Diterjemahkan dari bahasa Pali oleh Bhikkhu Bodhi
I. SUB BAB PERTAMA (UMUR KEHIDUPAN)
1 (1) Latihan Keras
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Uruvelā, di tepi sungai Nerañjara, di bawah pohon Banyan Penggembala, sesaat setelah mencapai Penerangan Sempurna.260 Kemudian, ketika Sang Bhagavā sedang sendirian dalam keheningan, suatu perenungan muncul dalam pikiran-Nya: “Sungguh aku telah terbebas dari petapaan keras itu! Baik sekali bahwa Aku telah terbebas dari petapaan keras yang tidak berguna itu! Baik sekali bahwa, teguh dan penuh perhatian, Aku telah mencapai Penerangan!”261 Kemudian Māra si Jahat, setelah mengetahui melalui pikirannya sendiri apa yang direnungkan oleh Sang Bhagavā, mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada Beliau dalam syair:
446. “Setelah menyimpang dari praktik keras Yang dengannya manusia memurnikan diri mereka, Meskipun tidak suci, Engkau menganggap Engkau suci: <232> Engkau telah kehilangan jalan menuju kesucian.”262
Kemudian Sang Bhagavā, setelah memahami, “Ini adalah Māra si jahat,” menjawab dalam syair:
447. “Setelah mengetahui bahwa semua praktik keras adalah tidak berguna Yang tertuju pada kondisi kekekalan,263 Bahwa semua penebusan adalah sia-sia Bagaikan dayung dan kemudi di atas tanah kering,264
448. Dengan mengembangkan jalan menuju Penerangan— Moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan— Aku telah mencapai kesucian tertinggi: Engkau terkalahkan, Pembuat-akhir!”265
Kemudian, Māra si Jahat, menyadari, “Sang Bhagavā mengenaliku, Yang Sempurna mengenaliku,” sedih dan kecewa, ia lenyap dari sana.
2 (2) Raja Gajah
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Uruvelā, di tepi sungai Nerañjarā, di bawah pohon Banyan Penggembala sesaat setelah mencapai Penerangan Sempurna. [104] <223> Saat itu, Sang Bhagavā sedang duduk di ruang terbuka dalam kegelapan malam yang ketika itu turun hujan gerimis.266 Kemudian Māra si Jahat, ingin menakuti, menimbulkan keraguan, dan meneror Sang Bhagavā, dengan berwujud raja gajah raksasa dan mendekati Sang Bhagavā. Kepalanya seperti batu besar, gadingnya bagaikan perak murni, belalainya bagaikan alat membajak raksasa. Kemudian Sang Bhagavā, setelah memahami, “Ini adalah Māra si Jahat,” berkata kepadanya dalam syair:
449. “Engkau berkelana melalui jalan yang panjang Menciptakan bentuk yang indah maupun menakutkan. Cukup, Penjahat, dengan tipuanmu itu: Engkau dikalahkan, Pembuat-akhir.”267
Kemudian, Māra si Jahat, menyadari, “Sang Bhagavā mengenaliku, Yang Sempurna mengenaliku,” sedih dan kecewa, ia lenyap dari sana.
3 (3) Indah
<234> Ketika berdiam di Uruvelā. Pada saat itu, Sang Bhagavā sedang duduk di ruang terbuka dalam kegelapan malam yang ketika itu turun hujan gerimis. Ketika itu, Māra si Jahat, ingin menakuti, menimbulkan keraguan, dan meneror Sang Bhagavā, mendekati Sang Bhagavā, dan tidak jauh dari Beliau, ia memperlihatkan berbagai bentuk cemerlang, baik yang indah maupun yang menakutkan. Kemudian Sang Bhagavā, setelah memahami, “Ini adalah Māra si jahat,” berkata kepadanya dalam syair:
450. “Engkau berkelana melalui jalan yang panjang Menciptakan bentuk yang indah maupun menakutkan. Cukup, Penjahat, dengan tipuanmu itu: Engkau dikalahkan, Pembuat-akhir.
