Pengikut Berbagai Sekte

III. BERBAGAI PENGIKUT SEKTE

21 (1) Siva

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di Savathi di Hutan Jeta, Taman Anatahapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, dewa muda Siva, dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, menghampiri Yang Terberkahi. Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada yang Terberkahi, berdiri di satu sisi, dan mengucapkan syair-syair ini di hadapan Yang Terberkahi:172

320 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang menjadi lebih baik, tak pernah lebih buruk. <130>

321 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik ornag seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Kebijaksanaan diperoleh, tetapi bukan dari yang lain.

322 “orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik ornag seharusnya membangun kedekatan.
Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang tidak sengsara di tengah penderitaan.

323 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan. [57] Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang bersinar di antara sanak-saudaranya.

324 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan. [57] Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Para makhluk menjalani kehidupan menuju tempat yang baik.

325 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan. [57] Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Para maklhuk berdiam dengan nyaman.” <131>

326 “Orang seharusnya bergaul hanya dengan yang baik;
Dengan yang baik orang seharusnya membangun kedekatan. [57] Setelah mempelajari Dhamma sejati tentang yang baik,
Orang terbebas dari semua penderitaan.”

22 (2) Khema

Dengan berdiri di satu sisi, dewa muda Khema mengucapkan syair-syair ini dihadapan Yang Terberkahi:

327 “Orang-orang yang tolol yang tidak memiliki kebijaksanaan
Berperilaku seperti musuh terhadap dirinya sendiri.
Mereka pergi ke mana-mana melakukan perbuatan jahat
Yang membuahkan hanya buah yang pahit.

328 “Perbuatan itu tidak dilakukan dengan baik
Yang setelah dilakukan, kemudian disesali,
Orang mengalami hasil perbuatan itu
Dengaan menangis dan wajah penuh air mata.

329 “Sebaliknya, perbuatan itu dilakukan dengan baik
Yang setelah dilakukan, kemudian tidak disesali,
Orang mengalami hasil perbuatan itu
Dengan gembira dan pikiran yang bahagia.”173 <132>

[Yang Terberkahi:]

320 “Orang harus segera melakukan perbuatan
Yang diketahuinya akan membawa pada kesejahteraannya sendiri;
Sang pemikir, sang bijaksana, seharusnya tidak maju
Karena merenungkan kusir kereta.

321 “Bagaimana kusir kereta yang meninggalkan jalan besar,
Jalan yang permukaannya rata,
Dan masuk ke jalan kecil yang kasar
Merenung sedih dengan as yang patah-

322 “Begitu pula si tolol, setelah meninggalkan Dhamma
Untuk mengikuti jalan yang berlawanan dengan Dhamma,
Ketika dia jatuh ke mulut Kematian
Merenung seperti kusir kereta dengan as yang patah itu.”174

23 (3) Seri

Dengan berdiri di satu sisi, dewa muda Seri menyapa Yang Terberkahi dengan syair: <133>

333 “Mereka selalu bersukacita di dalam makanan,
Baik para dewa maupun manusia
Nah, makhluk halus macam apa yang bisa
Yang tidak bersukacitaa di dalam makanan?”

334 “Kematian mereka memberi karena keyakinan
Dengan hati yang penuh keyakinan,
Makanan bertambah bagi diri [pemberi] sendiri
Baik didunia ini maupun di dunia berikutnya.

335 “Karena itu, setelah menghapus kekikiran,
Penakluk noda seharusnya memberikan dana.
Jasa-jasa kebajikan adalah penopang bagi makhluk hidup
[Ketika mereka muncul] di dunia lain.” [58]

“Sungguh indah, tuan yang Terhormat! Sungguh mengagumkan, tuan yang terhormat! Sungguh bagus halitu dinyatakan oleh Yang Terberkahi:

336-37 “’Ketika mereka memeberi karena keyaninan.,..<134> [Ketika mereka muncul] di dunia lain.’

