Istana Kereta Kencana Besar

64. KEEMPAT BELAS : ISTANA KERETA BESAR

(Maharathavimana)

Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi, di Hutan Jeta. Ketika Y.M. Maha-Moggallana mengadakan perjalana di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa, beliau melihat dewa-muda, Gopala, yang sedang meninggalkan Istananya dan menaiki keretanya yang agung untuk pergi bersenang-senang dan berolah raga. Ketika dewa-muda itu melihat Thera tersebut, dia pun turun dari kereta dan berdiri di hadapan beliau dengan kedua tangan yang ditangkupkan di atas kepala. Y.M. Maha-Moggallana bertanya kepadanya :

1. “Duduk di kereta yang dicat berwarna-warni ini, yang indah dan ditarik seribu kuda dengan kuk, pergi ke tempat-tempat hiburan (engkau bersinar) bagaikan pendana yang melimpah, raja para makhluk, Vasava.1

2. Kedua tangan keretamu terbuat dari emas, terpasang pas dengan papan penyangga dan bahunya, dengan tiang-tiang yang elok buatannya karena dikerjakan oleh pengrajin yang termapil, kereta itu2 bersinar bagaikan rembulan pada hari kelimabelas.3

3. Kereta ini, yang ditutupi jala keemasan, meriah engan berbgai macam permata, mengeluarkan bunyi-bunyi yang merdu serta berkilau, bersinar dengan aneka cercah bak dikuas tangan.

4. Bagaikan tengahnya juga dirancang dengan imajinasi, roda-roda kereta dihias di tengahnya – dan bagian tengah ini, yang juga di cat dengan seratus garis, bersinar bagaikan halilintar yang memancarkan cahaya berunsur-seratus.

5. Kereta ini tertutup berbagai lukisan, dan lingkarannya luas dengan kecemerlangan berunsur – seribu. Suara yang mendu terdengar darinya ketika musik instrumen berunsur-lima dimainkan.

6. Pada (bagian)4 depan, kereta itu dihias, dengan ornamen batu permata berbentuk rembulan,5 sinarnya murni dan berkilau; mengandung sinar keemasan yang melimpah, kereta itu bersinar begitu terang seolah-olah (bergantian)6 dengan sinar batu permata hijau – laut.

7. Dan kuda-kuda ini dihiasi permata berbentuk rembulan, lehernya berdiri tegak, bergerak sangat cepat bagaikan kuda Brahma,7 tinggi dan kokoh, kuat dan cepat, bergerak ketika mereka mengetahui apa keinginanmu.

8. Dan kuda-kuda ini -dengan empat kaki yang sungguh selaras – bergerak ketika mereka mengetahui apa keinginanmu. Mereka membawamu berjalan dengan mantap; mereka penurut, dan tidak gelisah, mereka bergembira (dalam menarik kereta itu), megah di antara yang berjalan – cepat.8

9. Mereka melompat, melambung dan bergerak bersama di langit, membunyikan hiasan-hiasan yang indah itu. Suara merdu terdengar darinya seperti ketika musik instrumen berunsur – lima dimainkan.

10. Suara kereta dan hiasan-hiasannya, gemuruh suara kuku dan ringkikan kuda, suara yang merdu terdengar darinya bagaikan musik gandhabba di hutan yang menyenangkan.9

11. Dengan mata malu-malu bagaikan gazelle, di dalam kereta mereka berdiri, dengan bulu mata yang tebal, tersenyum berbicara dengan lembut, berkulit mulus, pakaiannya bertabur batu permata hijau-laut, bahkan dihormati oleh para gandhabba dan dewa-dewa besar.

12. Para nelayan – yang berpakaian merah, dalam kain yang dicelup warna merah dan kuning, dengan mata yang besar dan berwarna merah tua, terlahir baik, bertumpuk anggun dan dengan senyuman yang menyenangkan, berdiri di kereta – melayani dengan tangan yang ditangkupkan.

13. Mereka – dengan gelang-gelang keemasan, terbungkus dengan indah, dengan pinggang dan paha dan dada yang elok, dengan jari-jari yang bulat, wajah yang bersih, elok dipandang mata, berdiri di kereta – melayani dengan tangan yang ditangkupkan.

