Mendiang Bhikkhu Dhammasuto Thera

 

Ribuan Umat Lepas Mendiang Bhikkhu Dhammasuto Thera

 

Singaraja (Bali Post) –
Ribuan umat Buddha dan simpatisan menghadiri upacara kremasi Bhikkhu Dhammasuto Thera di areal Brahmavihara Arama, Banjar, Buleleng, Selasa (27/4) siang. Tak hanya dari Bali, umat juga berdatangan dari Makassar, Manado dan berbagai daerah di Indonesia, untuk melepas sosok teladan yang sudah melewati 19 Vassa (tahun) menjalani kehidupan kebhikkhuan tersebut.

Upacara kremasi juga dihadiri 26 Bhikkhu Sangha Theravada Indonesia dari 31 bhikkhu yang sempat hadir untuk memberikan penghormatan dan dukungan spiritual serta pesan Dhamma setiap pagi dan malam selama 3 hari jenazah disemayamkan di Vihara Buddha Sakyamuni.

Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera (Kepala Sangha Theravada Indonesia) dan Bhikkhu Jotidhammo Mahathera (Ketua Umum Sangha Theravada Indonesia) serta Bhikkhu Sucirano Thera (Ketua Wilayah Bali Sangha Theravada Indonesia) dalam pesan Dhammanya mengingatkan bahwa Bhante Dhammasuto Thera adalah seorang Bhikkhu Sepuh yang sangat gigih dalam mengembangkan dhamma di tanah air.

Dikatakannya, bahkan sejak 30 tahun lalu, sebelum mendiang menjadi bhikkhu, di mana saat saat itu Dhamma sangat sulit ditemui. Untuk mencari buku Dhamma dalam bentuk stensilan pun sangat sulit, tetapi mendiang telah menjadi pelopor yang sangat gigih membangun kembali Buddha Sasana di daerah terpencil yang kondisinya sangat sulit yaitu di Dumoga Sulawesi Utara. ”Mendiang juga adalah seorang tenaga pendidik, dosen agama Buddha yang berjasa dan seorang bhikkhu sepuh yang patut menerima penghormatan dari kita semua,” terang Bhante Sri Pannyavaro.

Jenazah almarhum diberangkatkan dari Vihara Buddha Sakyamuni Denpasar dengan menggunakan kendaraan hias yang dipersiapkan khusus oleh Ketua Umum Yayasan Buddha Sakyamuni Ibu Erlina Kang Adiguna berbentuk burung Garuda sebagai lambang burung surgawi yang diceritakan mampu mengalahkan Naga Nandopandana yang tangguh dan perkasa. Mobil prosesi ini juga dilengkapi dengan 4 dewa berjaga di 4 penjuru.

Setelah mendapat penghormatan terakhir, jenazah diberangkatkan ke Buleleng, diantar puluhan kendaraan yang mengangkut keluarga dan umat dari berbagai daerah. Sepanjang perjalanan dibacakan paritta/doa Pamsukula Gatha sebagai perenungan bahwa segala yang terbentuk tidak kekal adanya, timbul dan tenggelam, setiap makhluk pasti akan mengalami kematian dan telah berulangkali mengalami kematian, dengan perenungan ini semoga tidak ada lagi keraguan tentang kematian.

Setibanya di Brahmavihara Arama, jenazah disemayamkan sejenak untuk memberikan waktu kepada umat yang belum sempat melakukan penghormatan terakhir. Sebelum menuju tempat kremasi, dibacakan riwayat singkat oleh putra mendiang, Bapak Krishnapatti. (r)

 

Sumber :
Balipost.co.id

 

 

 

Leave a Reply 0 comments