Kelompok Lima Penduduk Kosala

Samyutta Nikaya – Khotbah-khotbah Berkelompok Sang Buddha
Diterjemahkan dari bahasa Pali oleh Bhikkhu Bodhi
DhammaCitta Press

 

 

III. SUB BAB KE TIGA
(KELOMPOK LIMA KOSALA)

 

21 (1) Orang-orang

Di Sāvatthī. Kemudian Raja Pasenadi dari Kosala menghadap Sang Bhagavā, memberi hormat kepada Beliau dan duduk di satu sisi. Sang Bhagavā kemudian berkata kepadanya: <210> “Baginda, ada empat jenis orang yang terdapat di dunia ini. Empat apakah? Seorang yang bergerak dari gelap menuju gelap, seorang yang bergerak dari gelap menuju terang, seorang yang bergerak dari terang menuju gelap, seorang yang bergerak dari terang menuju terang.249 “Dan bagaimanakah, Baginda, seorang yang bergerak dari gelap menuju gelap? Di sini, beberapa orang terlahir dalam keluarga rendah—keluarga caṇḍala, pekerja bambu, pemburu, pembuat kereta, atau pemetik bunga—keluarga miskin yang memiliki sedikit makanan dan minuman dan yang bertahan hidup dengan susah-payah, [94] seorang di mana makanan dan pakaian diperoleh dengan susahpayah; dan ia buruk rupa, sangat tidak menarik, cacat, berpenyakit kronis—atau bertangan timpang atau pincang atau lumpuh.250 Ia bukanlah seorang yang memperoleh makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan; kalung bunga, wewangian, dan salep; tempat tidur, rumah, dan penerangan. Ia terlibat dalam perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Setelah melakukan demikian, dengan hancurnya jasmani, <211> setelah kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam yang buruk, di alam rendah, di neraka. “Misalkan, Baginda, seseorang yang bergerak dari gelap menuju gelap, atau dari kemuraman menuju kemuraman, atau dari noda menuju noda: orang ini, Aku mengatakan, adalah sama persis. Dengan cara demikianlah, Baginda, bahwa seseorang bergerak dari gelap menuju gelap. “Dan bagaimanakah, Baginda, seorang yang bergerak dari gelap menuju terang? Di sini, beberapa orang terlahir di keluarga rendah … dan di mana makanan dan pakaian diperoleh dengan susah-payah; dan ia buruk rupa … atau lumpuh. Ia bukanlah seseorang yang memperoleh makanan … dan penerangan. Ia terlibat dalam perbuatan baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Setelah melakukan demikian, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga. “Misalkan, Baginda, seseorang menaiki sebuah tandu dari atas tanah, atau dari tandu ke atas punggung kuda, <212> atau dari punggung kuda ke atas kereta gajah, atau dari kereta gajah ke istana; orang ini, Aku mengatakan, adalah persis sama. Dengan cara demikianlah, Baginda, orang itu bergerak dari gelap menuju terang. “Dan bagaimanakah, Baginda, seseorang yang bergerak dari terang menuju gelap? Di sini, beberapa orang terlahir di keluarga yang berderajat tinggi—keluarga khattiya kaya-raya, keluarga brahmana kaya-raya, atau keluarga perumah tangga kaya-raya—seorang yang kaya, memiliki banyak kekayaan dan harta benda, [95] dengan emas dan perak berlimpah, harta dan komoditi berlimpah, hasil panen dan kekayaan berlimpah; dan ia tampan, menarik, anggun, memiliki kecantikan kulit yang luar biasa. Ia adalah seorang yang memperoleh makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan; kalung bunga, wewangian, dan salep; tempat tidur, rumah, dan penerangan. Ia terlibat dalam perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Setelah melakukan demikian, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam yang buruk, di alam rendah, di neraka. “Misalkan, Baginda, seseorang turun dari istana ke kereta gajah, atau dari kereta gajah ke punggung kuda, atau dari punggung kuda ke tandu, atau dari tandu ke atas tanah, atau dari atas tanah ke bawah tanah yang gelap; orang ini, Aku mengatakan, adalah sama persis. Dengan cara demikianlah, Baginda, seseorang bergerak dari terang menuju gelap. <213> “Dan bagaimanakah, Baginda, seorang yang bergerak dari terang menuju terang? Di sini, beberapa orang yang terlahir kembali di keluarga yang berderajat tinggi … dengan hasil panen dan kekayaan berlimpah; dan ia tampan, menarik, anggun, memiliki kecantikan kulit yang luar biasa. Ia adalah seorang yang memperoleh makanan … dan penerangan. Ia terlibat dalam perbuatan baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Setelah melakukan demikian, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga. “Misalkan, Baginda, seseorang yang berpindah dari satu tandu ke tandu lain, atau dari satu punggung kuda ke punggung kuda lainnya, atau dari satu kereta gajah ke kereta gajah lainnya, atau dari satu istana ke istana lainnya. Orang ini, Aku mengatakan, adalah sama persis. Dengan cara demikian, Baginda, orang itu bergerak dari terang menuju terang. [96] “Ini, Baginda, adalah empat jenis orang yang ada di dunia ini. (i)