“Suatu saat di masa lalu, tuan yang terhormat, saya adalah seorang raja bernama Seri, seorang pendana, seorang dermawan, orang yang berbicara memuji perbuatan memberi. Di empat pintu gerbang saya menyuruh memberikan dana kepada petapa, brahmana, fakir miskin, kelana, petapa-peminta-minta, dan pengemis. Kemudian, tuan yang terhormat, para perempuan harem datang kepada saya dan berkata: ‘Baginda raja memberikan dana, tetapi kami tidak memberikan dana. Sungguh bagus bila, dengan bantuan baginda raja, kami juga bisa memberikan dana dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa.’ Saya kemudian berpikir: ‘Aku seorang pendana, seorang dermawan, orang yang berbicara memuji perbuatan memberi. Nah, ketika mereka berkata, “Biarlah kami memberikan dana,” apa yang harus kukatakan kepada mereka?’ Maka, tuan yang terhormat, saya memberikan pintu gerbang pertama kepada para perempuan harem. Di sana, mereka memberikan dana, sedangkan dana saya dikembalikan kepada saya. <135>

“Kemudian, tuan yang terhormat, para pengikut khttiya saya datang kepada saya dan berkata:’Baginda raja memberikan dana, para perempuan harem memebrikan dana, tetapi kami tidak memberikan dana. Sungguh bagus bila, dengan bantuanbaginda raja, kami juga bisa memberikan dana dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa.’ Saya kemudian berpikir: ‘Aku seorang pendana…’ Maka, tuan yang terhormat, saya memberikan pintu gerbang kedua kepada para pengikut khattiya. Di sana, mereka memberikan dana, sedangkan dana saya kembalikan kepada saya.

“Kemudian,…tuan yang terhormat, para prajurit saya datang kepada saya … [59] … Maka, tuan yang terhormat, saya memberikan pintu gerbang ketiga kepada prajurit. Di sana, mereka memberikan dana, sedangkan dana saya dikembalikan kepada saya.<136>

“Kemudian, tuan yang terhormat, para brahmana dan perumah tangga datang kepada saya … [59] … Maka, tuan yang terhormat, saya memberikan pintu gerbang keempat kepada para brahmana dan perumah-tangga. Di sana, mereka memberikan dana, sedangkan dana saya dikembalikan kepad asaya.

“Kemudian, tuan yang terhormat, Orang-orang saya datang kepada saya dan berkata: ‘Sekarang baginda raja tidak memberikan dana ke mana pun juga.’175 Ketika hal ini dikatakan, saya memberitahu orang-orang itu: ‘Kalau demikian, kukatakan, kirimlah separuh dari pendapatan yang dikumpulkan di provinsi-provinsi yang jauh di sana ke istana. Di sana, berikanlah separuhnya sebagai dana untuk petapa, brahmana, fakir miskin, kelana, petapa – peminta-minta, dan pengemis.’

“Saya tidak mencapai batas, tuan yang terhormat, bagi perbuatan-perbuatan berjasa yang sudah lama saya lakukan, bagi perbuatan-perbuatan bajik yang sudah lama saya lakukan, <137> sedemikian sehingga saya dapat mengatakan: ‘Hanya ada sekian banyak jasa kebajikan,’ atau ‘Hanya ada sekian banyak hasil dari jasa kebajikan,’ atau ‘Hanya selama itu saja saya berdiam di surga.’ Sungguh indah, tuan yang terhormat! Sungguh mengagumkan, tuan yang terhormat! Sungguh bagus hal itu dinyatakan oleh Yang Terberkahi:

338 “’Ketika mereka memberi karena keyakinan
Dengan hati yang penuh keyakinan,
Makanan bertambah bagi diri{pemberi] sendiri
Baik di dunia ini maupun di dunia berikutnya.

339 “’Karena itu, setelah menghapus kekikiran,
Penakluk noda seharusnya memberikan dana.
Jasa-jasa kebajikan adalah penopang bagi makhluk hidup
[Ketiak mereka muncul] di dunia lain.” [60]

24 (4) Ghatikara

Dengan berdiri di satu sisi, dewa muda Ghatikara mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:…

340-52 “Tujuh bhikkhu terlahir kembali di Aviha
Yang telah sepenuhnya terbebas…”
…(syair 340-52 = syair 170-82, di 1:50) <138-41> …
Keduanya kini telah berkembang di dalam,
Penanggung tubuh terakhir mereka. [61]

25 (5) Jantu

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu sedang berdiam di antara rakyat Kosala di sebuah gubuk hutan kecil di lereng pegunungan Himalaya – gelisah, congkak, sombong, suka bicara-kasar, melantur, berpikiran-kacau, tanpa pengertian jernih, tidak terkonsentrasi, pikirannya tercerai-berai, kendor dalam kemampuan indera.176

Kemudian, pada hari Uposatha, hari kelima-belas, dewa muda Jantu menghampiri para bhikkhu, tersebut dan berkata kepada mereka dengan syair:177

353 “Di masa lalu para bhikkhu hidup bahagia,
Siswa-siswa Gotama.
Tanpa mengharapkan, mereka mengumpulkan dana makanan,
Tanpa mengharapkan, mereka menggunakan tempat tinggal mereka.
Setelah mengetahui ketidak-kekalan dunia,
Mereka membuat akhir penderitaan.

354 “Tetapi sekarang, seperti pemimpin di desa
Mereka membuat dirinya sendiri sulit ditopang.
Mereka makan dan makan dan kemudian berbaring, <142>
Berlaku tolol di rumah orang lain.178

355 “Setelah menghormat dan memuja Sangha,
Di sini saya berbicara tentang beberapa saja:
Mereka ditolak, tanpa pelindung,
Menjadi persis sama seperti yang sudah mati179

356 “Pertanyaan saya ini mengacu
Pada mereka yang berdiam di dalam kelalaian.
Sedangkan mereka yang berdiam di dalam ketekunan,
Pada mereka saya memberikan penghormatan yang tulus.”

26 (6) Rohitassa

Di Savatthi,. Dengan berdiri di satu sisi, dewa muda Rohitassa berkata kepada Yang Terberkahi:

“Apakah mungkin, tuan yang terhormat, bahwa dengan berkelana kita mengetahui atau melihat atau mencapai akhir dari dunia ini, di mana makhluk tidak terlahir, tidak menjadi tua, tidak mati, tidak meninggal, dan tidak dilahirkan-kembali?” <143>

“Mengenai akhir dari dunia ini, sahabat, di mana makhluk tidak terlahir, tidak menjadi tua, tidak mati, tidak meninggal, dan tidak dilahirkan-kembali – kukatakan bahwa hal itu tidak dapat diketahui, dilihat, atau dicapai dengan cara berkelana.”180

“Sungguh indah, tuan yang terhormat! Sungguh mengagumkan, tuan yang terhormat! Sungguh bagus hal itu dinyatak oleh Yang Terberkahi: “Mengenai akhir dari dunia ini, sahabat, … kukatakan bahwa hal itu tidak dapat diketahui, dilihat, atau dicapai dengan cara berkelana.’

“Telah terjadi di masa lalu, tuan yang terhormat, saya adalah seorang penglihat yang bernama Rohitassa, putra Bhoja, yang memiliki kekuatan spiritual, mampu berjalan melalui udara. [62] Kecepatanku sedemikian, tuan yang terhormat, sehingga saya dapat bergerak dengan begitu cepat, seperti seorang pemanah dengan busur yang kuat – yang terlatih, terampil, ahli, berpengalaman- dapat dengan mudah melepaskan anak-panahnya yang ringan181 menembus bayang-bayang pohon palmyra. Langkah sya memang sedemikian, tuan yang terhormat, sehingga tampaknya bisa mencapai samudera barat dari samudera timur. Kemudian, tuan yang terhormat, suatu keinginan muncul pada saya: ‘Aku akan mencapai akhir dari dunia ini dengan cara berkelana.’ <144> Karena memiliki kecepatan seperti itu dan langkah seperti itu, dan karena mempunyai jangka waktu kehidupan seratus tahun, hidup selama seratus tahun, saya berkelana selama seratus tahun, hidup selama seratus tahun, saya berkelanan selama seratus tahun, tanpa berhenti kecuali untuk makan, minum, mencari makanan dan makanan kecil, buang air besar dan buang air kecil, tidur dan menghilangkan kelelahan; walaupun demikian, saya mati di sepanjang jalan tanpa bisa mencapai akhir dari dunia ini.

