SYAIR-SYAIR PENDAMPING
Sumber : Indonesia Tipitaka Center
1(7). Setelah mengalami berbagai macam penderitaan dan berbagai macam kebahagiaan dalam berbagai kehidupan500, aku meraih Pencerahan Mandiri yang luhur.
2(8). Setelah memberikan dana-dana yang sepatutnya diberikan501, setelah memenuhi sila secara keseluruhan, setelah melakukan Kesempurnaan dalam pelepasan, aku mencapai Pencerahan Mandiri yang luhur.
3(9). Setelah menanyakan yang terpelajar502, setelah mengerahkan energi yang luhur, setelah melakukan Kesempurnaan kesabaran, aku meraih Pencerahan Mandiri yang tertinggi.
4(10). Setelah membuat kebulatan tekadku teguh, menjaga kebenaran-ucapan, setelah berlindung dalam Kesempurnaan Cinta-kasih. aku meraih Pencerahan Mandiri yang luhur.
5(11). Terhadap keuntungan atau kehilangan, terhadap pujian dan cercaan503, terhadap penghormatan504 dan ketidak -hormatan—tetap sama505 dalam segala kondisi, aku meraih Pencerahan Mandiri yang luhur.
6(12). Setelah melihat kemalasan sebagai bahaya dan pengerahan energi sebagai kedamaian, jadilah pengerah energi—ini adalah ajaran para Buddha.506
7(13). Setelah melihat pertengkaran507 sebagai bahaya dan tanpa-pertengkaran508 sebagai perdamaian, bersatu, berhati-lembut509 — ini adalah ajaran para Buddha.
8(14). Setelah melihat lalai sebagai bahaya dan giat sebagai kedamaian, kembangkanlah Jalan Berfaktor Delapan510 — ini adalah ajaran para Buddha.
Junjungan Mulia, dengan cara ini511 menceritakan perilaku-perilakunya sendiri pada masa lalu, mengatakan bahwa pembabaran mengenai Dhamma ini disebut Kisah-kisah Kepahlawanan Buddha.512
Catatan Kaki :
500 Bhavabhave, C pA. 272; d alam kehidupan kecil maupun besar, baik dalam pertumbuhan atau penurunannya. Lihat juga CpA. 20.
501 databbakam. Syair (8)-(14) juga ada pada Ap. hal. 5-6, syair 69-75, dengan beberapa vv. II. Mengenai syair ini memiliki cariya yang berkaitan dalam Cp.
502 Menyiratkan Kesempurnaan Kebijaksanaan, CpA. 274; Tidak ada dari 3 Kesempurnaan dalam syair ini yang memiliki cariya yang berkaitan dengannya dalam Cp.
503 Yasayase, lihat III. 15. 4.
504 Dibaca samma- dengan CpA. 275, Ce, Be. Untuk Ee sama-.
505 Dibaca samako dengan idem., untuk Ee samàno.
506 Ee, Be, CpA. 333. pada syair 6 Buddhanusasani, Ce, CpA. 333, 335 pada syair 7, 8 –ana-.
507 CpA. 333 merujuk pada enam hal yang menyebabkan vivada, pertengkaran, perselisihan. Lihat contohnya dalam Vin. Ii. 89, D. iii. 246, M. ii. 245, A. iii. 334.
508 CpA, ini adalah pengembangan cinta-kasih, atau juga enam hal yang harus diingat (saraniyadhamma, misalnya dalam D. iii . 245, M. i. 32 2, A . iii. 28 8) menyebabkan hilangnya pertengkaran.
509 Ee akhila, CpA, Ce, Be sakhila, dijelaskan dalam CpA sebagai muduhadaya.
510 Ee bhave atthan-, CpA. 334, Ce, Be, Ap. hal. 6, syair 75 bhaveth’ atthan-.
511 Ittham sudam. CpA. 335 mengatakan bahwa sudam hanyalah merupakan bentuk partisipel, dan ittham berarti “seratus ribu kalpa” (dan empat kalpa tak terhitung), lihat CpA. 2, syair 16; yang diperlukan untuk menyebabkan masaknya Pencerahan.
512 Buddhapadaniya, diberikan sebagai judul alternatif untuk Cp dalam CpA. 8. Ini berarti menurut CpA. 335, bahwa perilaku-perilaku sebelumnya, puratanakamma, dilakukan dalam Buddha-Buddha (yang berbeda) dan sulit untuk dilakukan, diceritakan seakan merujuk pada dirinya, adhikiccappavattatta (kata ini juga ada dalam Vism. 450), yaitu kepada Buddha Gotama. Kisah-kisah yang terkumpul dalam Cp untuk menggambarkan perilaku kepahlawanannya yang dahulu
sebenarnya dimaksudkan untuk mengingat kembali perilaku-perilaku yang dilakukan hanya dalam Bhadda-kalpa ini. ( Lihat I.2 d an CpA. 29) ; lihat Pendahuluan.