419. “Orang, O, Baginda, yang miskin, Tidak berkeyakinan, kikir, Pelit, dengan niat buruk, Berpandangan salah, tiada hormat, <214>

420. Yang menghina dan mencela para petapa, Brahmana, dan peminta-minta lainnya; Seorang nihilis, pencela, yang menghalang-halangi Orang lain memberikan makanan kepada pengemis:

421. Ketika orang demikian meninggal dunia, O, Baginda, Ia pergi, O, Raja manusia, Ke alam neraka yang mengerikan, Bergerak dari gelap menuju gelap. (ii)

422. “Orang, O, Baginda, yang miskin, Memiliki keyakinan, murah hati, Seorang yang memberi, dengan niat baik, Seorang dengan pikiran tidak terpencar

423.  Yang bangkit berdiri dan menghormati para petapa, Brahmana, dan peminta-minta lainnya; Seorang yang berlatih dalam perbuatan baik, Yang tidak menghalang-halangi siapa pun untuk   memberikan makanan kepada pengemis:

424. Ketika orang demikian meninggal dunia, O, Baginda,  <215> Ia pergi, O, Raja manusia, Ke tiga alam surga, Bergerak dari gelap menuju terang. (iii)

425. “Orang, O, Baginda, yang kaya, Tidak berkeyakinan, kikir, Pelit, dengan niat buruk, Berpandangan salah, tiada hormat,

426. Yang menghina dan mencela para petapa, Brahmana, dan peminta-minta lainnya; Seorang nihilis, pencela, yang menghalang-halangi Orang lain memberikan makanan kepada pengemis:

427. Ketika orang demikian meninggal dunia, O, Baginda, Ia pergi, O, Raja manusia, Ke alam neraka yang mengerikan, Bergerak dari terang menuju gelap. (iv)

428. “Orang, O, Baginda, yang kaya, Memiliki keyakinan, murah hati, Seorang yang memberi, dengan niat baik, <216> Seorang dengan pikiran tidak terpencar

429.  Yang bangkit berdiri dan menghormati para petapa, Brahmana, dan peminta-minta lainnya; Seorang yang berlatih dalam perbuatan baik, Yang tidak menghalang-halangi siapa pun untuk   memberikan makanan kepada pengemis:

430. Ketika orang demikian meninggal dunia, O, Baginda, Ia pergi, O, Raja manusia, Ke tiga alam surga, Begerak dari terang menuju terang.”

22 (2) Nenek

Di Sāvatthī. Di siang hari, Raja Pasenadi dari Kosala menghadap Sang Bhagavā … Sang Bhagavā berkata kepadanya ketika ia sedang duduk di satu sisi: [97] “Dari manakah engkau datang, Baginda, di siang hari ini?” <217> “Yang Mulia, nenekku meninggal dunia. Ia sudah tua, jompo, terbebani selama bertahun-tahun, telah lanjut dalam hidup, telah sampai pada tahap akhir, seratus dua puluh tahun sejak lahir. Yang Mulia, aku sangat menyayanginya. Jika, Yang Mulia, dengan permata gajah aku dapat menebusnya dari kematian, aku akan menyerahkan bahkan permata gajah agar ia tidak mati.251 Jika dengan permata kuda aku dapat menebusnya dari kematian … jika dengan hadiah desa aku dapat menebusnya dari kematian … jika dengan negeri ini aku dapat menebusnya dari kematian, aku akan menyerahkan bahkan negeri ini agar ia tidak mati.” “Semua makhluk, Baginda, pasti mengalami kematian, dihentikan oleh kematian, dan tidak dapat menghindari kematian.” “Sungguh indah, Yang Mulia! Sungguh menakjubkan, Yang Mulia! Betapa indahnya hal ini dinyatakan oleh Sang Bhagavā: ‘Semua makhluk, Baginda, pasti mengalami kematian, dihentikan oleh kematian, dan tidak dapat menghindari kematian.’” “Demikianlah, Baginda! Memang demikian, Baginda! Semua makhluk, Baginda, pasti mengalami kematian, dihentikan oleh kematian, dan tidak dapat melepaskan diri dari kematian. <218> Bagaikan semua kendi tembikar, apakah dipanggang ataupun tidak dipanggang, pasti akan pecah, terhenti pada saat pecah, dan tidak dapat menghindari pecah, demikian pula semua makhluk pasti mengalami kematian, terhenti oleh kematian, dan tidak dapat menghindari kematian.

431. “Semua makhluk akan mati, Karena kehidupan berakhir pada kematian. Mereka akan mengembara sesuai dengan perbuatan   mereka, Memetik buah dari kebajikan dan kejahatan mereka: Pelaku kejahatan pergi ke neraka, Pelaku kebajikan menuju alam bahagia.

432. “Oleh karena itu, seseorang harus melakukan apa yang  baik Sebagai tabungan bagi kehidupan mendatang. Kebajikan adalah penyokong makhluk hidup [Ketika mereka muncul] di alam lain.” [98]

 

23 (3) Dunia

Di Sāvatthī. Duduk di satu sisi, Raja Pasenadi dari Kosala berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, berapa banyakkah hal-hal di dunia ini, yang ketika muncul, kemunculannya menyebabkan kerusakan, penderitaan, dan ketidaknyamanan seseorang?”252 <219> “Ada, Baginda, tiga hal di dunia ini, yang ketika muncul, kemunculannya menyebabkan kerusakan, penderitaan, dan ketidaknyamanan seseorang. Apakah tiga ini? Keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Ini adalah tiga hal di dunia ini, yang ketika muncul, kemunculannya menyebabkan kerusakan, penderitaan, dan ketidaknyamanan seseorang.

433. “Keserakahan, kebencian, dan kebodohan, Yang muncul dalam diri seseorang, Melukai seseorang yang berpikiran jahat Bagaikan buahnya sendiri yang menghancurkan sang  buluh.”

 

24 (4) Pemanah

Di Sāvatthī. Duduk di satu sisi, Raja Pasenadi dari Kosala berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, di manakah seharusnya suatu pemberian diberikan?”253 “Di mana saja pikiran seseorang memiliki keyakinan, Baginda.”254 “Tetapi, Yang Mulia, di manakah apa yang diberikan itu menghasilkan buah yang besar?” <220> “Ini adalah satu pertanyaan, Baginda, ‘Di manakah seharusnya suatu pemberian diberikan?’ dan ini adalah pertanyaan lainnya, ‘Di manakah apa yang diberikan itu menghasilkan buah yang besar?’ Apa yang diberikan kepada seorang yang bermoral, Baginda, menghasilkan buah besar, tidak demikian jika diberikan kepada seorang yang tidak bermoral. Sekarang, Baginda, Aku akan mengajukan pertanyaan kepadamu mengenai hal yang sama. Jawablah sesuai dengan apa yang engkau anggap benar. Bagaimana menurutmu, Baginda? Misalkan engkau sedang dalam perang dan sebuah pertempuran akan segera terjadi. Kemudian seorang pemuda khattiya tiba, seorang yang tidak terlatih, tidak mahir, tidak cakap, [99] tidak berpengalaman, cemas, ngeri, takut, cepat melarikan diri. Akankah engkau mempekerjakan orang itu, dan akankah engkau menggunakan orang demikian?” “Tentu saja tidak, Yang Mulia.” <221> “Kemudian seorang pemuda brahmana tiba … seorang pemuda vessa … seorang pemuda sudda … yang tidak terlatih … cepat melarikan diri. Akankah engkau mempekerjakan orang itu, dan akankah engkau menggunakan orang demikian?” “Tentu saja tidak, Yang Mulia.” “Bagaimana menurutmu, Baginda? Misalkan engkau sedang dalam perang dan sebuah pertempuran akan segera terjadi. Kemudian seorang pemuda khattiya tiba, seorang yang terlatih, mahir, cakap, berpengalaman, berani, teguh, tegas, siap di tempatnya. Akankah engkau mempekerjakan orang itu, dan akankah engkau menggunakan orang demikian?” “Tentu saja, Yang Mulia.” “Kemudian seorang pemuda brahmana tiba … seorang pemuda vessa … seorang pemuda sudda … yang terlatih … siap di tempatnya. Akankah engkau mempekerjakan orang itu, dan akankah engkau menggunakan orang demikian?” <222> “Tentu saja, Yang Mulia.” “Demikian pula, Baginda, ketika seseorang telah meninggalkan keduniawian dan menjalani kehidupan tanpa rumah, tidak peduli dari suku apa, jika ia meninggalkan lima faktor dan memiliki lima faktor, maka apa yang diberikan kepadanya akan menghasilkan buah besar. Lima faktor apakah yang telah ditinggalkan? Keinginan indria telah ditinggalkan; kebencian telah ditinggalkan; kelambanan dan ketumpulan telah ditinggalkan; kegelisahan dan penyesalan telah ditinggalkan; keragu-raguan telah ditinggalkan. Apakah lima faktor yang ia miliki? Ia memiliki moralitas dari seseorang yang telah melampaui latihan, ia memiliki konsentrasi dari seorang yang melampaui latihan, [100] kebijaksanaan dari seorang yang melampaui latihan, pengetahuan dan penglihatan kebebasan dari seorang yang melampaui latihan. Ia memiliki lima faktor ini. Demikianlah apa yang diberikan kepada seorang yang telah meninggalkan lima faktor dan memiliki lima faktor adalah menghasilkan buah besar.255 <223>

