APANNAKA SUTTA
Sumber : Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya II,
Oleh : Team Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Proyek Sarana Kehidupan Beragama Buddha Departemen Agama RI, 1994
1. Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berkelana dengan sejumlah bhikkhu di daerah Kosal, akhirnya tiba di desa Sala.
2. Penduduk desa Sala mendengarkan ………… melihat para arahat seperti itu.
3. Kemudian para penduduk desa Sala pergi menemui Sang Bhagava dan duduk di tempat yang tersedia.
4. Ketika mereka duduk, orang yang diberkati itu bertanya kepada mereka, “Penduduk, punyakah kamu guru yang kamu cintai di mana kamu telah menemukan kepercayaan?”
“Tidak Yang Mulia,”
“Kemudian penduduk, walaupun kamu mempunyai guru yang kamu cintai dalam Dhamma yang tidak berubah dapat dilatih dan dipelihara, akan berakhir untuk kesejahteraan dan kebahagiaanmu. Apa dhamma yang tidak berubah itu?
(Teori yang tidak mengandung apa-apa)
5. Penduduk setempat, ada beberapa petapa dan brahmana yang teori dan pandangannya adalah sebagai berikut: Tak ada sesuatu yang diberikan secara gratis, tidak ada yang ditawarkan, tidak ada yang dikorbankan, tidak ada buah yang berasal dari kamma baik dan buruk yang telah masak, tidak ada dunia ini, tidak ada dunia yang lain, tidak ada ayah, tidak ada ibu, tidak ada kelahiran yang spontan, tidak ada bhikkhu yang baik dan saleh yang menyadari dirinya sendiri dengan pengetahuan yang diterimanya secara langsung dan dinyatakan dalam dunia yang sekarang dan dunia yang lain.
6. Sekarang ada beberapa bhikkhu yang bertentangan langsung kepada bhikkhu-bhikkhu itu dan mereka berkata seperti ini: Ada yang diberikan dan ada yang ditawarkan dan ada yang dikorbankan, dan ada buah dari kamma baik dan buruk yang telah masak, dan ada dunia sekarang dan dunia yang lainnya dan ada seorang ayah dan seorang ibu dan ada kelahiran secara spontan dan ada bhikkhu-bhikkhu yang baik dan saleh yang disadari oleh pengetahuannya dan menyatakan ada dunia sekarang dan dunia lainnya. Bagaimana kami memahami ini, apakah bhikkhu-bhikkhu menerima teori-teori ini langsung bertentangan dari yang lainnya?”
“Ya, bhante.”
7. “Sekarang kepada petapa dan brahmana yang mempunyai teori dari pandangan sebagai berikut: Tidak ada sesuatupun yang diberikan, tidak ada para petapa dan brahmana yang baik dan saleh yang disadari oleh pengetahuan langsung dan menyatakan ‘adanya dunia di sini dan dunia yang lain,’ diharapkan bahwa mereka akan menghindari dhamma yang dapat dirubah, yaitu: perkataan baik, perbuatan baik, dan pikiran yang baik, dan mereka akan memelihara dan menjalankan ketiga dhamma yang tidak dapat berubah ini, yaitu: perkataan yang jahat, perbuatan jahat, dan pikiran yang jahat. Mengapa harus yang itu? Karena bhikkhu-bhikkhu dan orang-orang Suci yang saleh itu tidak melihat bahaya, keburukan dan kekotoran di dalam dhamma yang tidak berubah itu, dan mereka tidak melihat pemberkatan dan penolakan dalam membersihkan dhamma yang dapat berubah
8. Sebenarnya ada dunia yang lain, bila ada yang mengatakan bahwa tak ada dunia yang lain maka orang tersebut mempunyai pandangan yang salah. Sebenarnya ada dunia yang lain, bila ada yang mengatakan bahwa tak ada dunia yang lain, maka orang itu mempunyai perhatian yang salah. Sebenarnya ada dunia yang lain, bila orang mengatakan tidak ada dunia yang lain maka orang itu mempunyai perkataan yang salah. Sebenarnya ada dunia yang lain, bila orang mengatakan tak ada dunia yang lain maka orang itu menentang arahat yang mengetahui adanya dunia yang lain. Sebenarnya ada dunia yang lain, bila orang mengatakan tidak ada dunia yang lain, maka orang ini merasa tak ada dhamma yang benar. Karena orang itu tidak merasa adanya dhamma yang benar, maka orang itu menghina orang-orang yang lainnya. Maka dari itu kesalahan yang didapat dilepaskannya dan digantikan oleh kejahatan. Pandangan yang salah, perhatian yang salah, perkataan yang salah, pertentangan dengan para bhikkhu, memuji diri sendiri dan menghina orang yang lain dhamma-dhamma yang tidak dapat berubah ini dibawa ke dalam nilai yang positif dengan pandangan yang salah sebagai pernyataan mereka.
