Pabbathupatthara Jataka

No. 195

PABBATŪPATTHARA-JĀTAKA

Sumber : Indonesia Tipitaka Center

“Sebuah danau yang menyenangkan,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana, tentang Raja Kosala.

Diceritakan bahwa seorang pejabat istana berselingkuh di tempat kediaman para selir raja. Raja menyelidiki masalah ini, dan ketika mengetahui semuanya, dia memutuskan untuk memberitahu Sang Guru. Maka dia datang ke Jetavana dan memberi hormat kepada Sang Guru, menceritakan bagaimana seorang pejabat istananya berselingkuh dan menanyakan apa yang harus dilakukan olehnya.

Sang Guru menanyakan kepadanya apakah pejabat istana itu berguna baginya, dan apakah dia mencintai istrinya. “Ya,” jawabnya, “orang itu sangat berguna; dia adalah tangan kanan kerajaan. Dan saya mencintai wanita itu.” “Paduka”, Sang Guru menjawab, “jika pembantu berguna dan wanita dicintai, maka tidaklah perlu untuk mencelakai mereka. Di masa lampau juga, raja mendengarkan kata-kata dari orang bijak dan tidak memedulikan permasalahan seperti ini.” Kemudian Beliau menceritakan kisah masa lampau.
____________________

Dahulu kala ketika Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta dilahirkan di dalam keluarga pejabat istana. Ketika tumbuh dewasa, dia menjadi penasihat raja dalam urusan pemerintahan dan spiritual.

Kala itu, seorang pejabat istana berselingkuh di kediaman para selir raja, dan raja mengetahui hal itu. “Dia adalah seorang anak buah yang paling berguna,” pikirnya, “dan saya mencintai wanita itu. Saya tidak boleh menghancurkan keduanya. [126] Saya akan bertanya kepada orang bijak di kerajaan. Jika saya harus membiarkannya, maka saya akan membiarkannya; jika tidak, maka saya tidak akan membiarkannya.”

Dia memanggil Bodhisatta dan mempersilakannya duduk. “Pendeta Bijak,” katanya, “saya memiliki sebuah pertanyaan untukmu.” “Tanyakanlah, wahai Paduka! Saya akan menjawabnya,” balasnya. Kemudian raja menanyakan pertanyaannya dengan kata-kata dalam bait pertama berikut:—

Sebuah danau yang menyenangkan terbentang
di suatu kaki bukit yang indah,
tetapi serigala menggunakannya
meskipun dia tahu singa yang menjaganya.

“Pastinya,” pikir Bodhisatta, “salah satu pejabat istananya berselingkuh di kediaman para selir raja.” Kemudian dia mengulangi bait kedua berikut:

Di sungai yang besar hewan-hewan minum
sesuka hati mereka:
Jika Anda menyayanginya,
maka bersabarlah— sungai tetaplah sungai.

[127] Demikianlah orang yang bijak tersebut menasihati raja. Dan raja menuruti semua nasihat itu, dia memaafkan keduanya, menyuruh mereka pergi dan jangan berbuat zina lagi. Sejak saat itu hubungan mereka berakhir. Kemudian raja memberikan derma dan melakukan kebajikan, sampai akhir hidupnya, dia masuk sebagai penghuni alam surga.

Kemudian Raja Kosala juga, setelah mendengar uraian ini, memaafkan mereka berdua dan tetap bersikap biasa saja.

____________________

Setelah Sang Guru mengakhiri uraian ini, Beliau mempertautkan kisah kelahiran mereka:—“Pada masa itu, Ānanda adalah raja, dan Aku sendiri adalah penasihat bijak.”

Leave a Reply 0 comments