Diterjemahkan dari bahasa Pali oleh Bhikkhu Bodhi
II. PARA SISWA AWAM
11 (1) Kasi Bhāradvāja
Demikianlah yang kudengar.458 Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di antara penduduk Magadha, di Dakkhiṇāgiri dekat desa Brahmana Ekanāḷa. Pada saat itu, Brahmana Kasi Bhāradvāja, Bhāradvāja si pembajak sawah, memasang lima ratus bajak ke gandarnya pada waktu penanaman.459 Kemudian pagi hari itu, Sang Bhagavā merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah-Nya, pergi ke tempat di mana Brahmana Kasi Bhāradvāja sedang bekerja. Pada saat itu, sedang berlangsung pembagian makanan Brahmana Kasi Bhāradvāja.460 Kemudian Sang Bhagavā mendekati tempat pembagian makanan <370> dan berdiri di satu sisi. Brahmana Kasi Bhāradvāja melihat Sang Bhagavā berdiri untuk menerima dana makanan dan berkata kepada Beliau: “Petapa, aku membajak dan menanam, dan ketika aku telah membajak dan menanam, aku makan. Engkau juga, seharusnya membajak dan menanam; kemudian, ketika Engkau telah membajak dan menanam, Engkau boleh makan.” “Aku juga, Brahmana, membajak dan menanam, dan ketika Aku telah membajak dan menanam, Aku makan.” “Tetapi kami tidak melihat gandar atau bajak atau tongkat atau galah pengendali atau sapi milik Guru Gotama; namun Guru Gotama mengatakan, ‘Aku juga, Brahmana, membajak dan menanam, dan ketika Aku telah membajak dan menanam, Aku makan.’” Kemudian Brahmana Kasi Bhāradvāja berkata kepada Sang Bhagavā dalam syair: <371>
662. “Engkau mengaku sebagai seorang yang bekerja dengan bajak, Tetapi aku tidak melihat alat bajak-Mu. Jika Engkau adalah seorang pembajak sawah, jawablah: Bagaimana kami memahami pembajakan-Mu?”
[Sang Bhagavā:]663. “Keyakinan adalah benih, latihan keras adalah hujan, Kebijaksanaan adalah gandar dan bajak; Rasa malu adalah galah, pikiran adalah pengikat-gandar, Perhatian adalah mata bajak dan tongkat kendali-Ku.461
664. “Terkendali dalam jasmani, terkendali dalam ucapan, Terkendali dalam nafsu makan, Aku menggunakan kebenaran sebagai pencabut-rumput, Dan kelembutan sebagai pelepas gandar.462 [173]
665. “Semangat adalah kuda-beban-Ku, Membawa-Ku ke tempat yang aman dari belenggu. Yang berjalan maju tanpa berhenti Ke mana, setelah pergi, seseorang tidak bersedih.463
666. Demikianlah pembajakan ini dilakukan Yang menghasilkan Keabadian sebagai buahnya. Setelah menyelesaikan pekerjaan membajak ini, <372> Seseorang terbebaskan dari segala penderitaan.”
“Silakan Guru Gotama makan! Seorang pembajak yang layak menerima persembahan, karena Guru Gotama membajak bahkan Keabadian sebagai buahnya.”
667-68. “Makanan yang diperoleh setelah syair-syair dilantunkan … (syair – 636-37) … Karena Beliau adalah ladang bagi ia yang mencari jasa.”
Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Kasi Bhāradvāja berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! Dhamma telah dibabarkan dalam berbagai cara oleh Guru Gotama, bagaikan menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap bagi mereka yang memiliki mata agar dapat melihat bentuk-bentuk. <373> Aku berlindung pada Guru Gotama, dan pada Dhamma, dan pada Bhikkhu Saṅgha. Semoga Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang sejak hari ini menyatakan berlindung hingga seumur hidup.”
12 (2) Udaya
Di Sāvatthī. Kemudian, pada pagi hari, Sang Bhagavā merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah-Nya, mendekati rumah Brahmana Udaya. Kemudian Brahmana Udaya mengisi mangkuk Sang Bhagavā dengan nasi. Untuk ke dua kalinya di pagi hari, Sang Bhagavā merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah-Nya, mendekati rumah Brahmana Udaya … Untuk ke tiga kalinya di pagi hari, Sang Bhagavā merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah-Nya, mendekati rumah Brahmana Udaya.464 Kemudian untuk ke tiga kalinya, Brahmana Udaya mengisi mangkuk Sang Buddha dengan nasi. [174] Setelah itu, ia berkata kepada Sang Bhagavā: “Petapa Gotama pengganggu ini selalu datang kembali lagi dan lagi.”465
[Sang Bhagavā:]669. “Lagi dan lagi, mereka menanam benih; Lagi dan lagi, dewa langit menurunkan hujan; <374> Lagi dan lagi, pembajak membajak sawah; Lagi dan lagi, hasil panen masuk ke lumbung.
