No. 294
JAMBU-KHĀDAKA-JĀTAKA276
Sumber : Indonesia Tipitaka Center
“Siapakah itu yang duduk,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Veḷuvana (Veluvana), tentang Devadatta dan Kokālika.
Di saat Devadatta mulai kehilangan perolehan dan ketenaran, Kokālika (Kokalika) pergi dari rumah ke rumah, mengatakan, “Thera Devadatta adalah keturunan dari Mahāsammata, raja agung yang pertama, dari wangsa Raja Okkāka 277 , garis keturunan asli dari bangsawan, ahli dalam ajaran, penuh dengan jhana, seorang pembicara baik, seorang pengkhotbah Dhamma. Berikanlah derma kepada sang thera!” Dengan kata-kata ini, dia memuji Devadatta.
Di tempat yang lain, Devadatta juga memuji Kokalika, dengan kata-kata demikian, “Kokalika berasal dari sebuah keluarga brahmana di utara, dia mengikuti dan menjalani kehidupan suci, dia ahli dalam ajaran, seorang pengkhotbah Dhamma. Berikanlah derma kepada Kokalika!” Demikian mereka mengembara, selalu dengan saling memuji, dan mendapatkan makanan di rumah-rumah yang berbeda.
Pada suatu hari, para bhikkhu mulai membicarakannya di dalam balai kebenaran, “Āvuso, Devadatta dan Kokalika berkeliaran ke sana ke sini dengan saling memuji moralitas masing-masing yang sebenarnya tidak mereka miliki, dan dengan cara demikian mendapatkan dana makanan.” Sang Guru berjalan masuk dan menanyakan apa yang sedang mereka bicarakan dengan duduk bersama di sana. Mereka memberi tahu Beliau.
Beliau berkata, “Para Bhikkhu, ini bukan pertama kalinya orang-orang ini mendapatkan makanan dengan cara saling memuji, tetapi dahulu kala di masa lampau, mereka juga melakukan hal yang sama,” dan Beliau menceritakan kisah masa lampau kepada mereka.
____________________
Dahulu kala ketika Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta terlahir sebagai makhluk dewata penjaga pohon (dewa pohon) di sebuah hutan yang penuh dengan pohon jambu. [439] Seekor gagak bertengger di satu cabang pohonnya dan mulai memakan buahnya.
Kemudian datang seekor serigala, menengadah ke atas dan melihat gagak itu. Dia berpikir, “Jika saya merayu dengan memuji makhluk ini, saya mungkin akan mendapatkan buah-buahan untuk dimakan!” Maka untuk memujinya, dia mengulangi bait pertama berikut:
Siapakah itu yang duduk di pohon jambu—
penyanyi yang merdu, yang suaranya mengalun lembut?
Seperti seekor merak dia bersuara pelan,
dan duduk tak bergerak dari tempatnya.
Burung gagak, mendengar pujian terhadap dirinya, membalas dengan bait kedua:
Dia yang mulia dalam keturunan dan kelahiran
mampu memuji keturunan lain, tahu apa yang pantas.
Seperti seekor harimau dirimu terlihat:
Mari, makanlah apa yang kuberikan padamu ini.
Setelah mengatakan ini, dia menggetarkan cabang pohonnya dan membuat buah-buah jatuh ke bawah. Kemudian dewa pohon yang melihat dua makhluk ini makan setelah saling memuji, mengulangi bait ketiga berikut:
Dua-duanya pembohong, saya tahu dengan baik.
Ini, sebagai contoh, adalah seekor gagak bangkai,
dan itu adalah serigala pemakan bangkai,
dengan suara yang tidak cocok saling memuji satu sama lain!
Setelah mengucapkannya, dewa pohon itu mengubah wujudnya menjadi rupa yang mengerikan dan mengusir mereka berdua pergi.
____________________
Ketika uraian ini berakhir, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka: “Pada masa itu, serigala adalah Devadatta, gagak adalah Kokalika (Kokālika), sedangkan dewa pohon adalah diri-Ku sendiri.”
____________________
Catatan kaki :
276 Bandingkan No. 395, Vol. III.
277 Seorang raja yang terkenal, sama dengan Ikshvāku.