451. “Mereka yang terkendali dengan baik Dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, Tidak jatuh dalam kuasa Māra Juga tidak menjadi pengikut Māra.”268
Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana. [105]
4 (4) Jerat Māra (1)
<235> Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Bārānasī, di Taman Rusa di Isipatana. Di sana Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu!” 269 “Yang Mulia,” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut: “Para bhikkhu, dengan perhatian sungguh-sungguh, dengan usaha sungguh-sungguh, Aku telah sampai pada kebebasan yang tiada bandingnya, Aku telah mengalami kebebasan yang tiada bandingnya. Kalian juga, dengan perhatian sungguh-sungguh, dengan usaha sungguh-sungguh, harus sampai pada kebebasan yang tiada bandingnya, harus mengalami kebebasan yang tiada bandingnya.”270 Kemudian Māra si Jahat mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada-Nya dalam syair:271
452. “Engkau terikat oleh jerat Māra Baik surgawi maupun manusiawi; Engkau terikat oleh belenggu Māra: Engkau tidak dapat menghindariku, Petapa!”272
[Sang Bhagavā:]453. “Aku terbebas dari jerat Māra Baik surgawi maupun manusiawi; Aku terbebas dari belenggu Māra: <236> Engkau dikalahkan, Pembuat-akhir!” Kemudian Māra si jahat … lenyap dari sana.
5 (5) Jerat Māra (2)
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Bārānasī, di Taman Rusa di Isipatana. Di sana Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu!” “Yang Mulia!” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut: “Para bhikkhu, Aku telah terbebas dari segala jerat, baik surgawi maupun manusiawi. Kalian juga, para bhikkhu, telah terbebas dari segala jerat, baik surgawi maupun manusiawi. Mengembaralah, O, Para bhikkhu, demi kesejahteraan banyak makhluk, demi kebahagiaan banyak makhluk, demi belas kasih terhadap dunia, demi kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Jangan pergi berduaan ke jalan yang sama. Ajarilah, O, Para bhikkhu, Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, indah di akhir, dalam makna dan kata yang benar. Ungkapkanlah kehidupan suci yang lengkap dan murni sempurna. Ada makhluk-makhluk dengan sedikit debu di mata mereka yang akan jatuh karena mereka tidak mendengarkan Dhamma. [106] Ada di antara mereka yang dapat memahami Dhamma. Aku juga, Para bhikkhu, akan pergi ke Senānigama, di Uruvelā untuk mengajarkan Dhamma.”273 <237> Kemudian Māra si Jahat mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada-Nya dalam syair:274
454. “Engkau terikat oleh segala jerat Baik surgawi maupun manusiawi; Engkau terikat oleh belenggu kuat: Engkau tidak dapat menghindariku, Petapa!”
455. “Aku terbebas dari segala jerat Baik surgawi maupun manusiawi; Aku terbebas dari belenggu kuat Engkau dikalahkan, Pembuat-akhir!”
6 (6) Ular
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Rājagaha, di Hutan Bambu, di Taman Suaka Tupai. Pada saat itu, Sang Bhagavā sedang duduk di ruang terbuka dalam kegelapan malam yang ketika itu turun hujan gerimis. Kemudian Māra si jahat … dalam wujud raja ular besar mendekati Sang Bhagavā. <238> Tubuhnya sebesar perahu yang terbuat dari satu batang pohon utuh; tudung kepalanya bagaikan saringan penyuling minuman keras; matanya bagaikan piring makan perunggu dari Kosala; lidahnya mencuat keluar dari mulutnya, bagaikan kilatan halilintar ketika langit bergemuruh; suara nafasnya masuk dan keluar, bagaikan tiupan pandai besi. Kemudian Sang Bhagavā, setelah memahami, “Ini adalah Māra si Jahat,” berkata kepadanya dalam syair:
456. “Ia yang mendatangi gubuk kosong sebagai tempat tinggal— Ia adalah seorang bijaksana, terkendali. Ia seharusnya menetap di sana, setelah melepaskan segalanya: Itu adalah yang seharusnya bagi seseorang sepertinya.275
457. “Walaupun banyak makhluk merayap, Banyak teror, lalat, ular-ular, [107] <239> Sang bijaksana mulia masuk ke gubuk kosongnya Tidak tergerak bahkan sehelai rambut pun, oleh karenanya.
