80. KEENAM : ISTANA PENGGEMBALA-SAPI
(Gopalavimana)
Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha, di Hutan Bambu. Pada waktu itu, seorang penggembala sapi meninggalkan Rajagaha unutk menggurung sapi-sapinya ke padang rumput, dan dia melihat Y.M. Maha-Moggallana mendekat. Y.M. Maha Moggallana mengetahui bahwa kematian akan menimpa penggembala itu, maka beliau mendekatinya. Penggembala itu ragu-ragu apakah dia sebaiknya memberikan makanan kummasa yang dibawanya, atau terlebih dahulu menjauhkan ternak dari ladang-kacang itu. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak melewatkan kesempatan baik itu, tanpa memperdulikan lagi apa yang akan dilakukan pemilik ladang-ladang itu kepadanya. Dia menawarkan makanannya dan karena welas asihnya, Thera itu menerimanya. Penggembala sapi itu lalu bergegas untuk menghalau sapi-sapinya. Namun karena kurang berhati-hati, dia menyentuh seekor ular dan kakinya digigit ular itu. Dalam keadaan bersukacita dan bahagia karena melihat Thera itu makan, dia mati karena racun ular, dan terlahir di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa di Istana emas duabelas yojana. Ketika melihatnya, Y.M. Maha-Moggallana bertanya:
1. “Bhikku itu melihat dewa dengan berbagai gelang, terkenal, di Istana tinggi yang telah lama ditinggali, Istana itu seakan-akan menjulang ke rembulan (-deva-putta1) di Istana surgawinya; maka dia bertanya kepadanya:
2. “Berhias, mengenangkan rangkaian bunga, berpakaian indah, dengan anting yang gemerlapan, rambut dan jenggot yang rapi, dengan berbagai gelang, terkenal, di Istana surgawi bahkan seakan-akan menjulang ke rembulan (-devaputta);
3. Sementara kecapi-kecapi surgawi melantunkan melodi, dan delapan kali delapan putri-dewa, yang terlatih dan cantik, penghuni-penghuni agung dari alam Tiga-Puluh-(-Tiga) dewa, menari, menyanyi, bersenang-senang,2
4. Engkau, yang telah mencapai kekuatan kesaktian para dewa, sungguh memiliki keagungan yang besar. Tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokanmu menyinari segala penjuru?”
5. Dewa-muda itu, karena gembira … tindakan apa yang menghasilkan buah ini.
6. “Ketika saya terlahir sebagai manusia di antara manusia dengan sungguh-sungguh saya menjaga ternak milik orang-orang lain. Kemudian seorang petapa menghampiri saya dan sapi-sapi itu berkelana mencari makan (panen3) kacang-kacangan.
7. ‘Hari ini ada dua tugas yang harus saya lakukan demikianlah saya berpikir, Bhante yang terhormat; disana saya merenungkan dengan seksama dan memperoleh kesadaran (akan dhamma), dan saya memberikan bingkisan saya kepada beliau dengan berkata, saya berdana, Yang Mulia.4
8. Kemudian segera saya pergi ke ladang kacang sebelum ternak-ternak menginjak-injak kekayaan milik orang lain. Tetapi seekor ular hitam yang berbisa menggigit kaki saya ketika saya bergegas.
9. Saya menderita, diserang rasa sakit; bhikkhu itu sendiri membuka bingkisan dan mengambil kummasa karena welas asih beliau kepada saya. Saya meninggal dari sana dan kini saya adalah devata.
10. Hanya tindakan bajik itu yang dilakukan olehku, dan saya memperoleh manfaat melalui tindakan saya sendiri yang membahagiakan. Engkaulah, Yang Mulia, yang penuh kasih saying; saya menghormat dengan rasa terima kasih.
11. Di dunia dengan para dewa dan Mara-nya, tidak ada petapa lain yang penuh kasih saying seperti engkau, Yang Mulia, yang sungguh sangat berwelas asih; saya menghormat dengan rasa terima kasih.
12. Di dunia ini atau bahkan di alam lain tidak ada petapa lain yang penuh kasih saying seperti engkau. Engkaulah itu, Yang Mulia, yang sungguh sangat berwelas asih; saya menghormat dengan rasa terima kasih.”
Catatan :
- candima-devaputto, VvA. 310
- Bandingkan 67.2
- Diberikan oleh VvA. 310
- Para bhikkhu hanya boleh mengambil apa yang diberikan kepada mereka.