahan. (Dhammapada: 3, 5, 6, 201)

Cinta Kasih sebagai Pencegah Kekerasan

Cinta kasih merupakan bahasa hati, bahasa dari hati ke hati. Cinta kasih adalah suatu kekuatan yang mengaitkan hati dengan hati  untuk   menyembuhkan dan menyatukan kita dalam kebersamaan yang sesungguhnya. Pikiran-pikiran cinta kasih yang sangat berkembang memiliki kekuatan magnetis yang  dapat  mempengaruhi   dan   menarik   hati   orang   lain.   Dengan  cinta   kasih  kebahagiaan   manusia bertambah, dunia menjadi lebih cerah, lebih mulia dan lebih suci, serta menciptakan kehidupan yang lebih   baik.   Cinta   kasih   merupakan   pengharapan   kesejahteraan   dan   kebahagiaan   terhadap   semua makhluk hidup, tanpa dibatasi oleh sekat apapun. Ia adalah sifat persaudaraan seorang teman yang penuh kebaikan. Cinta kasih merupakan sebuah kekuatan mental yang aktif, setiap tindakan cinta kasih dilakukan dengan pikiran untuk membantu, menolong, menghibur, membuat orang lain lebih mudah hidupnya, dan lebih mampu untuk mengatasi kesedihan.

Cinta   kasih   dikembangkan   dengan   jalan   mempertimbangkan   buruknya   kebencian,   dan manfaatnya   membuang   kebencian.   Kebencian   membatasi,   cinta   kasih   membebaskan.   Kebencian mencekik,   cinta   kasih   melepaskan.   Kebencian   menimbulkan   penyesalan,   cinta   kasih   menghasilkan kedamaian. Kebencian bersifat menghasut, cinta kasih bersifat menenteramkan. Kebencian memecah belah,   cinta   kasih   menyatukan.   Kebencian   mengeraskan,   cinta   kasih   melembutkan.   Kebencian menghalangi, cinta kasih menolong. Demikianlah kita dapat memahami dengan benar dan menyadari akibat dari kebencian dan manfaat cinta kasih, sebagai dasar dari pengembangan cinta kasih.

Cinta   kasih   berpasangan   dengan   welas   asih,   yaitu   sifat   luhur   yang   membuat   orang   mulia tergetar   hatinya   merasakan   penderitaan.   Welas   asih   ibarat   seorang   ibu   yang   pikiran,   ucapan,   dan perbuatannya berkeinginan menyingkirkan kesulitan hidup anaknya. Welas asih memiliki sifat tidak mampu   membiarkan   penderitaan   terjadi   pada   orang   lain   dan   merupakan   manifestasi   dari   tanpa kekerasan. Welas asih dan kekerasan tidak dapat berdampingan, karena welas asih bersifat membangun sedangkan kekerasan bersifat merusak. Hati yang keras diatasi dengan welas asih.  Welas asih menjiwai seluruh ajaran Buddha. Karena semua kebenaran ajaran Buddha memiliki welas asih sebagai dasarnya, sebagai pijakannya.

Semua makhluk menderita (dalam satu atau lain hal). Penderitaan bisa saja dalam bentuk fisik atau   mental   ataupun   keduanya.   Semua   orang   mengetahui   apa   itu   penderitaan   karena   lapar, membutuhkan pakaian, tempat tinggal, karena penyakit,  dan lain-lain. Kematian dapat terjadi  pada semua orang. Maka, janganlah kita membuat penderitaan orang lain bertambah, tapi buatlah mereka yang   bertengkar   menjadi   bersahabat,   persatukan   mereka   yang   tercerai   berai,   hindarilah   kekerasan berilah kedamaian dan harmoni bagi siapapun juga yang berkehendak baik dalam menjalani hidup ini.  Memperlakukan orang lain sama halnya dengan memperlakukan diri sendiri.

Selamat Hari Trisuci Waisak 2560/2016, marilah umat Buddha sekalian mengembangkan cinta kasih dan welas asih dalam hati sanubari masing-masing. Karena penerapan cinta kasih dan welas asih itulah yang pasti dapat menjaga dunia ini dari kehancuran akibat kekerasan. Dunia yang terjaga baik menjadi kondisi yang sangat kondusif   bagi  tumbuh berkembangnya salah satu nilai  dari Revolusi Mental  yang  digagas   oleh  Bapak   Presiden  Joko  Widodo,   yaitu   gotong   royong   dengan   turunannya seperti   kerjasama,   solidaritas,   komunal,   kerelawanan,   dan   berorientasi   kemaslahatan   bagi   seluruh rakyat Indonesia.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, selalu melindungi.

 

Semoga semua makhluk hidup berbahagia

Kota Mungkid, 22 Mei 2016

SANGHA THERAVADA INDONESIA

ttd.

Bhikkhu Jotidhammo, Mahathera
Ketua Umum / Sanghanayaka

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply 4 comments