670. “Lagi dan lagi, pengemis mengemis; Lagi dan lagi, si donor memberi; Ketika si donor memberi lagi dan lagi, Lagi dan lagi mereka pergi ke surga.
671. “Lagi dan lagi, pemerah susu memerah susu; Lagi dan lagi, anak sapi mendatangi induknya; Lagi dan lagi, seseorang lelah dan gemetar; Lagi dan lagi, si dungu memasuki rahim; Lagi dan lagi, seseorang lahir dan mati; Lagi dan lagi, mereka membawa seseorang ke pekuburan.
672. “Tetapi ketika seseorang telah memperoleh Sang Jalan Yang membawa menuju tiadanya kehidupan yang baru, Setelah memiliki kebijaksanaan luas, Seseorang tidak terlahir lagi dan lagi!”
Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Udaya berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! … Semoga Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang sejak hari ini telah menyatakan berlindung seumur hidup.” <375>
13 (3) Devahita
Di Sāvatthī. Pada saat itu, Sang Bhagavā sedang masuk angin dan Yang Mulia Upavāṇa adalah pelayanNya.466 Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Upavāṇa sebagai berikut: “Pergilah, Upavāṇa, carikan air panas untuk-Ku.” “Baik, Yang Mulia,” Yang Mulia Upavāṇa menjawab. Kemudian ia merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubahnya, pergi ke rumah Brahmana Devahita, di mana ia berdiri diam di satu sisi. Brahmana Devahita melihat Yang mulia Upavāṇa berdiri diam di satu sisi dan berkata kepadanya dalam syair: [175]
673. “Diam, Yang Mulia berdiri, Kepala tercukur, berpakaian jubah jahitan. Apa yang engkau inginkan, apa yang engkau cari, Untuk meminta apakah, engkau datang ke sini?”
[Yang Mulia Upavāṇa:]674. “Sang Arahanta, Yang Sempurna di dunia ini, Sang Bijaksana, sedang masuk angin, <376> Jika ada air panas, Brahmana, Mohon berikan untuk Sang Bijaksana.
675. “Ia disembah oleh mereka yang layak menerima persembahan, Dimuliakan oleh mereka yang layak dimuliakan, Dihormati oleh mereka yang layak dihormati: Untuk Beliaulah aku ingin membawanya.”
Kemudian Brahmana Devahita memerintahkan pelayannya untuk mengambil pikulan dengan air panas dan memberikan sekantung sirop gula kepada Yang Mulia Upavāṇa.Kemudian Yang Mulia Upavāṇa mendatangi Sang Bhagavā. Ia memandikan Sang Bhagavā dengan air hangat, dan ia mencampur sirop gula dengan air panas dan mempersembahkannya kepada Beliau. Kemudian penyakit Sang Bhagavā lenyap. Kemudian Brahmana Devahita mendatangi Sang Bhagavā dan saling bertukar sapa dengan Beliau, setelahnya, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagavā dalam syair:
676. “Ke manakah seseorang seharusnya memberikan pemberian yang benar? <377> Ke manakah sebuah pemberian yang menghasilkan buah yang besar? Bagaimanakah, bagi seseorang yang memberikan persembahan, Apakah persembahan itu membawa keberhasilan— bagaimanakah?”467
[Sang Bhagavā:]677. “Seseorang yang telah mengetahui masa lampaunya, Yang melihat alam surga dan alam sengsara, Yang telah mencapai hancurnya kelahiran, Seorang bijaksana yang sempurna dalam pengetahuan langsung:
678. Di sini seseorang harus memberikan pemberian yang benar, Di sini suatu pemberian menghasilkan buah besar. Itulah bagaimana, bagi seseorang yang memberikan persembahan, Suatu persembahan yang membawa keberhasilan— demikianlah!”
Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Devahita berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! … Semoga Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang sejak hari ini telah menyatakan berlindung seumur hidup.”
14 (4) Yang Kaya-raya
Di Sāvatthī.468 Kemudian seorang brahmana kaya-raya, lusuh, berpakaian jubah usang, [176] mendatangi Sang Bhagavā <378> dan saling bertukar sapa dengan Beliau. