Nama-Nama Orang Suci : D

Nama-nama Buddhis – D

DHAMMIKA – Arahatta :

Suatu hari Dhammika berkata kepada istrinya yang sedang hamil, bahwa dirinya ingin menjadi bhikkhu. Istrinya mohon, supaya menunggu sampai ia melahirkan, setelah melahirkan, isrtinya mohon lagi supaya suaminya menunggu sampai anaknya bisa berjalan. Dhammika berkata kepada dirinya, tidak ada gunanya minta persetujuan istri. Setelah membuat keputusan, ia meninggalkan rumah untuk menjadi seorang bhikkhu. Sang Buddha memberikan obyek meditasi kepadanya dan ia mempraktekkan dengan sungguh-sungguh dan rajin, tak lama kemudian ia menjadi seorang Arahat. Beberapa tahun kemudian Dhammika menengok anak dan istrinya dengan maksud mengajarkan Dhamma. Anaknya menjadi bhikkhu dan kemudian mencapai tingkat kesucian Arahat. Sang istri dengan keyakinannya juga meninggalkan rumah dan menjadi bhikkhuni, dan akhirnya mencapai tingkat kesucian Arahat juga. Dalam pertemuan para bhikkhu, Sang Buddha mengatakan bagaimana Dhammika menjadi seorang bhikkhu sampai mencapai tingkat kesucian Arahat, dan bagaimana ia membuat anak dan istrinya menjadi Arahat juga.

Pada kejadian ini Sang Buddha membabarkan syair :

Seseorang yang arif tidak berbuat jahat demi kepentingannya sendiri ataupun orang lain; demikian pula ia tidak akan menginginkan anak, kekayaan, pangkat atau keberhasilan dengan cara yang tidak benar. Orang seperti itulah yang sebenarnya luhur, bijaksana, dan berbudi.

( Dhammapada VI. 9 )
DANANCAYA – Sotapatti :

Lihat cerita pada C : CANDAPADUMA.
DHAMMARAMA – Arahatta :

Ketika mendengar berita bahwa Sang Buddha akan mangkat (Parinibbana) dalam waktu empat bulan lagi, banyak para bhikkhu puthujjana, yang belum mencapai tingkat kesucian, merasa akan kehilangan. Mereka tidak ingin bepergian jauh dari Sang Buddha. Ketika itu ada seorang bhikkhu yang bernama Dhammarama, tinggal menyendiri dan tidak pergi mendekat Sang Buddha. Ia melaksanakan meditasi ‘Pandangan terang’ (Vipassana Bhavana) dengan tekun. Ia ingin mencapai tingkat kesucian Arahat sebelum Sang Buddha meninggal dunia. Tapi kawan-kawan bhikkhu tidak mengerti dan mereka punya anggapan keliru. Kemudian
kawan-kawan bhikkhu bersama Bhikkhu Dhammarama menemui Sang Buddha dan menceritakan perihal Bhikkhu Dhammarama. Setelah kawan-kawan bhikkhu itu menceritakan semua pandangannya, Bhikkhu Dhammarama dengan penuh hormat menjelaskan kepada Sang Buddha apa yang sesungguhnya ia lakukan dan ia harapkan. Sang Buddha sangat puas dan menghargai apa yang dilakukan oleh Bhikkhu Dhammarama, kemudian berkata, “Anak-Ku Dhammarama, engkau telah berperilaku sangat baik. Seorang bhikkhu yang mencintai dan menghormat kepada-Ku henddaknya berkelakuan seperti engkau. Mereka yang mempersembahkan bunga, pelita dn dupa kepada-Ku tidaklah benar-benar memberi hormat kepada-Ku. Hanya mereka yang melaksanakan Dhamma,
ajaran-Ku, adalah benar-benar seorang yang memebrikan hormat kepada-Ku.”

Pada kejadian ini Sang Buddha membabarkan syair :

Seorang bhikkhu yang selalu berdiam dalam Dhamma dan gembira dalam Dhamma, yang selalu merenungkan dan mengingat-ingat akan Dhamma, maka bhikkhu itu tidak akan tergelincir dari Jalan Benar Yang Mulia.

( Dhammapada XXV. 5 )

Dhammarama Thera mencapai tingkat kesucian Arahat setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
DHAMMADINNA – Arahatta :

Seorang pengikut awam Sang Buddha bernama Visakha di Rajagaha, setelah mendengarkan khotbah Sang Buddha berulang-ulang, maka ia mencapai tingkat kesucian Anagami. Istrinya, Dhammadinna minta ijin darinya untuk masuk dalam pasamuan dan menjadi seorang bhikkhuni. Setelah menjadi seorang bhikkhuni ia pergi ke sebuah vihara di suatu desa kecil bersama para bhikkhuni lain untuk melatih meditasi. Dalam waktu yang singkat ia mencapai tingkat kesucian Arahat dan kembali ke Rajagaha. Setelah mendengar bahwa Dhammadinna telah kembali, Visakha pergi menemuinya dan bertanya beberapa pertanyaan. Tentang tiga magga yang pertama, Dhammadinna bisa menjawab, tapi ketika yang ditanyakan Visakha tentang ‘Jalan’ dan ‘Hasil’ Arahat, Dhammadinna berkata, “O pengikut awam ! Masalah ini di luar batas kemampuan pengertianmu; jika engkay ingin tahu, engkau boleh pergi, dan bertanya kepada Sang Buddha.” Ketika Visakha bertanya kepada Sang Buddha, Sang Buddha berkata, “Dhammadinna telah menjawab pertanyaanmu. Jika engkau bertanya kepada-Ku, Aku akan memberikan jawaban yang sama.” Setelah berkata demikian, Sang Buddha menegaskan kenyataan bahwa Dhammadinna telah mencapai tingkat kesucian Arahat.

Pada kejadian ini Sang Buddha membabarkan syair :

Orang yang tidak lagi terikat pada apa yang telah lampau, apa yang sekarang maupun apa yang akan datang, yang tidak memegang ataupun melekat pada apapun juga, maka ia Kusebut seorang ”brahmana’.

( Dhammapada XXVI. 39 )