Istana Pelayan Perempuan

18. PERTAMA : PELAYAN-PEREMPUAN

(Dasivimana)

Ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Jetavana, seorang umat awam yang tinggal di Savatthi pergi ke vihara di sore hari bersama banyak umat awam lain untuk mendengarkan Dhamma. Ketika semuanya telah berdiri, umat awam itu menghampiri Yang Terberkahi dan berkata, “Bhante yang terhormat, mulai sekarang saya akan memberikan dana empat makanan tanpa putus.” Kemudian Yang Terberkahi memberikan Dhamma kepadanya karena kesempatan itu sesuai, dan memberikan dia pergi. Kepada pengatur dana makanan dia berkata, Yang Mulia, saya telah menentukan empat makanan tanpa-putus untuk Sangha. Mulai besok dan selanjunya, sudilah para bhikkhu yang mulia ini dating kerumahku.” Lalu dia pulang. Dia menjelaskan hal itu kepada pelayan perempuannya dan berkata, “Dalam hal ini engkau harus selalu rajin.” “Baik,” jawabnya. Pada dasarnya pelayan ini memang memiliki keyakinan yang kuat, menginginkan jasa kebajikan, dan luhur. Maka, setiap hari dia bangun pada dini hari untuk menyiapkan makanan dan minuman yang lezat. Dia membersihkan tempat duduk yang digosoknya dengan parfum.1 Ketika para bhikkhu tiba, dia mempersilahkan mereka duduk di tempat yang sudah disiapkannya. Dia memberi hormat dengan penuh kesungguhan, mempersembahkan parfum, bunga, dupa dan lampu kepada mereka. Dan mereka dilayaninya dengan penuh hormat.

Pada suatu hari, ketika para bhikku telah selesai makan, dia menghampiri mereka, memberi hormat dan kemudian berkata : “Bhante yang terhormat, bagaimana caranya untuk bisa sepenunya terbebas dari penderitaan kelahiran dan sebaginya ini?” Para bhikkhu memberinya perlindungan dan lima peraturan, menjelaskan sifat tubuh, dan menggugahnya untuk merenungkan tentang pelapukan. Setelah itu, mereka mengajarkan ketidakkekalan. Dia menjalankan peraturan selama enambelas tahun, dan dari2 waktu ke waktu merenungkannya dengan penuh perhatian.2 Pada suatu hari, dia memperoleh manfaat dari mendengarkan Dhamma, dan karena kematangan pemahamannya, dia mengembangkan pandangan terang serta mewujudkan buah Pemasuk-Arus.

Tak lama sesudah itu, dia meninggalkan dan terlahir kembali sebagai pelayan favorit Sakka, raja para dewa. Dia bersantai di taman dan sebagainya, dihibur oleh enam puluh ribu instrumen musik, menikmati kegembiraan-surgawi yang luar biasa,  menghibur diri dengan para pengikutnya. Y.M. Maha-Moggallana melihatnya seperti yang telah dijelaskan di atas dan bertanya kepadanya:

1.  “Seperti Sakka, raja para dewa, di Hutan Cittalata yang menyenangkan, engkau bersantai dimana-mana, dilayani oleh sekelompok perempuan di setiap sisi, membuat segala penjuru bersinar bagaikan bintang penyembuh.

2.  Karena apakan maka keelokanmu sedemikian rupa? Karena apakah engkau sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatimu?

3.  Saya bertanya kepadamu, dewi dengan keagungan yang besar, tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokanmu menyinari segala penjuru ?”

4. Devata itu, karena gembira ditanya oleh Moggallana, ketika diberi pertanyaan menjelaskan perbuatan apa yang menghasilkan buah itu

5.  “Ketika di dalam kehidupan lampau saya terlahir sebagai manusia diantara manusia, saya dulu adalah seorang budak perempuan, pekerja kasar di suatu rumah tangga, seorang umat awam, pengikut-pengikut dari Yang memiliki Visi, Gotama, yang dikenal luas.

6.  Dengan berdaya upaya, saya memperoleh hasil dalam Ajaran Yang kokoh. Biarlah tubuh ini hancur sebagaimana yang mungkin terjadi, namun jangan ada (usaha) yang kendor. 3

7.  Jalan dari lima peraturan pelatihan, yang pasti dan membawa keberuntungan, oleh para bijaksana dikatakan tanpa-duri, tanpa-kusut, lurus.

