III. PEDANG

21 (1) Pedang

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini dihadapan Yang Terberkahi:

51 “Bagaikan dihantam oleh pedang,
Seolah-oleh kepalanya terbakar,
Seorang bhikkhu seharusnya berkelana dengan waspada
Untuk meninggalkan nafsu indera.”

[Yang Terberkahi:]

52 “Bagaikan dihantam oleh pedang,
Seolah-olah kepalanya terbakar,
Seorang bhikkhu seharusnya berkelana dengan waspada
Untuk meninggalkan pandangan tentang identitas.”40

22 (2) Itu menyentuh <28>

53 “Itu tidak menyentuh dia yang tidak menyentuh,
Tetapi kemudian akan menyentuh dia yang menyentuh.
Oleh karenanya, itu menyentuh dia yang menyentuh,
Dia yang menyalahkan orang yang tak bersalah.”41

54 “Jika orang menyalakan orang yang tak bersalah,
Orang yang murni tanpa roda,
Kejahatan akan berbalik menghantam si tolol itu sendiri
Bagaikan debu halus yang dilemparkan melawan angin.”42

23 (3) Kekusutan

55 “Kekusutan di dalam, kekusutan di luar,
Generasi ini terjerat dalam suatu kekusutan.
Saya menanyakan ini padamu, O Gotama,
Siapa yang dapat mengurangi kekusutan ini?”43 <29>

56 “Manusia yang mantap di dalam moralitas, bijaksana,
Yang mengembangkan pikiran dan kebijaksanaan,
Bhikkhu yang rajin dan berhati-hati:
Dia dapat menguraikan kekusutan ini.44

57 “Mereka yang nafsu dan kebencian
Bersama dengan ketidak-tahuannya telah dihapus,
Para Arahat dengan noda-noda yang telah dihancurkan:
Bagi mereka kekusutan ini telah diurai.45

58 “Di mana batin-dan bentuk berhenti,
Behenti tanpa sisa,
Demikian juga pergeseran dan persepsi tentang bentuk:
Di sinilah kekusutan ini dipotong.’46 [14]

24 (4) Pengendalian di dalam Pikiran

59 “ dari apa pun yang dikendalikan orang di dalam pikiran,
Dari situ tidak ada penderitaan yang menimpanya.<30>
Seandainya orang mengendalikan di dalam pikiran dari segalanya,
Dia terbebas dari semua penderitaan.”

60 “Orang tidak perlu mengendalikan di dalam pikiran dari segalanya
Bila pikiran telah ada di bawah kendali
Dari apa pun yang menyebabkan kejahatan datang,
Dari sinilaj orang harus mengendalikan di pikiran.”47

25 (5) Arahat

61 “Jika seorang bhikkhu adalah arahat,
Sempurna, dengan noda yang telah dihancurkan,
Orang yang menanggung tubuh terakhirnya,
Apakah dia masih berkata, ‘Saya berbicara’?
Dan apakah dia berkata,”Mereka berbicara kepadaku’?”48

62 “Jika seorang bhikkhu adalah Arahat, <31>
Sempurna, dengan noda yang telah dihancurkan,
Dia yang menanggung tubuh terakhirnya,
Dia mungkin masih berkata, ‘Saya berbicara,’
Dan dia mungkin berkata, ‘Mereka berbicara kepadaku.’
Terampil, mengetahui gaya percakapan dunia,
Dia menggunakan istilah-istilah sedemikian hanya sebagai ekspresi.”49

63 “Bila seorang bhikkhu adalah Arahat,
Sempurna, dengan noda yang telah dihancurkan,
Dia yang menanggung tubuh terakhirnya,
Apakah karena dia telah menemukan kesombongan
Sehingga dia berkata, ‘Saya berbicara,’
Sehingga dia berkata, ‘Mereka berbicara kepadaku’?”50

64 “Tidak ada simpul bagi dia yang telah meninggalkan kesombongan;
Baginya semua simpul kesombongan telah habis.
Walaupun orang bijak telah mentransendenkan yang dipahami,[15] Dia mungkin masih berkata, ‘Saya berbicara,’
Terampil, mengetahui gaya percakapan dunia,
Dia menggunakan istilah-istilah sedemikian hanya sebagai ekspresi.”51

26 (6) Sumber-sumber Sinar

65 “Berapa banyakkah sumber sinar yang ada di dunia
Yang dengannya dunia diterangi?
Kami telah datang untuk menanyakan ini kepada Yang Terberkahi:
Bagaimana kami harus memahaminya?”

66 “Ada empat sumber sinar di dunia;
Yang kelima tidak ditemukan di sini.
Matahari bersinar pada siang hari,
Rembulan menerangi di malam hari,

67 “Dan api menyala di sana sini
Baik siang maupun malam
Tetapi Buddha adalah yang terbaik dari mereka yang bersinar:<33>
Beliau adalah sinar yang tak-tertandingi.”

27 (7) Arus-arus

68 “dari manakah arus-arus berbalik?
Di manakah putaran itu tidak lagi berpusar?
Dimanakah batin-dan-bentuk berhenti,
Berhenti tanpa sisa?”

69 “Di tempat air, bumi, api, dan udara,
Tidak memperoleh pijakan:
Dari sinilah arus-arus itu berbalik,
Di sinilah putaran itu tidak lagi perpusar;
Disinilah batin-danbentuk berhenti,
Berhenti tanpa sisa.”52

28 (8) Mereka dengan Kekayaan Besar <34>

71 53”Mereka yang besar kekayaan dan harta miliknya,
Bahkan para khattiya yang menguasai negeri.
Saling memandang dengan mata keserakahan,
Tidak terpuaskan dalam nafsu-nafsu indera.

72 Di antara meraka yang telah menjadi begitu keranjingan,
Yang mengalir bersama arus kehidupan,
Siapa di sini yang telah meninggalkan nafsu keinginan?
Siapa di dunia ini yang tidak lagi keranjingan?”54

73 “Setelah meninggalkan rumah dan meninggalkan keduniawian,
Setelah meninggalkan putra dan ternak yang disayangi,
Setelah meninggalkan nafsu jasmani dan kebencian,<35>
Setelah menghapus ketidak-tahuan-
Para Arahat dengan noda yang telah dihancurkan
Adalah mereka di dunia yang tidak lagi keranjingan.”[16]

29 (9) Empat Roda

74 “Memiliki empat roda dan sembilan pintu,
Yang terisi penuh dan terikat dengan keserakahan,
Terlahir dari rawa, O pahlawan besar!
Bagaimana orang lolos darinya?”55

75 “Setelah memotong tali dan pengikatnya,
Setelah memotong nafsu yang jahat dan keserakahan,
Setalah menarik nafsu keinginan sampai akarnya:
Demikianlah orang lolos darinya.”56

30 (10) Betis Rusa <36>

76 “Setelah mendatangi engkau, kami mengajukan pertanyaan
Tentang pahlawan yang ramping dengan betis rusa,
Tanpa keserakahan, bertahan hidup dengan sedikit makanan,
Berkelana sendiri bagaikan singa atau naga,
Tanpa perduli akan kesenangan-kesenangan indera:
Bagaimana orang terbebas dari penderitaan?”57

77 “Lima tali kesenangan indera di dunia,
Dengan pikiran yang dinyatakan sebagai yang keenam:
Setelah menghapus nafsu di sini,
Demikianlah orang terbebas dari penderitaan.”58<37>