9. Mengenai ini seorang bijaksana berpikiran seperti ini: Jika tidak ada dunia yang lain, pada peristiwa terputusnya rasa dari badan ini, orang yang saleh akan membuat dirinya selamat. Tetapi jika ada dunia yang lain, maka pada peristiwa terputusnya rasa dari badan ini, setelah kematian, ia akan muncul kembali dalam bentuk yang lain, dalam keadaan yang tidak bahagia, walaupun di neraka. Sekarang dengan cara apapun biarkan tidak ada dunia yang lain, biarkan perkataan dari petapa dan brahmana ini menjadi suatu kebenaran, walaupun begitu orang yang saleh ini masih menjadi celaan para bijaksana dan sebagai seorang yang tidak saleh yang mempunyai pandangan yang salah dan teorinya tidak ada apa-apanya. Tetapi, jika ada dunia yang lain, orang yang saleh ini mempunyai pukulan yang tidak menguntungkan pada kedua belah pihak, karena ia menjadi celaan para bijaksana dan sejak pelepasan jiwa dari rasanya, setelah kematian, ia akan muncul kembali dalam bentuk yang lain, dalam keadaan yang tidak bahagia. Walaupun di dalam neraka, ia telah menjalankan dhamma yang tidak dapat berubah ini dengan pandangan yang keliru dengan cara seperti itu akan memperluas satu sisi saja dengan menghilangkan aspek-aspek yang dapat berubah.
10. Untuk para petapa dan brahmana yang teori dan pandangannya diberikan dan untuk bhikkhu-bhikkhu dan orang-orang suci yang saleh dan baik menyadari sendiri dengan pengetahuan yang diterimanya secara langsung dan menyatakan bahwa mereka akan menghindari ketika dhamma yang tidak dapat berubah, yaitu: perkataan, perbuatan dan pikiran yang jahat, dan mereka akan melaksanakan dan memelihara ketiga dhamma yang dapat dirubah ini, yaitu: perkataan, perbuatan dan pikiran yang baik, kenapa harus yang itu ? Karena para bhikkhu dan orang-orang yang suci itu dapat melihat adanya bahaya, pemerosotan dan kekotoran di dalam dhamma yang tidak dapat dirubah tadi, dan mereka melihat penolakan dalam pembersihan dhamma yang dapat berubah itu.
11. Sebenarnya ada dunia yang lain, seseorang yang mempunyai pandangan adanya dunia lain selain daripada dunia yang kita diami sekarang maka orang tersebut mempunyai pandangan yang benar. Dan orang yang mempunyai perhatian bahwa ada dunia yang lain selain dunia yang sekarang ini maka orang tersebut mempunyai perhatian yang benar. Dan jika ada orang yang mengatakan bahwa ada dunia yang lain maka orang itu mempunyai perkataan yang mengatakan bahwa ada dunia yang lain maka orang itu mempunyai perkataan yang benar. Orang yang mengatakan adanya dunia yang lain maka orang tersebut tidak menentang para arahat. Bila seseorang merasa adanya dunia yang lain maka orang tersebut merasa bahwa dhamma itu benar dan untuk membuatnya merasa apa dhamma yang benar itu ia tidak memuji dirinya sendiri dan menghina orang yang lain. Maka dari itu ketidakbajikan yang dipunyainya dilepaskannya dan digantikan oleh kebajikan. Dan pandangan yang benar, perhatian yang benar dan perkataan yang benar serta tidak bertentangan dengan kesucian, seseorang merasa adanya dhamma yang benar, tidak memuji dirinya sendiri dan menghina orang lain beberapa dhamma yang berubah ini berada di tempat yang benar sebagai syarat mereka.
