III.4 PENJELASAN MENGENAI
CERITA PETA SEKAM
[ Bhusapetavatthuvannana ]1
‘Satu sekam padi setelah yang lain lagi.’2 Ini dikatakan ketika Sang Guru sedang berdiam di Savatthi sehubungan dengan empat peta.
Dikatakan bahwa di suatu desa tidak jauh dari Savatthi, tinggallah seorang pedagang yang tidak jujur. Dia mencari nafkah dengan menggunakan ukuran yang salah dan sebagainya. Dia mengambil sejumlah sekam padi,3menambahkan tanah liat cokelat untuk menambah bobotnya, kemudian mencampurkannya dengan padi merah yang kemudian dijualnya. Putranya menjadi marah karena berpikir, ‘Dia tidak bertindak luhur terhadap teman-temanku dan pemberi-selamat yang datang ke rumah.’ Dia mengambil sebuah bantalan-kuk4 dari kulit dan memukul ibunya di kepala. Menantu perempuannya [192] makan dengan mencuri daging yang sebenarnya harus diperuntukkan bagi semua orang.
Ketika ditanya sekali lagi oleh mereka untuk menjelaskan sendiri, dia bersumpah dengan mengatakan, “Jika daging itu dimakan olehku, maka semoga aku menyantap daging yang telah kupotong dari punggungku di dalam kehidupan-kehidupan mendatang.” Kepada mereka yang memohon nafkah, istrinya mengatakan tidak ada. Ketika ditekan oleh mereka, dia bersumpah dengan berbohong, ‘Jika ada sesuatu di sini padahal saya mengatakan tidak ada, semoga saya memakan kotoran di manapun saya dilahirkan!’ Pada saatnya, empat orang ini mati dan muncul sebagai peta di Hutan Vinjha.’5 Disana, sebagai buah dari tindakan-tindakannya, pedagang yang tidak jujur itu mengambil sekam yang menyala dengan kedua tangannya dan menyebarkannya di atas kepala dan (dengan demikian) mengalami kesengsaraan yang luar biasa. Putranya membelah kepalanya sendiri dengan palu yang terbuat dari besi dan menderita kesengsaraan yang tak terkatakan. Menantu perempuannya, sebagai buah dari tindakan-tindakannya, mengalami penderitaan yang tak terbatas karena menyantap daging yang terus-menerus dicungkilnya dari punggungnya dengan kuku-kuku besar yang amat panjang dan telah diasah tajam; sementara begitu makanan dari beras yang harum dan telah dibersihkan dari butir-butir hitam itu disajikan kepada isterinya, maka segera saja beras itu berubah menjadi tinja yang menjijikkan dan amat bau. Tinja itu berlubang-lubang karena ada berbagai jenis cacing yang diambilnya dengan kedua tangannya. Dia mengalami penderitaan luar biasa ketika memakannya.
Ketika empat orang ini telah muncul di antara para peta dan mengalami kesengsaraan yang luar biasa, Y. M. Mahamoggallana sedang berkelana di gunung-gunung. Pada suatu hari beliau mencapai tempat itu dan melihat mereka. Lewat syair ini, Y. M. Mahamoggallana menanyakan tindakan-tindakan yang telah mereka lakukan:
1. ‘Satu sekam padi setelah yang lain lagi; dan wanita ini daging dan darahnya sendiri; sementara engkau makan tinja yang kotor dan menjijikkan ini – apa yang mengakibatkan hasil ini?”
1 Di sini, sekam (bhusani): kulit padi.6Satu (eko): sendiri. 7Padi : Salim=salino; ini merupakan bentuk akusatif dengan pengaruh genitif: [193] dia menebarkan sekam padi yang menyala di atas kepalanya – demikianlah artinya. Yang lain lagi : puna paro=puna aparo (ketentuan bentuk majemuk): dia yang memukul kepala ibunya berakhir dengan kepalanya sendirilah yang terbelah terbuka setelah dia menghantam kepalanya dengan palu-palu besi – dengan acuan pada hal inilah dia berbicara.8Daging dan darahnya sendiri (sakamamsalohitam): dia memakan daging dan darah dari punggungnya – demikianlah hal ini harus dipahami. Menjijikkan (akantikam):tidal menyenangkan, tidak disukai, memuakkan. Apa yang mengakibatkan hasil ini? (kissa ayam vipako) berarti tindakan jahat apakah yang menyebabkan engkau mengalami buah derita sekarang ini ?
Sesudah thera tersebut menanyakan tindakan-tindakan yang telah mereka lakukan, isteri dari pedagang yang tidak jujur itu kemudian menyampaikan syair ini untuk menjelaskan tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh mereka semua:
2. ‘Yang ini di masa lampau melukai ibunya, sedangkan yang ini adalah pedagang yang tidak jujur; yang ini menyantap daging dan menipu dengan cara berbohong.
