Belajar dari Alam

BELAJAR DARI ALAM

Para Bapak Ibu yang berbahagia, saudara-saudara, para remaja serta anak-anak yang berkumpul di sini. Mungkin saat ini adalah merupakan kesempatan pertama untuk saya hadir bersama-sama dengan Anda semua. Hal ini bisa terjadi karena memang kesempatan reuni ini adalah untuk para pemain olah raga bola basket. Padahal, kebetulan saya dahulu bukanlah pemain basket. Sedangkan anak-anak yang berkumpul dalam kesempatan ini adalah merupakan anak-anak dari para pemain yang dahulu. Sedangkan orangtua saya juga bukan anggota tim bola basket ini. Oleh karena itu, saya memang bukan salah satu pemain lama maupun keluarganya, maka kehadiran saya di sini adalah untuk saling bertukar pengalaman, bukan untuk bereuni.

Pada saat saya memasuki ruangan ini, saya melihat dan terkesan dengan lambang kelompok bola basket yang digambarkan sebagai burung rajawali jantan ini. Kesan yang mendalam ini bisa muncul karena memang lambang burung rajawali jantan ini dapat dijadikan contoh yang sesuai untuk menjadikan kita semua memiliki perilaku yang baik. Oleh karena itu, saya akan menguraikan nilai moral dari lambang burung rajawali jantan tersebut sehingga keterangan ini nantinya dapat dijadikan bekal untuk para bapak dan ibu dalam mendidik anak, menantu serta cucu Anda semua.

Sesungguhnya burung rajawali ini sekarang sudah jarang dijumpai di alam bebas kita. Telah banyak di antara mereka yang mati di tembak ataupun di tangkap orang. Namun, di Panti Semedi Balerejo, Wlingi, Blitar tempat saya tinggal, masih sering dijumpai empat ekor burung rajawali tersebut. Mengamati cara terbang mereka, kita akan bisa mengagumi mereka. Rajawali ketika terbang mengembangkan sayapnya dengan gagah dan mengeluarkan siulan yang bisa didengar sampai jarak yang sangat jauh. Mendengar siulan yang khas dari burung rajawali tersebut, banyak induk ayam yang kemudian melindungi anak-anaknya di bawah badan sang induk ayam. Apabila ada anak ayam yang tidak patuh dan keluar dari lindungan tubuh sang induk ayam, maka rajawali dari angkasa raya yang sangat tinggi bisa melihat tubuh anak ayam yang sangat kecil itu. Rajawali langsung menukik dengan kecepatan penuh dan tidak memberi kesempatan anak ayam itu untuk kembali berlindung di bawah tubuh induknya. Sebelum anak ayam itu menyadari apa yang sedang terjadi, ia sudah berada dalam cengkeraman kuku tajam rajawali dan dibawa terbang tinggi untuk disantap di suatu tempat nantinya. Inilah perilaku rajawali yang penuh dengan kegagahan dan keterusterangan. Rajawali ketika memangsa anak ayam bukan dengan cara sembunyi-sembunyi, melainkan justru dengan gagah ia telah mengeluarkan suara peringatan terlebih dahulu. Apabila peringatan ini tidak diindahkan, maka akibatnya adalah seperti yang telah diuraikan tersebut.

Oleh karena itu, dari makna lambang burung rajawali jantan tersebut dapatlah dipelajari beberapa hal.

Pertama, burung rajawali mempunyai ketajaman untuk melihat mangsa. Mangsa yang sangat kecil yang berada di atas tanah pun dapat dilihatnya dari angkasa yang sedemikian tinggi. Dengan menyadari kelebihan rajawali jantan ini, hendaknya orang yang hidup dalam masyarakat juga harus pandai melihat peluang sekecil apapun juga untuk dapat meningkatkan usaha dan penghasilan. Untuk mendapatkan keberhasilan dalam usaha, maka hendaknya orang mengawalinya dengan pemilihan jenis pekerjaan yang sesuai. Menentukan jenis pekerjaan yang cocok bisa dimulai dari hobby atau kesenangan seseorang. Jadi, kalau ada orang yang senang dengan bongkar pasang mesin kendaraan, maka usaha yang ideal untuknya adalah membuka bengkel atau service kendaraan. Namun, kalau orang yang tidak terlalu menyukai mesin dan membuka bengkel maka akibatnya segala usahanya akan menjadi tergantung dengan montir atau orang lain. Hal ini cukup membahayakan keberlangsungan usahanya. Demikian pula dalam memilih jurusan pada saat belajar di perguruan tinggi, hendaknya juga disesuaikan dengan hobby atau kesenangan diri. Seekor rajawali mampu menukik secepat kilat untuk mendapatkan anak ayam kesukaannya, namun ia tidak tertarik dengan makanan lain yang mungkin menurut manusia mahal harganya dan enak rasanya. Demikian pula dengan kehidupan ini, hendaknya orang dapat mengerti kesukaan dirinya sendiri agar dapat dimanfaatkan untuk memperoleh kemajuan.