12. Mengenai hal ini orang bijaksana berpendapat bahwa: Jika ada dunia yang lain, pelepasan jiwa dari rasanya, setelah kematian, orang ini akan lahir kembali di alam yang menyenangkan, bahkan di surga. Dengan cara apapun juga biarkanlah tidak ada dunia yang lain. Biarkan perkataan orang yang suci ini menjadi suatu kebenaran, sehingga orang yang saleh yang mempunyai pandangan yang benar dan teorinya menjadi kenyataan. Sebaliknya, jika ada dunia yang lain, orang yang baik ini mempunyai keberuntungan di kedua belah pihak: karena ia merupakan pujian para bijaksana sekarang dan seterusnya, dan setelah ia meninggal maka ia akan lahir kembali di alam yang menyenangkan bahkan di surga. Dia tak menjalankan dhamma yang tidak dapat dirubah dengan cara seperti itu yang memperbesar kedua belah pihak tidak termasuk aspek-aspek yang tidak dapat dirubah.
13. Ada beberapa petapa dan brahmana yang mempunyai teori dan pandangan sebagai berikut: Jika seseorang berbuat atau perbuatan itu sudah dilakukan, jika ia melakukan perbedaan atau perbedaan itu telah dilakukan ia menyiksa atau penyiksaan itu telah dilakukan, jika ia mengakibatkan kesedihan, jika ia menindas, jika ia mengancam atau menyebabkan ancaman, jika ia membunuh makhluk hidup, mengambil yang bukan miliknya, merampas barang-barang curian, melakukan perampokan, melakukan penyerangan di jalan-jalan raya, merampas isteri orang lain, mengatakan kebohongan tidak ada perbuatan jahat yang dilakukan tanpa pelakunya. Jika seseorang dengan pisaunya yang tajam yang membuang makhluk hidup hancur lebur menjadi segumpal daging, atau setumpuk daging, tidak ada perbuatan yang jahat. Jika seseorang mengikuti gerombolan yang membunuh dan menganiaya, mengadakan perbedaan menyiksa tidak ada sumber kejahatan dan akibat dari kejahatan itu. Jika seseorang mengikuti sekelompok orang yang memberi, menawarkan pengorbanan, tidak ada kebajikan bersumber dari itu dan tidak ada akibat dari kebajikan itu. Dengan memberi, melatih, berkata yang benar, mengendalikan nafsu, tidak ada kebajikan dan akibat dari kebajikan itu.
14. Sekarang ada beberapa petapa dan brahmana yang mempunyai teori yang langsung bertentangan dengan bhikkhu-bhikkhu dan orang-orang suci itu, dan mereka berkata seperti itu: Jika seseorang bertindak atau perbuatan itu telah dilakukan, jika ia mengadakan perbedaan dan perbedaan itu telah dilakukan, jika ia menyiksa atau melakukan penyiksaan, jika ia menyebabkan kesedihan, jika ia menentang, jika ia mengancam atau membuat ancaman, jika ia menyiksa makhluk hidup, mengambil yang bukan miliknya, merampas barang-barang orang lain, merampas isteri orang lain, mengatakan kebohongan, kejahatan akan dilakukan untuk pelakunya. Jika seseorang dengan pisaunya yang tajam membuat makhluk hidup di dunia ini menjadi terpotong-potong, ada sumber kejahatan yang menyebabkannya dan ada akibat dari perbuatan jahat itu. Jika seseorang mengikuti gerombolan penjahat membunuh dan menganiaya, membeda-bedakan orang, menyiksa, ada akar kejahatan dan akibat dari kejahatan itu. Jika seseorang mengikuti kelompok yang memberi, menawarkan pengorbanan, akar-akar kebaikan berasal dari itu, dan akibat dari kebaikan itu. Dengan memberi, melatih dan mengendalikan nafsu, ada kebajikan dan akibat dari kebajikan itu. Sebagaimana kamu memahami ini, rakyatku, tidakkah bhikkhu-bhikkhu ini dan orang suci mempunyai teori yang bertentangan satu dengan yang lainnya ?”
“Ya, Yang Mulia.”
15. “Untuk para petapa dan brahmana yang mempunyai teori dan pandangan sebagai berikut: jika seseorang bertindak atau melakukan perbuatan tidak ada kebaikan dan akibat dari kebaikan itu, diharapkan mereka akan menghindari dhamma-dhamma yang dapat merubah, kenapa harus begitu? Karena petapa dan brahmana itu tidak melihat bahaya, kemerosotan, kekotoran di dalam dhamma, dan mereka tidak melihat adanya penolakan dalam membersihkan dhamma yang dapat berubah itu.
