Jilid I Pancaka – Kelompok Lima

DHAMMA VIBHAGA
(PENGGOLONGAN DHAMMA)
JILID I

PANCAKA – KELOMPOK LIMA

1. Lima Anantariyakama – bentuk-bentuk kamma buruk yang memberikan akibat langsung:

  1. Matughata : membunuh ibu.
  2. Pitughata : membunuh ayah.
  3. Arahantaghata : membunuh seorang Arahat.
  4. Lohituppada : melukai tubuh seorang Buddha hingga keluar darah.
  5. Sanghabheda : memecah belah Sangha.

Lima macam kamma ini adalah bentuk kejahatan yang paling berat, mereka menghalangi seseorang untuk mencapai alam-alam kebahagiaan dan juga Nibbana. Mereka adalah parajika bagi semua umat Buddha. Mereka tidak harus dilakukan dalam keadaan apapun juga.

A. III. 146.

2. Lima Abhinhapaccavekkhana – perenungan-perenungan yang harus seringkali dipraktekkan:

  1. Tiap hari seseorang harus merenungkan bahwa: ‘adalah sifat kita untuk menjadi tua dan kita tidak dapat menghindari kondisi usia tua’.
  2. Tiap hari seseorang harus merenungkan bahwa: ‘adalah sifat kita untuk merasakan sakit dan kita tidak dapat menghindari kondisi rasa sakit’.
  3. Tiap hari seseorang harus merenungkan bahwa: ‘adalah sifat kita untuk mati dan kita tidak dapat menghindari kematian’.
  4. Tiap hari seseorang harus merenungkan bahwa: ‘kita pasti akan berpisah dari semua hal yang kita cintai dan semua hal yang membuat kita bahagia dan puas’.
  5. Tiap hari seseorang harus merenungkan bahwa: ‘kita mempunyai kamma sebagai harta kekayaan kita. Apabila kita berbuat baik kita akan menerima akibat baik; apabila kita berbuat jahat kita akan menerima akibat buruknya’.

    A. III. 71

3. Lima Vesarajjakammatthana – dhamma yang menimbulkan keyakinan pada diri sendiri.

  1. Saddha : keyakinan di dalam hal-hal yang harus diyakini.
  2. Sila : mengendalikan perbuatan dan perkataan sesuai dengan norma-norma keagamaan.
  3. Bahusacca : memiliki pengetahuan luas.
  4. Viriyarambha : rajin dan penuh semangat.
  5. Pañña : mengetahui segala sesuatu yang harus diketahui.

Lima Dhamma ini harus dikembangkan di dalam diri kita masing-masing.

A. III. 127.

4. Lima sifat yang harus dimiliki oleh para Bhikkhu baru:

  1. Mengendalikan diri sesuai dengan peraturan Patimokkha; tidak melakukan apa yang dilarang oleh Sang Buddha, dan melakukan hal-hal yang diijinkan oleh Sang Buddha.
  2. Mengendalikan indria-indria, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, badan jasmani dan pikiran; tidak membiarkan diri untuk terlalu bergembira atau membenci, misalnya ketika melihat bentuk-bentuk dengan mata.
  3. Tidak terlalu ribut, kasar dan banyak berbicara.
  4. Berdiam di tempat-tempat yang sunyi.
  5. Memiliki kebijaksanaan dan pengertian benar.

Seorang Bhikkhu harus berusaha untuk mempertahankan Dhamma ini.

A. III. 138.

5. Lima sifat-sifat dari seorang Dhammakathika – seorang yang memberikan khotbah Dhamma:

  1. Ia menerangkan Dhamma selangkah demi selangkah dan tidak meloncat atau menyingkat bagian-bagian sehingga akan mengurangi artinya.
  2. Ia memberikan alasan-alasan sehingga membuat para pendengarnya mengerti.
  3. Ia harus memiliki Metta di dalam hatinya dengan harapan semoga para pendengar dapat memetik faedah dari khotbah Dhamma itu.
  4. Ia tidak mengajar Dhamma untuk tujuan memperoleh keuntungan bagi diri sendiri.
  5. Ia tidak mengajar Dhamma dengan menyerang orang lain. Dengan kata lain, ia tidak memuji diri sendiri dan merendahkan orang lain

Seorang Bhikkhu yang menjadi Dhammakathika harus memiliki lima sifat-sifat ini di dalam hatinya.

A. III. 184.

6. Lima Dhammasavananisamsa – faedah-faedah mendengarkan Dhamma:

  1. Seorang yang mendengarkan Dhamma adalah seperti mendengarkan hal-hal yang belum pernah ia dengar sebelumnya.
  2. Hal-hal yang telah ia dengar sebelumnya tetapi belum jelas, maka dengan mendengarkan Dhamma ia akan mengerti dengan lebih jelas.
  3. Mendengarkan Dhamma dapat menghilangkan keragu-raguan mengenai Dhamma.
  4. Mendengarkan Dhamma dapat memberikan pengertian benar.
  5. Pikiran orang yang mendengarkan Dhamma akan menjadi terang dan bahagia.

    A. III. 248.

7. Lima Bala – Dhamma yang merupakan kekuatan.

  1. Saddha : keyakinan.
  2. Viriya : usaha yang semangat.
  3. Sati : kemampuan mengingat, waspada.
  4. Samadhi : pemusatan pikiran dengan teguh.
  5. Pañña : kebijaksanaan.

    A. III. 10.

8. Lima Nivarana – rintangan-rintangan: ini adalah kekotoran yang mencegah pikiran untuk mencapai keadaan baik.
Ada lima macam kekotoran yang merupakan rintangan bagi bathin, yaitu:

  1. Kamacchanda : nafsu kerinduan akan obyek-obyek indria yang menyenangkan seperti bentuk-bentuk yang dapat dilihat (rupa) dan lain-lainnya.
  2. Byapada : ingin menyakiti orang lain.
  3. Thinamiddha : kelambanan dan kemalasan (bathin).
  4. Uddhaccakukkucca : kekacauan dan kekhawatiran.
  5. Vicikiccha : keragu-raguan dan ketidak-pastian.

    A. III. 63.

9. Lima Khandha – kelompok-kelompok kehidupan; Badan jasmani dan pikiran dibagi menjadi lima kelompok yang disebut lima khandha, yaitu:

  1. Rupa : terdiri dari empat unsur, yaitu: padat, cair, panas dan gerak yang membentuk tubuh kita ini.
  2. Vedana : perasaan, terdiri atas tiga macam, yaitu: menyenangkan (sukkha), tidak menyenangkan (dukkha), dan bukan menyenangkan maupun bukan tidak menyenangkan (adukkhamasukkha).
  3. Sañña : pencerapan, mengingat, sehingga seseorang mengenali; dengan kata lain mengingat bentuk-bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan dan obyek-obyek bathin.
  4. Sankhara : Cetasika-dhamma, dengan kata lain, keadaan-keadaan (arammana) yang timbul di dalam pikiran; apa yang baik disebut Kusala, yang buruk disebut Akusala, dan apa yang bukan baik maupun bukan buruk disebut abyakata.
  5. Viññana : kesadaran akan obyek-obyek indria (arammana) pada satu saat, misalnya bentuk berkontak dengan mata.

Lima khandha ini, secara ringkas disebut ‘Nama dan Rupa’, Vedana, Sañña, Sankhara dan Viññana dikelompokkan menjadi Nama; dan Rupa tetap sebagai Rupa.

Vbh. 1 & 1