30. KEDUA : ISTANA TEBU1
(Ucchuvimana)
Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha …. dan seterusnya, sama seperti cerita sebelumnya. Hanya saja, inilah perbedaannya : perempuan itu memberikan tebu, dan dipukul dengan bangku. Dia meninggal pada saat itu juga dan terlahir lagi di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa. Pada malam yang sama, di datang ke hadapan sang Thera. Bagaikan rembulan dan matahari, dia membuat Puncak Nasar cemerlang beberapa saat ketika memberi hormat kepada beliau. Kemudian dia berdiri di satu sisi, dengan sikap bakti, dan Thera tersebut bertanya kepadanya:
1. “Setelah menerangi bumi dengan para dewannya, engkau bersinar bagaikan rembulan dan matahari dengan kemegahan dan keelokanmu, dengan keagunganmu, kecemerlanganmu, bagaikan Brahma yang melampaui sinar para dewa alam Tiga-Puluh-(-Tiga) bersama Inda.2
2. Saya bertanya kepadamu-yang memakai untaian-teratai biru dan rangkaian bunga di dahi,3 yang berkulit keemasan, yang berhias, mengenakan pakaian yang terindah: Siapakah engkau, devata yang elok, yang sedang menghormatiku?
3. Tindakan apakah yang telah engkau lakukan sendiri di masa lalu ketika di dalam kelahiran terdahulu engkau terlahir sebagai manusia?4 Telah memantapkan berdana dengan terampil, atau terkendali dalam kebiasaan moral? Melalui tindakan manakah, engkau – yang dikenal luas-muncul di alam kelahiran yang baik ? Devata, ketika ditanya, jelaskanlah tindakan apa yang menghasilkan buah ini.”
Ditanya demikian oleh Thera tersebut, devata itu menjelaskan :
4. “Baru saja, Bhante yang terhormat, di desa ini pula, engkau mendatangi rumahku untuk mengumpulkan dana makanan Maka saya memberimu sepotong kecil tebu dengan pikiran penuh keyakinan, dengan semangat tanpa batas.
5. Sesudahnya, ibu mertuaku mendesakku : ‘Dimana kau cecerkan tebuku?’’Saya tidak membuangnya, saya tidak memakannya. Saya memberikannya sendiri kepada seorang bhikkhu yang tenang.’
6. ‘Siapa yang berkuasa5 di sini, aku atau engkau?’ Demikian ibu mertuaku mencaciku. Lalu dia mengambil kursi dan menghantamku dengan kursi itu. Setelah meninggal karena saatnya tiba, kini saya adalah devata.
7. Itulah tindakan bajik yang telah saya lakukan, dan kini saya menikmati sendiri kebahagiaan (buah dari) tindakan itu. Kini saya menghibur diri bersama para dewa, saya menemukan kegembiraan di dalam lima jenis kesenangan – indera.
8. Itulah tindakan bajik yang telah saya lakukan, dan kini saya menikmati sendiri kebahagiaan (buah dari) tindakan itu, dijaga oleh pemimpin para dewa, dilindungi oleh Tiga-Puluh-Tiga dewa, dilengkapi lima jenis kesenangan-indera.
9. Demikianlah buah dari tindakan jasa, sungguh tidak kecil. Dana tebu yang kuberikan dengan penuh keyakinan itu sungguh besar buahnya. Saya menghibur diri bersama para dewa; saya menemukan kegembiraan di dalam lima jenis kesenangan-indera.
10. Demikianlah buah dari tindakan jasa, sungguh tidak kecil. Dana tebu yang kuberikan dengan penuh keyakinan itu sungguh besar keagungannya; dijaga oleh pemimpin para dewa, dilindungi oleh Tiga-Puluh(-Tiga) dewa, di Hutan Nandana (saya berdiam) bagaikan belaiu yang memiliki seribu mata.
11. Dan kepada engkau, Bhante yang terhormat, yang penuh kasih sayang, yang bijaksana, saya telah datang dan bertanya tentang kesehatanmu. Kemudian saya telah memberimu sepotong kecil tebu dengan pikiran penuh keyakinan, dengan semangat tanpa batas.”
Catatan :
- VvA. 124 menyebut ini Ucchudayikavimana. Lihat No. 48, Istana Tebu lain, yang hanya berbeda dalam 1 hal saja
- Lihat Janavasabha-sutta, D.11.200 dst., untuk munculnya Brahma di Tavatimsa. Bandingkan 17.4
- avelini, mungkin hiasan kepala-dari bunga dan benda-benda berharga, VvA. 125. Bandingkan BvA.270: avelam caturo phale ti cattari phalani vatamsakam katva, 4 buah-buahan sebuah sebagai rangkaian yang melingkari kepala berari telah membuat 4 buah-buahan itu menjadi hiasan kepala.
- VvA. Menghilangkan 2 baris ini.
- VvA. 126, yang menggunakan adhipacca, dengan demikian memastikan bahwa issariya adalah ‘kekuasaan’. Tetapi, disini mungkin ‘kekayaan’ lebih baik