16. Sebenarnya sedang berlangsung, seseorang yang mempunyai pandangan ‘Tidak ada yang sedang berlangsung,’ mempunyai pandangan yang salah. Sedang berlangsung seseorang yang mempunyai perhatian ‘Tidak ada yang sedang berlangsung,’ mempunyai perhatian yang salah. Sebenarnya ada yang sedang berlangsung, seseorang yang mempunyai perkataan sebagai berikut ‘Tidak ada yang sedang berlangsung’ mempunyai perkataan yang salah. Seseorang mengatakan tidak ada yang sedang berlangsung, langsung menentang arahat yang mempunyai teori bahwa ada yang seorang berlangsung. Sedang berlangsung seseorang yang mempunyai pemahaman yang lain ‘Tidak ada yang sedang berlangsung’ membuatnya memahami apa dhamma yang tidak benar itu, dan supaya membuatnya memahami apa dhamma yang tidak benar itu dia memuji dirinya sendiri dan menghina orang yang lainnya. Maka dari itu kesalehan yang telah dibuangnya dan diganti oleh ketidaksalehan. Dan pandangan yang salah perhatian yang salah, perkataan yang salah, menentang para bijaksana, membuat pemahaman yang lain apa itu dhamma yang tidak benar dan memuji dirinya sendiri dan menghina orang yang lain, dhamma-dhamma yang tidak berubah ini dibawa dalam posisi yang positif dengan pandangan yang salah sebagai persyaratan mereka.
17. Mengenai hal ini orang bijaksana berpikiran sebagai berikut: Jika tak ada yang sedang berlangsung, kemudian pada saat terlepasnya jiwa dari raga kita orang ini akan merasa cukup aman. Tetapi jika ada yang sedang berlangsung, kemudian pada saat terlepasnya jiwa dari raga kita maka setelah kematian ia akan terlahir kembali ke alam yang tidak bahagia bahkan di neraka. Sekarang dengan segala cara biarkan tidak ada yang sedang berlangsung, biarkanlah perkataan para petapa dan brahmana menjadi benar, sehingga orang yang saleh ini menjadi celaan orang bijaksana dan sekarang sebagai orang yang saleh dengan pandangan yang keliru dan teori yang mengatakan tidak ada yang sedang berlangsung. Tetapi sebaliknya, jika ada sesuatu yang sedang berlangsung, kemudian orang tersebut mempunyai lemparan yang untung pada kedua sisi: karena ia menjadi celaan para bijaksana dan sejak pelepasan jiwa dari raganya setelah kematian ia akan lahir kembali di alam neraka. la telah memperluas hanya pada satu sisi yang tidak termasuk aspek yang dapat berubah.
18. Sekarang petapa dan brahmana yang mempunyai teori dan pandangan berikut : Jika seseorang bertindak dan melakukan kejahatan dilakukan untuk pelakunya tidak ada kebajikan dan akibat dari kebajikan itu diharapkan juga mereka akan menghindari dhamma-dhamma yang tidak berubah ini kenapa begitu ? Karena para petapa dan brahmana melihat bahaya, kemerosotan dan kekotoran dalam dhamma yang tidak berubah dan mereka melihat penolakan dalam membersihkan dhamma yang berubah ini.
19. Ada yang sedang berlangsung, seseorang yang mempunyai pandangan sebagai berikut: ‘Ada yang sedang berlangsung’ mempunyai pandangan yang benar. Sebenarnya ada yang sedang berlangsung, seseorang yang mempunyai perhatian bahwa ada yang sedang berlangsung mempunyai perhatian yang benar. Sebenarnya ada yang sedang berlangsung, seseorang yang mengatakan ‘Ada yang sedang berlangsung’ tidak menentang para arahat yang mempunyai teori bahwa ada yang sedang berlangsung, seseorang yang membuat pemahaman yang lain ‘Ada yang sedang berlangsung’ membuatnya memahami apa itu dhamma yang benar, dan supaya membuatnya memahami apa itu dhamma yang benar itu ia tidak memuji dirinya sendiri dan menghina orang lain. Maka dari itu ketidaksalehan yang dihilangkannya dan kesalehan yang menggantikan. Dan pandangan yang benar ini, perhatian benar, perkataan yang benar, tidak menentang orang yang bijaksana, membuat pemahaman apa dhamma yang benar itu, dan tidak memuji dirinya sendiri dan menghina orang lain dhamma-dhamma yang berubah ini dibawa ke dalam keadaan yang positif dengan pandangan yang benar sebagai persyaratan mereka.