458. “Walaupun langit terbelah; bumi berguncang, Dan semua makhluk didera ketakutan, Walaupun orang-orang mengacungkan panah ke dadanya, Yang Tercerahkan tidak berlindung dalam perolehannya.”276
Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana.
7 (7) Tidur
Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Rājagaha, di Hutan Bambu, di Taman Suaka Tupai. Kemudian, ketika malam berakhir, Sang Bhagavā, setelah melewatkan malam itu dengan berjalan mondar-mandir di ruang terbuka, mencuci kaki-Nya, memasuki tempat kediaman-Nya, dan berbaring di sisi kanan-Nya dalam posisi singa, dengan satu kaki di atas kaki lain-Nya, penuh perhatian dan pemahaman murni, memperhatikan gagasan munculnya. Kemudian Māra si Jahat mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada Beliau dalam syair: <240>
459. “Apa, Engkau tidur? Mengapa Engkau tidur? Apa ini, Engkau tidur seperti orang celaka?277 Merasa bahwa gubuk ini kosong, Engkau tidur: Apa ini, Engkau tidur ketika matahari telah terbit?”
[Sang Bhagava:]460. “Dalam diri-Nya, keinginan tidak lagi bersembunyi, Menjerat dan mengikat, membawa-Nya ke mana pun; Dengan penghancuran segala perolehan Yang Sadar tidur: Mengapa hal ini merisaukanmu, Māra?”278
Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana.
8 (8) Ia Bergembira
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Kemudian Māra si Jahat mendekati Sang Bhagavā dan melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavā:
461. “Seseorang yang memiliki putra bergembira dalam putranya, Seseorang dengan ternak bergembira dalam ternaknya. [108] <241> Perolehan sungguh adalah kegembiraan manusia; Tanpa perolehan, seseorang tidak bergembira.”
[Sang Bhagavā:]462. “Seseorang yang memiliki putra bersedih karena putranya, Seseorang yang memiliki ternak bersedih karena ternaknya. Perolehan sungguh adalah kesedihan manusia; Tanpa perolehan, seseorang tidak bersedih.”
Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana.
9 (9) Umur Kehidupan (1)
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Rājagaha, di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai. Di sana Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu!” “Yang Mulia!” jawab para bhikkhu itu. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut: “Para bhikkhu, umur kehidupan manusia ini singkat. Seseorang harus pergi ke kehidupan berikutnya. Seseorang harus melakukan apa yang bermanfaat dan menjalani kehidupan suci; karena seseorang yang telah dilahirkan tidak mungkin menghindari kematian. Seorang yang berumur panjang, Para bhikkhu, hidup selama seratus tahun atau sedikit lebih lama.” Kemudian Māra si jahat mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada Beliau dalam syair:
463. “Umur kehidupan manusia adalah panjang, Orang baik seharusnya tidak meremehkannya. Seseorang harus hidup bagai bayi mengisap susu: Kematian masih belum tiba.”279 <242>
[Sang Bhagavā:]464. “Umur kehidupan manusia adalah singkat, Orang baik seharusnya meremehkannya. Seseorang harus hidup bagaikan seorang dengan kepala terbakar: Tidak mungkin menghindari datangnya kematian.”
Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana.
10 (10) Umur Kehidupan (2)
(Pembukaan sama seperti Sutta sebelumnya:) Kemudian Māra si jahat mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada Beliau dalam syair: [109]
465. “Siang dan malam tidak berlalu dengan cepat, Kehidupan belum berakhir. Umur kehidupan makhluk-makhluk bergulir panjang Bagaikan roda kereta mengelilingi sumbunya.”280 <243>
[Sang Bhagavā:]466. “Siang dan malam berlalu dengan cepat, Kehidupan segera berakhir. Umur kehidupan makhluk-makhluk semakin berkurang Bagaikan air di parit.”
Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana.