I. BULUH

1 (1) Menyeberangi Banjir

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, taman Ananthapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, satu devata dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi. Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi, dan berkata kepada Beliau:

“Tuan yang baik, bagaimana engkau dulu menyeberangi banjir ?”1

“Dengan cara tidak berhenti, sahabat, dan dengan tidak menegang aku menyeberangi banjir.”2

“Tetapi bagaimana caranya, tuan yang baik, dengan tidak berhenti dan dengan tidak menegang engkau dulu menyeberangi banjir?”

“Bila aku berhenti, sahabat, maka aku tenggelam; tetapi bila aku meronta, maka aku terbawa arus. Dengan cara inilah, sahabat, dengan tidak berhenti dan tidak menegang aku menyeberangi banjir.”3 <2>

[Devata:]

1 “Setelah lama akhirnya saya melihat
Seorang brahmana yang sepenuhnya padam,
Yang dengan tidak berhenti, tidak menegang,
Telah menyeberangi kemelekatan pada dunia.”4

Itulah yang dikatakan devata tersebut.5 Sang Guru menyetujui. Kemudian, dengan berpikir, “Sang Guru telah menyetujui saya,” devata tersebut memberi hormat kepada Yang Terberkahi. Dan dengan menjaga Beliau di sisi kanannya, devata itu lenyap seketika itu juga. [2]

2 (2) Emansipasi

<3> Di Savatthi. Kemudian, ketika malam telah larut, satu devata dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi. Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi, dan berkata kepada Beliau:

“Tuan yang baik, apakah engkau mengetahui emansipasi, pembebasan, kesendirian bagi para makhluk?”(6)

“Aku tahu, sahabat, emansipasi, pembebasan, kesendirian bagi para makhluk.”

“Tetapi dengan cara apa, tuan yang baik, engkau mengetahui emansipasi, pembebasan, kesendirian bagi para makhluk?”

[Yang Terberkahi:]

2 “Dengan hancur totalnya sukacita dalam dumadi.7
Dengan lenyapnya persepsi dan kesadaran,
Dengan berhenti dan reanya perasaan:<4>
Demikianlah, sahabat, aku mengetahui bagi para makhluk –
Emansipasi, pembebasan, kesendirian.”8

3 (3) Mencapai

Di Savathi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

3 “Kehidupan berlalu pergi, sungguh pendek rentang kehidupan ini:
Tak ada perlindungan bagi orang yang telah mencapai usia tua.
Karena melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Orang seharusnya melakukan tindakan-tindakan berjasa yang membawa kebahagian.”9

[Yang Terberkahi]

4 “Kehidupan berlalu pergi, sungguh pendek rentang kehidupan ini;
Tak ada perlindungan bagi orang yang telah mencapai usia tua
Karena melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Pencari kedamaian seharusnya meninggalkan umpan dunia.”10 [3] <5>

4 (4) Waktu Berlalu

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini dihadapan Yang Terberkahi:

5 “Waktu berlalu, malam-malam dengan cepat lewat;
Tahap-tahap kehidupan silih berganti meninggalkan kita.11
Karena melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Orang seharusnya melakukan tindakan-tindakan berjasa yang membawa kebahagiaan.”

[Yang Terberkahi:]

6 “Waktu berlalu, malam-malam dengan cepat lewat;
Tahap-tahap kehidupan silih berganti meninggalkan kita.
Karena dengan jelas melihat bahaya dalam kematian ini,
Pencari kedamaian dunia seharusnya meninggalkan umpan dunia.”

5 (5) Berapa Banyak Seseorang Harus Memotong ?

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini dihadapan Yang Terberkahi:

7 “Berapa banyak seseorang harus memotong, berapa banyak meninggalkan
Dan berapa banyak selanjutnya seseorang harus mengembangkan?
Bhikkhu yang telah mengatasi berapa banyak ikatan
Disebut penyerang banjir?”

[Yang Terberkahi:] <6>

8 “Seseorang harus memotong lima, meninggalkan lima,
Dan selanjutnya harus mengembangkan lima lagi.
Bhikkhu yang telah mengatasi lima ikatan
Disebut penyeberang banjir.”12

6 (6) Terjaga

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

9 “Berapa banyak orang yang tertidur ketika [yang lain] terjaga?
Berapa banyak yang terjaga ketika [yang lain] tertidur?
Dengan berapa banyak orang mengumpulkan debu?
Dengan berapa banyak orang dimurnikan?”

[Yang Terberkahi:]

10 “Lima tertidur ketika [yang lain] terjaga ;
Lima terjaga ketika [yang lain] tertidur.
Dengan lima hal orang mengumpulkan debu,
Dengan lima hal orang dimurnikan.’13 [4] <7>

7 (7) Belum menembus

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

11 “Mereka yang belum menembus segala sesuatu,
Yang dapat dibawa ke dalam doktrin-doktrin lain,
Tertidur pulas, mereka belum terjaga:
Sudah waktunya bagi mereka untuk terjaga.”14

[Yang Terberkahi:]

12 “Mereka yang telah menembus segala sesuatu dengan baik,
Yang tidak dapat dibawa ke dalam doktrin-doktrin lain,
Mereka yang terjaga, karena telah tahu dengan benar,
Menjalani hidup dengan mantap di antara yang tidak mantap.”15

8 (8) Sepenuhnya Kacau

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

13 “Mereka yang sepenuhnya kacau tentang segala sesuatu,
Yang dapat dibawa ke dalam doktrin-doktrin lain, <8>
Tertidur pulas, mereka belum terjaga:
Sudah waktunya bagi mereka untuk terjaga.”

[Yang Terberkahi:]

14 “mereka yang tidak kacau tentang segala sesuatu,
Yang tidak dapat dibawa ke dalam doktrin-doktrin lain,
Mereka yang terjaga, karena telah tahu dengan benar,
Menjalani kehidupan dengan mantap di antara yang tidak mantap.”

9 (9) Orang yang Cenderung Sombong

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang teberkahi:

15 “Tidak ada penjinakan di sini bagi orang yang suka sombong,
Tidak juga ada kepetapaan bagi yang tidak berkonsentrasi:
Walaupun berdiam sendiri di hutan, tidak berhati-hati,
Orang tidak dapat ke pantai seberang melampaui alam Kamatian.”16

[Yang Terberkahi:]

16 “Setelah meninggalkan kesombongan, berkonsentrasi dengan baik,
Dengan pikiran yang tinggi, di mana-mana terbebas:<9>
Sementara berdiam sendiri di hutan, rajin,
Orang dapat menyeberang melampaui alam Kematian,”17

10 (10) Hutan

Di Savatthi. Sambil berdidi di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

17 “Mereka yang berdiam jauh di dalam hutan,
Damai, menjalani kehidupan suci,
Makan hanya satu kali sehari:
Mengapa air muka mereka begitu tenang?”18

[Yang Terberkahi:]

18 “Mereka tidak menyesali masa lampau,
Tidak pula mereka merindukan masa depan.
Mereka mempertahankan diri dengan apa yang ada:
Karena itulah air muka mereka begitu tenang.

19 “Karena merindukan masa depan,
Karena menyesali masa lampau,
Orang-orang dungu mengering dan melayu
Bagaikan alang-alang hijau yang ditebas.”