434. “Bagaikan seorang raja yang bertekad untuk berperang Akan mempekerjakan seorang pemuda yang terampil  dengan ““busur, Seorang yang memiliki kekuatan dan keberanian, Tetapi bukan seorang pengecut sehubungan dengan   kelahirannya—

435. “Demikian pula walaupun ia berkelahiran rendah, Seseorang harus menghormati orang yang berperilaku  mulia, Kebijaksanaan yang terdapat dalam dirinya Moralitas, kesabaran, dan kelembutan.256

436. “Seseorang harus membangun petapaan yang   menyenangkan Dan mengundang para terpelajar untuk menetap   bersamanya; Seseorang harus membangun tempat penyimpanan air di  hutan Dan jalan pintas untuk melintasi daratan kasar.

437. “Dengan penuh keyakinan, seseorang harus memberikan  Kepada mereka yang berwatak lurus; Memberikan makanan dan minuman dan benda-benda  untuk dimakan, Pakaian untuk dipakai dan tempat tidur dan tempat  duduk.

438. “Karena bagaikan awan-hujan, halilintar, <224> Dirangkai oleh kilat, dengan seratus simpul, Tercurah turun hujan ke bumi. Membanjiri tanah datar dan lembah—

439. “Demikian pula orang bijaksana, berkeyakinan, terpelajar, Setelah memakan makanan yang telah dipersiapkan, Puas dengan makanan dan minuman Para peminta-minta yang hidup dari dana makanan. Bergembira, ia membagikan persembahan, Dan mengumumkan, ‘Beri, beri.’

440. “Karena itu adalah halilintarnya Bagaikan langit ketika hujan. Curahan kebajikan, begitu besar, Akan tercurahkan kepada si pemberi.”

 