14. Beberapa yang muda – rambutnya diikat anggun dengan aneka hiasan, dikepang sama rata dan berkilau cemerlang, dengan layanan untuk menyenangkan engkau dan bergembira di bawah perintahmu, berdiri di kereta – melayani dengan tangan yang tertangkupkan.

15. Mereka – dengan hiasan rambut dari teratai berwarna merah dan biru, berhias, harum dengan cendana pilihan, dengan layanan untuk menyenangkan engkau dan bergembira di bawah perintahmu, berdiri di kereta – melayani dengan tangan yang ditangkupkan.

16. Mereka – dengan kalung bunga dan dihias dengan teratai merah dan biru, berhias, harum dengan cendana pilihan, dengan pelayanan untuk menyenangkan engkau dan bergembira di bawah perintahmu, berdiri di kereta – melayani dengan tangan yang ditangkupkan.

17. Hiasan – hiasan yang ada di leher, dikaki, demikian pula di kepala, membuat sepuluh penjuru menyala seluruhnya bagaikan matahari musim gugur pada saat merangkak naik.

18. Bergerak dalam hembusan angin, rangkaian bunga di tangan dan semua hiasan itu mengeluarkan suara yang merdu, murni, dan elok, yang bagi semua manusia bijak merupakan suara paling manis.

19. Dan berdiri di tempat-hiburan di dua sisi, terdapat kereta-kereta dengan gajah dan instrumen-instrumen musik yang membuat engkau gembira dengan suara10 (mereka), O, pemimpin para dewa, bagaikan kecapi dengan sisir kuda-kuda, mata kecapi, dan alat penggesek.

20. Sementara kecapi-kecapi yang indah dan menyenangkan penampilannya ini dimainkan sehingga menggugah sukacita di hati, peri-peri muda yang terlatih baik berputar-putar bebas diatas teratai-teratai itu.

21. Dan bilamana apa yang ditarikan dan apa yang dimainkan serta apa yang dinyanyikan semuanya tampak serasi, di sini mereka menari (dikeretamu), kemudian di sana peri-peri, perempuan-perempuan yang anggun dan membuat (segala penjuru) bersinar, menari di dua sisi.

22. Engkaku bersukacita dimeriahkan oleh orkestra, dihormati seolah-olah engkau adalah Inda, pemilik halilintar, sementara kecapi-kecapi ini dimainkan sehingga menggugah sukacita di hati.

23. Tindakan apa yang telah engkau lakukan sendiri di masa lalu ketika engkau terlahir sebagai manusia ? Apakah engkau memperhatikan (hari) Uposatha, atau apakah engkau menemukan kepuasan dalam berjalan pada Dhamma dan praktek (yang baik)?

24. Apakah ada tindakan berarti yang dilakukan dahulu, atau apakah (hari) Uposatha yang dijalankan dengan baik itulah yang menjadikan kesejahteraan dan keagunganmu melimpah ini sehingga engkau jauh melampaui para dewa?

25. Atau apakah ini merupakan buah dari danamu, atau sekali lagi, dari kebiasaan moral atau penghormatan yang diberikan? Jawablah ketika ditanya.”

Ditanya demikian oleh Thera agung itu, dewa-dewa itu menceritakan hal tersebut:

26. Dewa – muda itu bergembira ditanya oleh Moggallana dan ketika diberi pertanyaan, dia menjelaskan tindakan apa yang telah menghasilkan buah itu:

27. “Beliau yang memiliki kemampuan indera yang telah ditaklukkan, Sang Buddha, yang sempurna energinya, tertinggi di antara manusia, Kassapa,11 manusia tertinggi, semangat beliau yang membuka pintu menuju alam Tanpa – Kematian,12 dewa di atas dewa, (yang memiliki) seratus tanda jasa kebajikan

28. Beliaulah yang saya lihat, gajah yang megah, telah menyeberangi banjir, bagaikan bola emas yang telah digosok. Pikiran saya menjadi murni ketika dengan segera saya melihat bahwa Beliaulah sesungguhnya panji-panji dari kata yang diucapkan dengan baik.