Kedua, rajawali sambil terbang mengeluarkan suara yang sangat nyaring sebagai tanda untuk para anak ayam agar mereka berlindung. Kepada mereka yang tidak berlindunglah, rajawali menjadikan mereka sebagai mangsa. Rajawali tidak sama perilakunya dengan kucing yang suka bergerak secara diam dan perlahan untuk mengambil makanan. Rajawali bukanlah pencuri. Rajawali tidak memiliki watak sebagai pencuri. Rajawali mengembangkan perilaku jantan, gagah dan terus terang.

Menerapkan watak rajawali yang suka berterus terang dalam kehidupan bermasyarakat adalah dengan menyadari bahwa apapun bentuk kehidupan seseorang, baik di dalam rumah tangga, di kantor maupun di mana saja ia berada hendaknya ia selalu mengembangkan perilaku yang terus terang, jujur dan mengurangi kebohongan. Keterusterangan ini akan membuat banyak permasalahan dalam keluarga, permasalahan dalam lingkungan perusahaan, permasalahan dalam pergaulan akan lebih mudah diselesaikan dengan hasil yang membahagiakan semua fihak. Sikap tidak terus terang justru akan mudah memancing kecurigaan, kecemburuan serta berbagai masalah lainnya.

Ketiga, apabila dilihat dari sudut pandang si anak ayam maka bisa dimengerti bahwa ketika rajawali sudah mengeluarkan suaranya yang nyaring, seharusnya anak ayam menurut induknya untuk bersembunyi. Namun, kalau ada anak ayam yang tidak menurut kepada induknya, ia akan menjadi mangsa rajawali, sedangkan anak ayam yang menurut, ia akan selamat. Rajawali tidak pernah membawa anak ayam yang berada dibawah lindungan induknya, ia bukanlah perampok.

Dalam kehidupan sehari-hari, kadang seorang anak apabila diberi nasehat oleh orang tuanya, si anak sering mendahulukan pikiran negatif daripada memahami maksud baik orang tua. Hal ini bisa terjadi misalnya pada masalah perjodohan. Anak yang dilarang berpacaran dengan orang tertentu karena berbagai alasan yang dimiliki orangtua, biasanya malah berpikir negatif dan menentang orangtua. Hal ini seperti anak ayam yang tidak mau menurut pada induknya untuk bersembunyi dari sasaran rajawali. Padahal, semua nasehat orang tua kepada anaknya tersebut adalah karena berdasarkan rasa khawatir orang tua akan penderitaan anaknya atau harapan orang tua untuk membahagiakan anaknya. Karena itu kalau ada perilaku anak yang dilarang oleh orangtua, hendaknya hal ini disadari oleh anak bahwa sebenarnya nasehat itu bukan timbul karena rasa iri hati orang tua atas kebahagiaan anaknya. Sama sekali bukan demikian. Orangtua justru akan selalu mengharapkan kebahagiaan untuk anak-anaknya. Kalau nasehat orangtua itu bisa direnungkan dan ditimbang terlebih dahulu, maka anak hendaknya bisa mengambil sikap dan keputusan yang dapat memberikan kebahagiaan dan manfaat untuk semua fihak.

Selain lambang rajawali, dalam masyarakat juga dikenal adanya lambang naga. Sebenarnya, naga tersebut tidak ada mahluk nyatanya. Bentuk naga dari Tiongkok itu adalah merupakan rekayasa dan gabungan dari berbagai binatang. Mulut naga adalah merupakan mulut buaya, hidung naga adalah hidung sapi atau manusia. Tanduk naga adalah tanduk rusa. Bulu leher naga adalah bulu singa jantan. Punggungnya adalah punggung buaya. Kakinya adalah kaki ayam jantan. Dengan demikian, jelaslah bahwa naga adalah merupakan gabungan dari berbagai unsur binatang. Namun, meskipun demikian, naga tetap indah dilihat dan gagah sekali. Hal ini juga merupakan lambang kenyataan yang ada dalam masyarakat.