20. Mengenai hal ini orang bijaksana memikirkan sebagai berikut: Jika ada sesuatu yang sedang dilakukan, kemudian pada saat pelepasan jiwa raganya setelah kematian orang tersebut akan muncul kembali ke alam yang bahagia, bahkan di surga. Tetapi dengan segala cara biarkanlah tidak ada yang sedang dilakukan, biarkanlah perkataan para bhikkhu dan bijaksana menjadi suatu kebenaran, sehingga para petapa dan brahmana ini menjadi pujian para bijaksana, memuji di sini dan sekarang sebagai seorang yang saleh yang mempunyai pandangan yang benar dan dengan teori bahwa ada yang sedang dilakukan. Dan sebaliknya, jika ada yang sedang dilakukan, kemudian orang yang saleh ini mempunyai lemparan yang menguntungkan pada kedua belah pihak; sejak ia menjadi pujian para bijaksana di sini dan sekarang, dan sejak pelepasan jiwa dari raganya setelah kematian ia akan lahir kembali di alam yang bahagia, bahkan di surga. Dia menjalankan dan melatih dhamma yang tidak berubah dengan memperluas kedua belah pihak tanpa memasukkan aspek yang tidak berubah.
21. Ada beberapa bhikkhu dan orang suci yang teori dan pandangannya adalah sebagai berikut: Tidak ada alasan tidak ada persyaratan, karena adanya kekotoran; dirusak tanpa alasan atau persyaratan. Tidak ada alasan, tidak ada persyaratan pembersihan, pembersihan tanpa alasan atau persyaratan. Tidak ada kekuatan, energi, semangat, kesabaran, semua makhluk, semua yang bernafas, makhluk-makhluk hidup, semua jiwa, tanpa keunggulan, kekuatan atau energi; dibentuk oleh nasib, secara disengaja dan merupakan pokok, mereka mengalami kesenangan dan kesusahan dalam 6 spesies.
22. Sekarang beberapa bhikkhu dan orang suci yang teorinya langsung menentang bhikkhu dan orang suci itu, mereka berkata demikian: Ada sebuah alasan, adanya kekotoran-kekotoran itu ada alasannya dan persyaratannya. Ada sebuah alasan, persyaratan, pembersihan, pembersihan itu ada ada alasannya, ada persyaratannya. Ada kekuatan, energi, semangat yang benar, kesabaran yang benar; itulah semua makhluk, semua bernafas, semua makhluk hidup, semua jiwa, dibentuk oleh nasibnya, tanpa sengaja dan merupakan pokok, mempunyai kesenangan dan kesusahan dalam 6 spesies.
23. Sekarang bhikkhu-bhikkhu dan orang-orang suci yang teori dan pandangan adalah sebagai berikut: Tidak ada alasan menjadi kotor menjadi suci ditentukan oleh nasib, tanpa sengaja dan merupakan pokok, mereka mengalami kesenangan dan kesusahan di dalam tahap, diharapkan bahwa mereka akan menghindari ketiga dhamma yang dapat berubah dan mereka akan menjalani dan memelihara dhamma-dhamma yang tidak berubah ini kenapa begitu ? Karena bhikkhu-bhikkhu dan orang-orang suci itu tidak melihat bahaya, pemerosotan di dalam dhamma yang tidak dapat berubah, mereka tidak melihat pembersihan dalam dhamma yang dapat berubah.