29. Dengan pikiran yang tak melekat, di tempat tinggalku yang bertabur bunga, saya mempersembahkan kepada Beliau makanan dan mininan serta jubah yang murni dan elok kualitasnya.

30. Setelah saya menyegarkan Beliau yang tertinggi di antara manusia dengan makanan dan minuman dan dengan bahan jubah, dengan makanan keras dan lunak serta tempat tinggal, sekarang saya bersukacita di kota—dewa, pergi dari satu surga ke surga lain.

Di dalam diri yang sedemikian bijaksana karena telah melakukan pengorbanan yang tak terintangi ini, yang tiga kali dimurnikan, setelah terbebas dari kerangka manusia yang fana ini, sekarang saya bersukacita di kota-dewa seperti pada Inda.

32. Kehidupan yang panjang dan keelokan, kebahagiaan dan kekuatan – dia yang menginginkan keelokan semacam itu, O, petapa, harus memberikan banyak makanan dan minuman, yang telah disiapkan dan dibuat dengan baik, kepada orang yang pikirannya tidak melekat.

33. Bukan di dunia ini dan bukan juga di dunia sana bisa ditemui manusia yang lebih baik daripada seorang Buddha atau yang setara Beliau. Bagi mereka yang mencari buah jasa kebajikan yang kaya. Beliau menjadi tujuan bagi dana tertinggi di antara mereka yang pantas menerima persembahan.

Sementara dia berkata demikian, Sang Thera mengetahui bahwa pikirannya telah siap, tanpa rintangan dst. Maka beliau pun menguraikan kebenaran, dan pada akhir penjelasan itu beliau memantapkannya di dalam buah Pemasuk-Arus. Kemudian sang Thera kembali ke alam manusia, dan memberitahu Sang Buddha tentang percakapannya dengan dewa-muda itu. Sang Guru mengangkat hal itu untuk khotbah, dan Beliau mengajarkan Dhamma kepada kelompok yang hadir.

Catatan :

  1. Satu sebutan bagi Sakka.
  2. Kereta, VvA. 276.
  3. Bagaikan bulan purnama pada hari ke – 15 (setiap bulan) di masa dua-minggu yang cerah, idem.
  4. sisa; kepala, mungkin bagian depan kereta.
  5. Ee di sini dan syair 7 terbaca mani-sanda, tetapi – canda di VvA. 272, 277, dst. Be. Bandingkan Ja. V. 408, syair 2766 suvannacanda, yang diterangkan Kitab komentar sebagai suvannamaya candaka, dan Mhvu. Ii. 62 suvarnachandra, “bulan sabit keemasan”, juga ketika menjelaskan tentang kereta.
  6. VvZ. 277 dua kali memberikan antarantara, yang saya artikan “bergantian”.
  7. VvA. Ce, Be: brahupama: VvA. Ee brahmupama, tetapi juga, hal. 278, attano pamanato adhika viya pannayanti ti attho. Braha vuddha, pavaddhasabbangapaccanga.
  8. turaga, yakni kuda-kuda.
  9. Ee vicitrasavane, VvA. 272, syair 10 – pavane, di 279 disebut vicitralatavane. Bandingkan Bagian Kedua, yang disebut Cittalata.
  10. VvA. 281 tampaknya tidak begitu tahu bagaimana mengartikan syair ini. Saro, suara, tidak dapat menjadi subjek karena kata kerjanya ada di dalam pl., pamodayanti. Lebih baik bila diambil interprestasi kedua: karena kecapi membuat kita gembira, pamodeti, begitu pula kereta dsb. Dengan suara mereka, rathadayo attano sarena pamodayanti.
  11. Buddha sebelum Gotama. Juga disebutkan di 33.18 dan 60.5.
  12. Tertutup sejak hilangnya Ajaran Konagamana, yaitu Buddha sebelum Kassapa. Kini jalan untuk para ariya, pintu menuju kota nibbana yang besar, terbuka (lagi). VvA. 284. Bandingkan Miln. 217 (MQ. ii.11).

Ringkasan :

Katak, Revati, Chatta, kepiting, penjaga-pintu,
Dua yang-harus-dikerjakan, dua jarum, tiga gajah,
dan dua kereta –
Tentang Manusia maka Pembagian Kelima dikenal.