68. KEEMPAT : ISTANA PEMBERI – TEMPAT – BERNAUNG
(Upassayadayakavimana)
Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha, Hutan Bambu. Pada waktu itu musim hujan sudah berlalu. Seorang Bhikkhu yang berada di dalam perjalanan untuk memberikan penghormatan kepada Yang Terberkahi memasuki suatu desa dan mencari tempat bermalam yang sesuai. Seorang umat awam yang ditemuinya, setelah berunding dengan istrinya, kemudian mengundang bhikkhu itu sebagai tamunya. Ketika keesokan paginya bhikkhu itu melanjutkan perjalanannya, umat awam itu memberi beliau segumpal molasis. Setelah dia meninggal, umat awam itu terlahir lagi dengan istrinya di alam Tiga- Puluh-Tiga dewa dengan Istana emas duabelas yojana. Y.M. Maha-Moggallana bertanya kepadanya:
1. “Bagaikan rembulan yang naik ke puncaknya di malam tak berawan dan memancarkan sinarnya di langit, demikian pula berdiri istanamu ini memancarkan sinarnya di langit.
2. Engkau, yang telah mencapai kemampuan kesaktian para dewa, sungguh memiliki keagungan yang besar. Tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokaknmu menyinari segala penjuru?”
3. Dewa-muda itu, karena gembira … tindakan apa yang telah menghasilkan buah itu.
4. “Di alam manusia, saya dan istriku memberikan tempat bernaung kepada seorang Arahat; dengan pikiran yang penuh keyakinan dan dengan penuh hormat kami memberikan makanan dan minuman, pemberian yang melimpah.
5. Karena inilah maka keelokanku sedemikian rupa… dan keelokanku menyinari segala penjuru.