Dalam masyarakat, sebenarnya juga terdiri dari banyak unsur yang tidak sama pula. Tidak ada orang yang mempunyai watak, kebiasaan dan bahkan rejeki yang sama walaupun mereka adalah saudara kandung. Semuanya berbeda. Ketika orang bisa menerima adanya perbedaan itu, barulah muncul keindahan itu. Naga yang sebetulnya model dari berbagai binatang itu, ketika orang bisa melihatnya sebagai satu kesatuan, baru muncullah keindahan itu. Kegagahan naga baru bisa dirasakan. Jadi sebenarnya kunci untuk memahami tentang makna simbolik naga ini adalah bahwa segala bentuk perbedaan yang dihadapi, baik dalam kehidupan sebagai suami-istri, baik di dalam hubungan perdagangan, baik di dalam hubungan antara anak dan orang tua, dan lainnya hendaknya dapat dilihat sebagai kenyataan. Jangan terlalu berusaha mengubah orang lain, namun, cobalah untuk mengubah diri sendiri agar dapat menerima kelebihan serta kekurangan orang lain. Dengan mampu mengubah diri sendiri untuk menyesuaikan diri dengan orang lain maka barulah orang akan dapat saling bersatu untuk mendapatkan kemajuan di segala bidang.

Apabila memperhatikan gambar naga yang ada di berbagai tempat, maka akan tampaklah bahwa naga juga bisa hidup di air, di udara dan bahkan berani melawan api. Artinya kalau seseorang mampu menerima kelebihan dan kekurangan orang lain, kelebihan dan kekurangan pasangan hidupnya, kelebihan dan kekurangan orang tuanya, maka sebetulnya kemana saja ia pergi, ia pasti akan bisa bertahan. Ia pasti akan dapat mengembangkan potensi dirinya. Ia tidak akan pernah kekurangan. Ia tidak akan pernah mati karena perbedaan. Orang seperti itu justru akan mendapatkan kebahagiaan karena mampu menggunakan perbedaan untuk mencapai kemajuan. Sama dengan sepasang kaki yang tidak sama bentuknya antara kaki kiri dan kanan, bila hal ini bisa diterima sebagai kenyataan, maka orang akan mampu menggunakan keduanya untuk melangkah mengelilingi dunia.

Kenapa pasangan dalam rumah tangga sering mengalami percekcokan? Karena mereka sulit untuk menerima kenyataan bahwa pasangan hidupnya itu adalah orang yang berbeda dengan dirinya. Kenapa anak tidak cocok dengan orang tua? Karena anak sering menganggap orang tua tetangga lebih baik daripada orang tuanya sendiri. Si anak tidak mau menerima kenyataaan bahwa orang tua tetangga itu berbeda dengan orang tuanya sendiri. Dengan orang mau menerima perbedaan yang ada dalam masyarakat maupun keluarga, maka kesulitan apapun juga, ibaratnya lautan, angkasa, daratan, api maupun air, pasti akan dapat diatasi.

Setelah mengerti beberapa lambang yaitu burung rajawali, dan naga, maka lambang ketiga yang perlu dibahas di sini adalah lambang burung phoenix. Lambang ini banyak dipergunakan khususnya dalam upacara perkawinan, mulai dari kartu undangan sampai dengan berbagai perlengkapan perkawinan lainnya. Malahan, dalam banyak kesempatan, orang akan melihat gambar burung phoenix ini berdampingan dengan gambar naga.

Burung phoenix adalah merupakan burung yang sangat baik sekali, burung yang sangat setia kepada pasangannya. Phoenix yang sering digambarkan sebagai lambang di masyarakat adalah phoenix jantan. Burung phoenix jantan ini memiliki bulu ekor yang panjang dan indah sekali. Panjang bulu ekornya dapat lebih dari dua meter. Oleh karena itu, tidak ada burung phoenix yang berdiri di atas tanah. Ia selalu digambarkan hinggap di atas sebatang kayu yang tinggi di atas tanah. Memang, karena bulu ekornya demikian panjang, ia tidak dapat berdiri di atas tanah. Kalau sampai ia berdiri di atas tanah, ia tidak akan bisa terbang lagi.