“Sungguh indah, tuan yang terhormat! Sungguh mengagumkan, tuan yang terhormat! Sungguh bagus hal itu dinyatakan oleh Yang Terberkahi: ‘Mengenai akhir dari dunia ini, sahabat, di mana makhluk tidak terlahir, tidakmenjadi tua, tidak mati, tidak berlalu, dan tidak dilahirkan – kembali – kukatakan bahwa hal iitu tidak dapat diketahui, dilihat, atau dicapai dengan cara berkelana.”’

“Tetapi, sahabat, kukatakan bahwa bila belum mencapai akhir dari dunia ini tidak akan ada pula pencapaian pada akhir penderitaan. Sahabat, sebenarnya di dalam jasad yang tingginya sedepa ini, <145> yang memiliki persepsi dan pikiran inilah maka aku mengetahui dunia, asal-mula dunia, akhir dari dunia, dan jalan menuju akhir dari akhir dari dunia.182

357 “Akhir dunia tidak pernah dapat dicapai
Dengan cara berkelana [ke seluruh dunia] Namun tanpa mencapai akhir dari dunia
Tidak ada jalan keluar dari penderitaan.

358 “Karena itu, sesungguhnya, pengenal-dunia, orang yang bijaksana,
Yang telah pergi ke akhir dunia, penggenap kehidupan suci,
Setelah mengetahui akhir dunia, dengan damai,
Tak lagi merindukan dunia ini atau dunia lain.”

26 (7) Nanda

Dengan berdiri di satu sisi, dewa muda Nanda mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

359 “Waktu berlalu pergi, malam demi malam lewat dengan cepat;
Tahap-tahap kehidupan berturut-turut meninggalkan kita.
Karena melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Orang seharusnya melakukan tindakan-tindakan berjasa yang membawa kebahagiaan.”

360 “Waktu berlalu pergi, malam demi malam lewat dengan cepat;
Tahap-tahap kehidupan berturut-turut meninggalkan kita. [63] Karenaa melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Pencari kedamaian seharusnya melepas umpan dunia.” <146>

28 (8) Nandivisala

Dengan berdiri di satu sisi, dewa muda Nandivisala mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

361 “Memiliki empat roda dan sembilan pintu,
Terisi penuh dan terikat dengan keserakahan,
Terlahir dari tanah berlumpur, O pahlawan besar!
Bagaimana maklhuk lolos darinya?”

362 “Setelah memotong tali dan pengikat,
Setelah memotong keinginan jahat dan keserakahan,
Setelah menarik keluar nafsu keinginan dengan akarnya:
Demikianlah dia lolos darinya.”

29 (9) Susima

<147> Di Savatthi. Pada waktu itu Y.M. Ananda menghampiri Yang Terberkahi, memberi hormat kepada Beliau, dan duduk di satu sisi. Yang Terberkahi kemudian berkata kepadanya:

“Apakah engkau juga, Ananda, menyetujui Sariputta?”183

“Memang, tuan yang terhormat, siapa yang tidak akan menyetujui Y.M. Sariputta, keculai dia tolol, penuh kebencian, terpedaya, daan kacau mentalnya? Y.M. Sariputta, tuan yang terhormat, sungguh bijaksana, memiliki kebijaksanaan yang besar, kebijaksanaan yang luas, kebijaksanaan yang gembira, kebijaksanaan yang cepat, kebijaksanaan yang tajam, kebijaksanaan yang menembus.184 Y.M. Sariputta, tuan yang terhormat, mempunyai hanya sedikit keinginan, beliau puas hati, menyendiri, waspada, bersemangat. Y.M. Sariputta, tuan yang menerima nasihat, penegur, orang yang mencela kejahatan. Memang, tuan yang terhormat, siapa yang tidak akan menyetujui Y.M. Sariputta, kecuali dia tolol, penuh kebencian, terpedaya dan kacau mentalnya?” [64]

“Demikianlah halnya Ananda, demikianlah halnya! Memang Ananda, siapa yang tidak akan menyetujui Y.M. Sariputta, kecuali dia tolol, penuh kebencian, terpedaya, dan kacau mentalnya? Y.M. Sariputta, Ananda, sungguh bijaksana (seperti di atas) <148> … kecuali dia kacau mentalnya?”

