13. PERTANYAAN UDAYA
Kemudian siswa brahmana Udaya berbicara:
1. | ‘Telah pergi melampaui dalam segalanya,’ katanya, ‘adalah yang tertinggi di dalam segalanya. Ketika dia duduk bermeditasi, tidak ada racun yang menyakitinya, tidak ada debu yang menghalanginya: Dia telah melakukan apa yang harus dilakukan.[Pada orang inilah saya datang untuk bertanya, dan inilah pertanyaan saya:] Dapatkah Yang Mulia menjelaskan tentang pengetahuan yang membebaskan? Dapatkah Yang Mulia menjelaskan bagaimana melenyapkan ketidaktahuan?’ | (1105) |
2. | ‘Pengikisan nafsu terhadap dua hal, yaitu obyek sensual yang sangat kuat,’ kata Sang Buddha, ‘serta kesedihan, penolakan kemalasan dan daya tahan terhadap kecemasan’. | (1106) |
3. | Kemurnian kewaspadaan yang sempurna dan seimbang, yang dibangun di atas dasar Melihat Segala Sesuatu Sebagaimana Adanya: Inilah pengetahuan pembebasan dan inilah penghancuran ketidaktahuan.’ | (1107) |
[Udaya menanyakan pertanyaan lain:] | ||
4. | ‘Apakah yang membelenggu dan mengikat dunia? Apakah yang menyebabkan pengembaraan? Apakah yang Engkau tinggalkan untuk mencapai Nibbana?’ | (1108) |
5. | ‘Apa yang mengikatmu,’ kata Sang Buddha, ‘adalah nafsu akan kesenangan. Pengembaraan adalah pikiran pemicu. Sedangkan cara menuju Nibbana adalah melepaskan kehausan akan nafsu.’ | (1109) |
6. | ‘Saya datang dengan pertanyaan-pertanyaan ini, Yang Mulia, dan saya ingin bertanya satu hal lagi,’ kata Udaya. ‘Bagaimanakah pengembara yang penuh kewaspadaan itu membawa arus-pikirannya ke suatu akhir?’ | (1110) |
7. | Sang Buddha menjawab: ‘Sensasi-sensasi yang dia rasakan dari dalam tidak lagi memiliki daya tarik baginya. Dan sensasi-sensasi yang dia rasakan dari luar tidak lagi memukau. Sang Kelana selalu penuh perhatian dan membawa arus pikirannya menuju ke suatu akhir. | (1111) |