3. Ketika saya dulu manusia, di dunia manusia,9saya adalah seorang istri dan ibu rumah tangga bagi seluruh keluarga; walaupun ada di tangan, saya menyembunyikan ini dan tidak memberikan sedikit pun, saya melindungi diriku dengan cara berbohong, “Tidak ada benda itu di rumahku; jika itu ada dan saya telah menyembunyikannya, maka semoga makananku menjadi tinja!”
4. Adalah sekaligus akibat dari tindakan itu dan dari kenyataan bahwa saya berbohonglah maka makanan nasi yang harum ini berubah menjadi tinja bagiku.
5. Tindakan-tindakan tidaklah mandul dan tindakan apa pun juga tidak lenyap, karena saya harus makan dan minum tinja dari cacing yang berbau-busuk ini.’
2 Di sini, yang ini (ayam): berbicara sambil menunjuk anak lelakinya. Melukai (himsati): dia menyerang dengan tenaga, yang artinya dia memukul dengan palu. 10Pedagang yang tidak jujur(kutavanijo): pedagang bangsat,11yang artinya orang yang melakukan perdagangan dengan menipu. [194] Menyantap daging (mamsani khaditva): makan daging – semua dimakan sendiri- yang disediakan untuk orang-orang lain, dan menipu dengan cara berbohong, mengatakan bahwa dia tidak mernakannya.12
3 Seorang istri (agarini):ibu rumahtangga. Walaupun ada di tangan (santesu): walaupun nafkah yang dimohon oleh orang lain tersedia. Saya menyembunyikan ini (pariguhami): saya menutupinya; ini dikatakan dengan perubahan bentuk kata kerja.13Dan tidak memberikan sedikit pun (ma ca kinci ito adam): tidak memberikan bahkan yang terkecil pun, dari hartaku, kepada orang lain yang sedang membutuhkan. Melindungi diriku (chademi): dia melindungi dirinya dengan berbohong, Tidak ada benda itu di rumahku.’
4. Berubah menjadi tinja bagiku (gutham me parivattati): rnakanan nasi yang harum ini berubah menjadi tinja, berganti menjadi tinja, karena tindakanku itu.
5. Tidaklah mandul (avanjhani): tidaklah sia-sia, bukannya tanpa akibat. Tindakan apa pun juga tidak lenyap (na hi kammam vinassati): tindakan apa pun, seperti yang dikumpulkan, 14tidak lenyap, bukannya tidak berbuah. Dari cacing (kiminam): memiliki cacing, penuh (seluruh) keluarga cacing. Tinja (milham): kotoran. Yang lain sudah cukup jelas karena telah diberikan di atas.
Setelah dengan demikian Y. M. Mahamoggallana mendengar apa yang dikatakan oleh peti itu, beliau menyampaikan hal itu kepada Sang Buddha. Sang Buddha menganggapnya sebagai kebutuhan yang muncul, dan mengajarkan Dhamma kepada kelompok yang berkumpul di sana . Ajaran itu memberikan manfaat kepada orang-orang tersebut.
Catatan
- Demikian Se Be; di sini teks menuliskan Bhusa- dan seterusnya.
- Terbaca punaparo pada Se Be dan v 1 untuk punapare pada teks.
- Terbaca salipalape pada Se Be untuk salipase pada teks.
- Terbaca yugacammam pada Be untuk Se yoggacammam pada teks; bandingkan SED sv yuga. Di situ dicantumkan yugacarman adalah bantalan kulit yang diikatkan pada kuk bajak.
- Lihat PvA 244.
- Terbaca pa1apani pada Se Be untuk palasani pada teks, baik di sini maupun di bawah; awalan di PED sv palasa harus disesuaikan.
- Terbaca ekako pada Se Be untuk ekato pada teks.
- Tanda baca pada teks ini buruk di sini dan harus dibaca pada Se Be sebagai berikut: sisabhedam papunati tam sandhaya vadati. Sakamamsalohitan ti….
- aham manussesu manussabhuta: bandingkan catatan di MLS iii 249 n. 1 mengenai ungkapan serupa manussanam yeva satam manussabhutanam. Ungkapan yang terakhir ini muncul lagi di S ii 188, dan di situ kelihatannya hanya suatu penjelasan, mungkin hanya untuk penekanan sebagaimana juga kemungkinan di sini.
- Di bagian pembukaan cerita, ini dikatakan sebagai bantalan kuk dari kulit.
- Terbaca khalavanijo pada Se Be untuk bala- pada teks; bentuk adjektiva dari pengertian khala ini tidak tercantum di PED walaupun dicantumkan di Childers.
- Mungkin dicatat bahwa pencurian (atau keserakahan)-lah yang menjadi perbuatan tercela, bukan tindakan memakan daging yang tercela; Sang Buddha tidak melarang memakan daging, dengan adanya kondisi-kondisi tertentu.
- Indikasi masa kini untuk bentuk kata kerja masa lampau.
- Terbaca yathupacitam pada Be untuk hetupacitam pada teks Se.