Kemudian, sementara pujian terhadap Y.M. Saariputta ini sedang diucapkan, dewa muda Susima, yang ditemani oleh sekelompok besar dewa muda, menghampiri Yang Terberkahi.185 Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi, dan berkata kepada Beliau: “Demikianlah halnya, tuan yang terhormat! Demikianlah halnya, Yang Beruntung! Memang, Yang Terberkahi, siapa yang tidak akan menyetujui Y.M. Sariputta…(semua seperti di atas) <149> … Kecuali dia kacau mentalnya? Yang juga saya alami sendiri, tuan yang terhormat, tidak peduli kelompok dewa mana pun yang saya hampiri, saya telah sering mendengar laporan yang sama ini: ‘Y.M. Sariputta memang bijaksana … orang yang mencela kejahatan. Memang, siapa yang tidak akan menyetujui Y.M. Sariputta, kecuali dia tolol, penuh kebencian, terpedaya, dan kacau mentalnya?’”

Kemudian, sementara pujian terhadap Y.M. Sariputa ini sedang diucapkan, dewa-dewa muda di kelompok Susima – girang, senang, penuh kegiuran dan kegembiraan-mempertunjukkan berbagai warna yang bersinar.186 Persis seperti permata beryl-yang indah, berkualitas yang tinggi, bersisi – delapan, diproses dengan amat bagus-ketika diletakkan di kain brokat, bersinar dan bercahaya dan memancar, <150> demikian pula para dewa muda di kelompok Susima [65] … mempertunjukkan berbagai warna yang bersinar.

Dan persis seperti perhiasan dari emas yang terbaik – yang dengan amat terampil diproses di perapian oleh pandai emas yang piawai – ketika diletakkan di kain brokat, bersinar dan bercahaya dan membacar, demikian pula para dewa muda di kelompok Susima…mempertunjukkan berbagai warna yang bersinar.

Dan persis seperti, ketika malam telah berlalu, bintang pagi bersinar dan bercahaya dan memancar, demikian pula para dewa muda di kelompok Susima …mempertunjukkan berbagai warna yang bersinar.187

Dan persis seperti di musim gugur, ketika langit jernih dan tak berawan, matahari yang muncul di langit, <151> menghalau semua kegelapan dari angkasa sementara matahari bersinar dan bercahaya dan memancar,188 demikian pula para dewa muda di kelompok Susima-girang, senang, penuh kegiuran dan kegembiraan-mempertunjukkan berbagai warna yang bersinar.

Kemudian, dengan mengacu pada Y.M. Sariputta, dewa muda Susima mengucapkan syair ini dihadapan Yang Terberkahi:

363 “Dia secara luas dikenal sebagai orang yang bijaksana,
Sariputta, yang bebas dari kemarahan;
Memiliki sedikit keinginan, lembut, jinak,
Penglihatan yang dihiasi oleh pujian Sang Guru.”

Kemudian, Yang Terberkahi, dengan mengacu pada Y.M. Saroputta, menjawab dewa muda Susima dengan syair:

364 “Dia secara luas dikenal sebagai orang yang bijaksana,
Sariputta, yang bebas dari kemarahan;
Memiliki sedikit keinginan, lembut, jinak,
Telah berkembang, dijinakkan dengan baik, dia menunggu waktunya.”(189)