8.  Lihatlah buah dari usaha yang dicapai oleh seorang perempuan kecil. Kini saya adalah pendamping raja Sakkka yang memiliki kekuatan tertinggi.

9.  4Enam puluh ribu instrumen musik membangunkan saya dari tidurku: Alamba,5 Gaggara.6 Bhima, Sadhuvadin dan Samsaya,7

10. Pokkhara dan Suphassa; Vinamokkha dan (perempuan-perempuan) lain: Nanda dan juga Sunanda,8 Sonadinna,9 Suchimata,10

11. Alambusa, Missakesi,11 dan yang tak berbelas-kasihan bernama Pundarika, Eniphassa,12 Suphassa,13 dan Subhadda, Muduvadini14

12. Mereka ini dan (para devata) elok lainnya membangunkan peri-peri (dari tidur). Di pagi hari mereka dating kepadaku dan berkata, ayo, kami akan menari, kami akan menyanyi, ayo, biarlah kami menghiburmu.

13. Bukan bagi mereka yang tidak melakukan tindakan-tindakan jasa, melainkan hanya bagi mereka yang melakukan tindakan-tindakan jasa adalah Nandana ini, yang tanpa kesedihan, menyenangkan, Hutan besar dari alam Tiga –Puluh-(Tiga) dewa.

14. Tidak disini dan tidak juga di alam selanjutnya ada sukacita bagi mereka yang tidak melakukan tindakan-tindakan jasa, tetapi ada sukacita di sini dan di alam selanjutnya bagi mereka yang melakukan tindakan-tindakan jasa.

15. Bagi mereka yang merindukan persahabatan, lewat hal-hal inilah banyak kebajikan harus dilakukan, karena mereka yang telah melakukan tindakan-tindakan jasa akan bergembira dan bersukacita di surga”

Catatan :

  1. Suparibhandakata, atau diperciki dengan wewangian
  2. Ce menghilangkannya
  3. anthanam, untuk santhanam, m.c. Be, Ce menjelaskan n’eva atthi me viriyassa sithilikaranam (Ee sitali).
  4. Syair-syair dari sini sampai diakhir syair 15 terdapat lagi di No. 50.24-30.
  5. Seperti yang dicatat di Edisi ke-1, hal. 36, n. 1, VvA.96 mengatakan, “Dikatakan bahwa ini adalah daftar sebagian dari nama para musisi surgawi, tetapi sebenarnya ini adalah daftar instrumen musik. Mereka dari Vinamokkha dst. Adalah dewa-perempuan.” Ny. Rhd. menambahkan bahwa sebagian besar dari nama perempuan itu dapat dikenali lagi di berbagai cerita, misalnya Nanda di Ja. i. 201, DhA. I. 269, Sunanda di Vv.III. 9, VvA. 170. Frasa turiyanam pan etam namagahanam di VvA. 96 (daftar instrumen musik) membuat kita percaya bahwa para musisi ini dinamakan seperti nama instrumen yang mereka mainkan.
  6. Seperti di 50.24 dan di atas Ce, Be (dengan v.1.-ma); Ee Gaggama, VvA. 93 Bhaggara.
  7. Pasamsiya adalah w.r. di Ee; ca Samsaya di VvA. 93, Be, Ce, san No. 50. 24.
  8. Lihat DPPN.
  9. Terdapat di Vv. 2.6. Ejaan-ejaan lain (lihat Edisi ke I hal. 36, n.2) adalah Sonadinna, Sokatinna (seperti di VvA. 93)
  10. Sucimhita di VvA. 93, dengan v.11. Sucimita, Sucibbhita. Di atas Sucimbhita, tidak selalu mudah dibedakan dari Sucimhita di ortografi Sinh.
  11. “Alambusa Missa terdapat di Ja.v.13 dan Kesi di Sasanavamsa, hal. 29. Saya tidak menemukan Alambusa atau Missakesi”, Edisi ke 1 hal. 36, n. 3. Ee, Ce Alambusa, Be Alambusa, Edisi Siam. Alambusa.
  12. Lihat Dppn.
  13. Suphassa di VvA. 94 (dengan v.1. Suyasa), dan di semua edisi, kecuali Ee yang terbaca Sipassa.
  14. Ee Mudukavadi; Be dan semua edisi lain-vadini. VvA. 94 Muduka Cari. Seperti dicatat oleh Hardy, VvA. 96 lebih condong Muduka sebagai kata yang terpisah; ditambahkan “atau nama itu sendiri lebih seperti Vadanasila”. Lihat DPPN, s.v. Cari