Bulu burung phoenix jantan ini sedemikian indah sehingga pada musim kawin, ia akan mengembangkan bulu indahnya agar si betina datang kepadanya. Setelah sang betina datang dan bersedia di kawin, maka burung phoenix ini akan pergi ke sebuah gunung batu yang banyak goanya. Sepasang burung phoenix ini kemudian masuk ke salah satu goa yang ada di sana. Karena ia masuk dan tinggal di dalam gua, ia sudah tidak bisa lagi merawat bulu ekornya sehingga semua bulunya yang indah itu menjadi rontok. Sepasang burung phoenix ini akan tinggal terus di sana bersama-sama, bertelur di sana, berkembang biak di sana, dan bahkan akhirnya mereka mati di sana pula. Burung phoenix jantan yang telah ditinggal mati pasangannya tidak akan mencari pasangan yang baru lagi karena ia sudah tidak memiliki bulu ekor yang indah itu. Ia akan menghabiskan masa tuanya sendirian dalam goa batu tersebut. Karena perilaku seperti itulah maka burung phoenix ini kemudian dijadikan lambang kesetiaan.

Oleh karena itu, hampir pada setiap upacara perkawinan mudah diperoleh gambar lambang burung phonix yang merupakan lambang kesetiaan kepada pasangannya. Ia hanya sekali kawin dan setelah itu, seumur hidup ia tidak akan kawin lagi.

Dengan demikian, apabila ada undangan perkawinan yang mempergunakan gambar naga dan burung phoenix sebenarnya dapat diartikan bahwa dalam rumah tangga yang merupakan persatuan dua pribadi dari latar belakang yang berbeda itu hendaknya bisa diterima sebagaimana adanya. Manusia memang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dengan mampu menerima pasangan hidupnya sebagaimana adanya, maka masing-masing pasangan akan memiliki kesetiaan dan komitmen pada keutuhan perkawinan yang mereka telah sepakati bersama. Tidak akan ada fihak ketiga yang mengganggu kebersamaan pasangan tersebut. Mereka akan menjalani kehidupan berkeluarga dengan penuh kebahagiaan.

Itulah beberapa lambang yang bisa dijelaskan di sini. Paling tidak, ada tiga lambang yang bisa dipelajari dan dijadikan pedoman dalam kehidupan ini. Lambang yang pertama adalah burung rajawali, kedua adalah naga dan yang ketiga adalah burung phoenix. Dengan memahami beberapa makna lambang ini kiranya dapat dijadikan dasar dan pegangan untuk meningkatkan kualitas diri maupun memberikan pendidikan kemoralan untuk para generasi penerus. Dengan memahami makna lambang ini, kita bisa mengerti bahwa sesungguhnya keluarga adalah merupakan tempat pendidikan mental dan kualitas batin untuk seluruh anggota keluarganya.

Sesungguhnya, gambar rajawali, naga maupun burung phoenix sangat mudah diperoleh dalam masyarakat tempat seseorang tinggal, yang penting adalah kemauan membuka diri untuk belajar dari alam agar mampu menerapkannya dalam kehidupannya masing-masing sehingga dapat merasakan kebahagiaan.

Semoga segala yang diuraikan di sini akan dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan. Semoga kita semua dapat seperti seekor rajawali yang gagah perkasa penuh keterusterangan untuk bisa mengatasi segala bentuk permasalahan yang dijumpai dalam kehidupan ini. Semoga kita pun bisa seperti induk ayam yang selalu menjaga anaknya demi kebaikan dan kebahagiaan anaknya di masa depan. Semoga anak-anak juga bisa lebih memahami nasehat orangtua sehingga tidak menjadi anak ayam yang keluar dari perlindungan induknya sehingga menjadi mangsa rajawali.

Inilah yang perlu diuraikan dalam kesempatan ini, semoga segalanya dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan. Semoga selalu berbahagia.

Semoga semua mahluk berbahagia.

Sabbe satta bhavantu sukhittata

Ditranskrip dari kaset ceramah oleh: NN, Jakarta
Editor: Bhikkhu Uttamo

Leave a Reply 0 comments