30 (10) Berbagai Pengikut Sekte

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha di Hutan Bambu, Tempat Perlindungan Tupai. Kemudian, ketika malam telah larut, sejumlah <152> dewa muda, siswa-siswa dari berbagai guru sekte – Asama dan Sahali dan Ninka dan Akotaka dan Vetambari dan Manavagamiya- dengan keelokan yang memukau, [66] yang menerangi seluruh Hutan Bambu, menghampiri Yang Terberkahi dan berdiri di satu sisi.190

Kemudian, dengan berdiri di satu sisi, dewa muda Asama mengucapkan syair ini dengan mengacu pada Purana Kassapa di hadapan Yang Terberkahi:

365 “Dalam penganiayaan dan pembunuhan di sini,
Dalam pemukulan dan pemerasan,
Kassapa tidaqk mengenali kejahatan
Tidak juga melihat jasa kebajikan untuk seseorang.
Beliau sesungguhnya mengajarkan apa yang patut dipercaya:
Guru itu pantas memperoleh penghargaan.”191

Kemudian dewa muda Sahali mengucapkan Syair ini dengan mengacu pada Maakkhali Gosala di hadapan Yang Terberkahi:192

366 “Dengan keras hati dan seksama <153>
Beliau mencapai pengendalian – diri yang sempurna.
Beliau meninggalkan bicara – berbantahan dengan orang-orang,
Menahan diri dari bicara-salah, seorang pembicara kebenaran.
Pastilah orang seperti itu tidak melakukan kejahatan.”193

Kemudian dewa muda Ninka mengucapkan syair ini dengan mengacu pada Nigantha Nataputta di hadapan Yang Terberkahi:

367 “Seorang bhikkhu yang memahami dengan cermat,
Terkendali dengan baik oleh empat kendali,
Menjelaskan apa yang dilihat dan didengar:
Pastilah beliau bukan orang yang berdosa.”194

Kemudian dewa muda Akotaka mengucapkan syair ini dengan mengacu pada berbagai guru sekte di hadapan Yang Terberkahi:

368 “Pakudhaka Katiyana dan Nigantha,
Bersama dengan Makkhali dan Purana:
Guru-guru kelompok, petapa yang mencapai tingkat tinggi:
Mereka pastilah tidak jauh dari manusia-manusia superior.” 195<154>

Kemudian dewa muda Vetambari menjawab para dewa muda Akotaka dengan syair:

369 “Bahkan dengan melolong bersama serigala yang sedih
Tetap saja binatang yang buruk, tak pernah menjadi teman singa.
Demikian pula meskipun dia merupakan guru kelompok,
Petapa telanjang, pembicara kebohongan,
Yang membangkitkan kecurigaan karena perilakunya,
Tidak ada kemiripannya dengan manusia-manusia superior.” 196[67]

Kemudian Mara Si jahat mengusai dewa muda Vetambari dan mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi: 197

370 “Mereka yang hidup dengan keras-hgati dan seksama,
Mereka yang melindungi kesendiriannya,
Dan mereka yang telah mantap pada bentuk,
Bersukacita di dunia para dewa: <155>
Sesungguhnya, maklhik hidup ini mengajar dengan benar
Sehubungan dengan dunia lain.”

Kemudian, Yang Terberkahi, setelah mengerti, “Ini Mara Si Jahat,” menjawab Mara Si Jahat dengan syair:

371 “Bentuk apa pun yang ada di sisni atau di luar sana,
Dan mereka yangt indah dan bersinar di angkasa,
Semua ini, memang, engkau puji, Namuci,
Bagaiakan umpan yang dilemparkan untuk menangkap ikan.” 198

Kemudian, di hadapan Yang terberkahi, dewa muda Manavagamiya mengucapkan syair-syair ini dengan mengacu pada Yang terberkahi:

372 “Vipula disebut yang terbaik di antara gunung
Di antara bukit di Rajagaha,
Seta, yang terbaik di anatara gunung yang tertutup salju,
Matahari, yang terbaik di antara kelana di angkasa.

373 “Samudera adalah tubuh air yang terbaik,
Rembulan, sinar, malam yang terbaik, <156>
Tetapi di dunia ini bersama dengan para dewanya
Sang Buddhalah yang dinyatakan tertinggi.”