24. Sebenarnya ada sesuatu alasan, seseorang yang mempunyai pandangan adalah ‘Tidak ada alasan, mempunyai pandangan yang keliru.’ Sebenarnya ada sebuah alasan, seseorang yang mempunyai perhatian ‘Tidak ada alasan’ mempunyai perhatian yang salah. Sebenarnya ada sebuah alasan, seseorang yang berkata ‘Tidak ada alasan’ mempunyai perkataan yang salah. Sebenarnya ada sebuah alasan, seseorang berkata ‘Tidak ada alasan’ langsung bertentangan dengan arahat yang mempunyai teori bahwa ada alasan. Sebenarnya ada sebuah alasan, seseorang membuat pemahaman yang lain ‘Tidak ada alasan’ membuatnya memahami apa itu dhamma yang tidak benar, dan supaya membuatnya memahami apa dhamma yang tidak benar itu ia memuji diri sendiri dan menghina orang lain. Maka dari itu kesalehan yang dihilangkannya dan digantikan ketidaksalehan. Dan pandangan yang salah ini, perhatian yang salah, perkataan yang salah, menentang orang-orang suci, membuat pemahaman yang lain dari apa yang disebut dengan dhamma yang tidak benar, dan memuji diri sendiri dan menghina orang lain, dan ide-ide jahat yang tidak berubah ini dibawa ke dalam keadaan yang positif dengan pandangan yang salah sebagai persyaratan mereka.
25. Mengenai hal ini orang yang bijaksana berpikiran sebagai berikut: Jika tidak ada alasan, kemudian pelepasan jiwa dari raga seseorang tersebut akan merasa aman. Tetapi jika ada sebuah alasan, pada waktu pelepasan jiwa raganya, setelah ia meninggal, ia akan lahir kembali di alam yang tidak menyenangkan, bahkan di neraka. Sekarang dengan cara apapun juga biarkanlah alasan itu tidak ada, biarkanlah ucapan para petapa dan brahmana menjadi suatu kebenaran, karena mereka merupakan celaan para bijaksana dan sekarang sebagai orang yang tidak saleh yang mempunyai pandangan yang salah dan teori yang mengatakan tidak ada alasan. Tetapi sebaliknya, jika ada sebuah alasan, orang yang saleh mempunyai ini mempunyai keberuntungan, karena ia menjadi celaan bijaksana sekarang dan selanjutnya, dan pada waktu pelepasan jiwa dari raganya ia akan lahir kembali di alam yang tidak menyenangkan bahkan di neraka. Dia dengan cara yang salah menjalankan dan melatih dhamma yang tidak berubah dengan cara memperluas hanya satu sisi tanpa memasukkan unsur-unsur yang berubah.
26. Sekarang untuk para petapa dan brahmana yang mempunyai teori dan pandangan sebagai berikut: Ada sebuah alasan, ada kekotoran, ada pembersihan yang ditentukan oleh nasibnya, secara tidak disengaja dan menjadi pokok, mengalami kesenangan dan kesusahan dalam enam tahap, diharapkan bahwa mereka akan menjalankan dan memelihara ketiga dhamma yang tidak berubah. Kenapa begitu ? Karena para petapa dan brahmana melihat bahaya, pemerosotan dan kekotoran dalam dhamma yang tidak berubah dan mereka melihat pembersihan dalam dhamma yang berubah ini.
27. Sebenarnya ada suatu alasan, seseorang yang mempunyai pandangan sebagai berikut: ‘Ada sebuah alasan’ mempunyai pandangan yang benar. Sebenarnya ada sebuah alasan, seseorang berkata ‘Ada sebuah alasan’ mempunyai perkataan ‘Ada sebuah alasan’ mempunyai perhatian yang benar. Sebenarnya ada sebuah alasan, seseorang berkata ‘Ada sebuah alasan’ mempunyai perkataan yang benar. Seorang yang mengatakan adanya sebuah alasan ia tidak menentang para arahat yang mempunyai teori sebagai berikut ‘Ada sebuah alasan’. Sebenarnya ada sebuah alasan, seseorang membuat pemahaman yang lain yaitu ‘Ada sebuah alasan’ membuatnya memahami dhamma yang benar, dan supaya membuatnya memahami dhamma yang benar ia tidak memuji diri sendiri dan menghina orang lain. Maka dari itu segala ketidaksalehan yang telah ia hilangkan digantikan dengan kesalehannya. Dan pandangan yang benar, perhatian yang benar, perkataan yang benar, tidak menentang orang suci, membuat pemahaman pada dhamma yang benar, tidak memuji diri sendiri dan menghina orang lain beberapa dhamma yang berubah ini dibawa ke dalam keadaan yang positif dengan pandangan yang benar merupakan syarat.