25 (5) Perumpamaan Gunung

Di Sāvatthī. Kemudian, di siang hari, Raja Pasenadi dari Kosala menghadap Sang Bhagavā…. <225> Sang Bhagavā berkata kepadanya ketika ia sedang duduk di satu sisi: “Dari manakah engkau datang, Baginda, di siang hari ini?” “Baru saja, Yang Mulia, aku melakukan urusan kerajaan yaitu meminyaki kepala raja-raja khattiya, yang mabuk kekuasaan, yang terobsesi oleh keserakahan akan kenikmatan indria, yang telah mencapai pengendalian yang stabil di negeri mereka, dan yang memerintah setelah menaklukkan wilayah teritorial yang luas di bumi ini.”257 “Bagaimana menurutmu, Baginda? [101] Di sini, seseorang mendatangimu dari timur, seorang yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan; setelah menghadap, ia berkata kepadamu: ‘Tentu saja, Baginda, engkau harus mengetahui hal ini: aku datang dari timur, dan di sana aku melihat gunung setinggi awan bergerak, menggilas semua makhluk hidup. Lakukanlah apa yang harus engkau lakukan, Baginda.’ Kemudian orang ke dua mendatangimu dari barat … kemudian orang ke tiga mendatangimu dari utara … <226> … kemudian orang ke empat mendatangimu dari selatan, seorang yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan; setelah menghadap, ia berkata kepadamu: ‘Tentu saja, Baginda, engkau harus mengetahui hal ini: aku datang dari selatan, dan di sana aku melihat gunung setinggi awan bergerak, menggilas semua makhluk hidup. Lakukanlah apa yang harus engkau lakukan, Baginda.’ Jika, Baginda, bencana dashyat itu terjadi, kehancuran luar biasa bagi umat manusia, kondisi ke-manusia-an yang sangat sulit diperoleh, apakah yang harus dilakukan?” “Jika, Yang Mulia, bencana dashyat itu terjadi, kehancuran luar biasa bagi umat manusia, kondisi ke-manusia-an yang sangat sulit diperoleh, apa lagikah yang dapat dilakukan kecuali hidup dalam Dhamma, hidup dengan benar, dan melakukan perbuatan baik dan bermanfaat?”258 “Aku beritahukan kepadamu, Baginda, Aku mengumumkan kepadamu, Baginda: usia-tua dan kematian sedang menghampirimu. Ketika usia-tua dan kematian sedang menghampirimu, Baginda, apakah yang harus dilakukan?” “Karena usia-tua dan kematian sedang menghampiriku, Yang Mulia, apa lagikah yang dapat dilakukan kecuali hidup dalam Dhamma, hidup dengan benar, dan melakukan perbuatan baik dan bermanfaat? <227> “Ada, Yang Mulia, perang-perang pasukan gajah [yang dilakukan oleh] raja-raja khattiya yang sah, yang mabuk kekuasaan, yang terobsesi oleh keserakahan akan kenikmatan indria, yang telah mencapai pengendalian yang stabil di negeri mereka, dan yang memerintah setelah menaklukkan wilayah teritorial yang luas di bumi ini; tetapi tidak ada tempat bagi perang-perang pasukan gajah itu, tidak ada ruang bagi mereka, ketika usia-tua dan kematian menghampiri.259 Ada, Yang Mulia, perang-perang pasukan berkuda [yang dilakukan oleh] raja-raja khattiya yang sah … Ada perang-perang pasukan kereta … perang-perang pasukan infantri … [102] tetapi tidak ada tempat bagi perang-perang pasukan infantri itu, tidak ada ruang bagi mereka, ketika usia-tua dan kematian menghampiri. Dalam kerajaan ini, Yang Mulia, terdapat para menteri, yang ketika musuh datang, mampu memecah mereka dengan muslihat, namun tidak ada tempat bagi muslihat, tidak ada ruang bagi muslihat, ketika usia-tua dan kematian menghampiri. Dalam kerajaan ini, Yang Mulia, terdapat emas dan perak dalam jumlah besar tersimpan dalam brankas dan gudang-gudang penyimpanan, dan dengan kekayaan sebanyak itu, kami mampu meredam musuh ketika mereka datang; tetapi tidak ada tempat bagi perang kekayaan, tidak ada ruang baginya, ketika usiatua dan kematian menghampiri. Karena usia-tua dan kematian sedang menghampiriku, Yang Mulia, apa lagikah yang dapat dilakukan kecuali hidup dalam Dhamma, hidup dengan benar, dan melakukan perbuatan baik dan bermanfaat?” <228> “Demikianlah, Baginda! Memang demikian, Baginda! Karena usiatua dan kematian menghampirimu, apa lagikah yang dapat dilakukan kecuali hidup dalam Dhamma, hidup dengan benar, dan melakukan perbuatan baik dan bermanfaat?” Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Setelah mengatakan ini, Yang Sempurna, Sang Guru, lebih lanjut mengatakan:

441. “Bagaikan gunung karang, Tinggi, menjulang ke langit, Menarik segalanya dari segala sisi, Menggilas segalanya di empat penjuru— Demikian pula usia-tua dan kematian datang Menghampiri semua makhluk hidup—

442. Khattiya, Brahmana, Vessa, Sudda, Caṇḍala dan binatang: Tidak menyisakan apa pun sepanjang perjalanannya Namun datang menggilas segalanya.

443. “Tidak ada tempat di sini bagi pasukan gajah, Bagi pasukan kereta dan pasukan infantri. Seseorang tidak dapat mengalahkannya dengan muslihat, Atau membelinya dengan kekayaan. <229>

444. “Oleh karena itu, seorang yang bijaksana di sini, Demi kebaikannya sendiri, Harus dengan teguh mengokohkan keyakinan Dalam Sang Buddha, Dhamma dan Saṅgha.

445. “Ketika seseorang berperilaku sesuai Dhamma Melalui jasmani, ucapan, dan pikiran, Mereka memujinya di sini dalam kehidupan ini, Dan setelah kematian, ia bergembira di alam surga. <230>

 

 

 

 

Leave a Reply 0 comments