28. Mengenai hal ini seorang berpendapat sebagai berikut: Jika ada sebuah alasan, pada saat pelepasan jiwa dari raganya setelah kematian orang itu akan lahir kembali di alam yang menyenangkan, bahkan di surga. Tetapi dengan segala cara biarkanlah tidak ada sebuah alasan, biarkanlah ucapan para bijaksana dan orang suci menjadi suatu kebenaran karena orang-orang suci ini menjadi pujian para bijaksana di sini dan sekarang sebagai seorang yang saleh yang mempunyai pandangan yang benar dan yang mempunyai teori bahwa adanya sebuah alasan. Dan sebaliknya, jika ada sebuah alasan, kemudian orang ini mempunyai nasib yang baik, karena ia menjadi pujian para bijaksana sekarang dan selanjutnya, dan pada saat pelepasan jiwa dari raganya, setelah kematian ia akan lahir kembali di alam yang menyenangkan, bahkan di surga. Dia dengan benar menjalankan dan melatih dhamma yang tidak berubah ini di dalam cara memperluas pada kedua sisi yang menghilangkan aspek yang tidak berubah.
29. Ada beberapa petapa dan brahmana yang mempunyai teori dan pandangan berikut ‘Secara definisi tidak ada bentuk dari suatu keadaan’.
30. Sekarang ada beberapa petapa dan brahmana yang mempunyai teori yang langsung menentang para petapa dan brahmana, dan mereka mengatakan secara pasti ada keadaan-keadaan yang berbentuk.
Bagaimana kamu memahami ini, para penduduk, bukankah para petapa dan brahmana mempunyai teori yang langsung menentang satu dengan yang lain?”
31. Mengenai hal ini seorang yang bijaksana berpendapat bahwa: Jika para petapa dan brahmana yang mempunyai teori dan pandangan bahwa ‘Secara pasti tidak ada bentuk dari keadaan-keadaan’ itu tidak diketahui oleh saya. Jika saya, tanpa melihat dan mengetahui, secara keseluruhannya hanya mengambil satu sisi mengatakan ‘Hanya ini yang benar; yang lainnya salah,’ itu akan menjadi bukan saya. Jika para petapa dan brahmana tidak mempunyai teori dan pendapat bahwa ‘Secara pasti tidak ada keadaan-keadaan yang berbentuk’ adalah benar, dan itu masih bisa dirubah bahwa kelahiran saya setelah kematian mungkin di tempat para dewa-dewa yang berada di alam pikiran; tetapi jika para petapa dan brahmana yang teori dan pandangannya sebagai berikut bahwa ‘Secara pasti ada keadaan-keadaan yang tidak berbentuk’ benar, itu mungkin juga tidak dapat berubah sehingga kelahiran saya setelah kematian mengambil tempat di antara dewa-dewa yang tidak berbentuk yang terdiri dari pengecualian. Memaksa dengan sebatang tongkat, memaksa dengan senjata, bertengkar, mengadakan percekcokan, perselisihan, tuduh menuduh, kedengkian, dan berkata yang tidak benar yang akan dilihat berhubungan dengan bentuk tetapi secara pasti tidak ada hal yang mengenai keadaan-keadaan yang tidak berbentuk. Setelah pemantulan, ia memuji cara yang tenang, menghilang dan menghentikan bentuk-bentuk itu.
32. Ada beberapa petapa dan brahmana yang teori dan pandangannya sebagai berikut ‘Secara pasti tidak ada penghentian dari suatu keberadaan.’
33. Sekarang ada beberapa petapa dan brahmana yang mempunyai teori yang langsung bertentangan dengan para petapa itu dan brahmana suci, mereka berkata bahwa ‘Secara pasti tidak ada penghentian dari suatu keberadaan.’ Bagaimana kamu memahami ini, para penduduk, bukankah para petapa dan brahmana mempunyai teori yang secara langsung bertentangan satu dengan yang lain?
34. Mengenai hal ini seorang bijaksana berpendapat sebagai berikut: Jika bhikkhu dan orang-orang suci mempunyai teori dan pandangan bahwa ‘Secara pasti tidak ada penghentian dari suatu keberadaan’ yang tidak berada pada saya. Ketika para petapa dan brahmana ini mempunyai teori dan pandangan bahwa ‘Secara pasti tidak ada penghentian dari suatu keberadaan,’ yang tidak diketahui oleh saya. Jika saya, tidak melihat dan mengetahui, untuk mengambil satu sisi secara keseluruhan hanya ini yang benar; yang lainnya salah; itu akan menjadi saya. Sekarang jika para petapa dan brahmana yang teori dan pandangannya sebagai berikut ‘Secara pasti penghentian dari suatu keberadan itu benar’ maka masih mungkin tidak berubah bahwa kelahiran saya setelah kematian mungkin berada di tempat di antara para dewa-dewa yang tidak berbentuk yang berisi pengecualian. Tetapi jika para petapa dan brahmana yang teori dan pandangannya bahwa ‘Secara pasti ada penghentian dari suatu keberadaan itu benar,’ mungkin saya ke sini dan sekarang mencapai Nibbana. Pandangan dari para petapa dan brahmana yang memakai teori bahwa ‘Sebenarnya secara pasti tidak ada penghentian dari keberadaan sesuatu dekat dengan nafsu, perbudakan, kenikmatan, penerimaan, ketergantungan,’ sementara itu pandangan para bhikkhu dan bijaksana yang teori dan pandangannya sebagai berikut bahwa ‘Secara pasti penghentian keberadaan dekat dengan pengendalian nafsu, tidak adanya perbudakan, tidak adanya kenikmatan, tidak adanya penerimaan, tidak adanya ketergantungan.’ Setelah pemantulan ia melatih cara untuk tenang, menghilangkan dan pemberhentian, adanya suatu keadaan.
35. Para pendukung, ada 4 macam orang yang akan ditemukan yang berada di dunia ini. yaitu:
Di sini jenis tertentu dari orang itu adalah menyakiti dirinya sendiri, suka dengan penganiayaan. Ini adalah jenis tertentu yaitu orang yang suka menyiksa orang lain, senang menyiksa. Ada lagi orang yang suka menyakiti orang lain dan juga menyakiti dirinya sendiri. Ada lagi orang yang tidak menyakiti dirinya sendiri, juga orang lain, tidak suka menyiksa orang lain; karena ia tidak menyakiti dirinya sendiri juga orang lain, sekarang ia terbakar, dipadamkan, ditenangkan, ia tinggal di dalam mengalami kesenangan karena ia orang suci bagi dirinya sendiri.
36. Apa jenis orang yang menyakiti dirinya sendiri, senang mengadakan siksaan bagi dirinya sendiri. Di sini orang jenis tertentu ini sebenarnya tidak tahu apa-apa menolak pada ketentuan-ketentuan sebenarnya ia berada dalam pengejaran latihan untuk menyakiti dan menyiksa badan dan banyak aspek-aspek yang lainnya. Ini disebut jenis orang yang menyakiti dirinya sendiri, senang menyiksa diri sendiri.
37. Apa jenis orang yang menyakiti orang lain ? Orang jenis ini adalah seorang penjagal pekerjaan yang berdarah itu. Ini disebut jenis orang yang menyakiti orang lain, suka menyiksa orang lain.
38. Apa jenis orang yang menyakiti diri sendiri, senang menyiksa dirinya sendiri dan menyiksa orang lain, senang menyiksa orang lain ? Di sini ada beberapa orang yang manja, seorang bangsawan dikejar oleh ancaman-ancaman dari hukuman dan oleh ketakutan. Ini disebut jenis orang yang menyakiti dirinya sendiri atau senang menyiksa orang lain, suka menyiksa orang lain.
39. Apa jenis orang yang tidak menyakiti dirinya sendiri, tidak juga menyiksa dirinya sendiri, dan tidak menyakiti orang lain, tidak tertarik untuk menyiksa orang lain. Karena ia tidak menyakiti dirinya sendiri dan juga orang lain, ia terbakar, dipadamkan, dan berada di dalam keadaan yang menyenangkan karena itu seseorang menjadi orang suci bagi dirinya sendiri.
40 – 57. Di sini seorang Tathagata muncul di dunia tidak ada lagi selain dari pada yang ini.
58. Ini disebut jenis orang yang menjadi orang suci bagi dirinya sendiri.”
59 – 60. Jika ini dikatakan, penduduk Sala berkata “Bagus sekali, Tuan Gotama untuk tempat perlindungan jiwa dan ada buah akibat dari kamma yang baik atau yang buruk, jika tubuh kita rapuh, setelah kematian, saya akan lahir kembali di alam yang menyenangkan, di surga.”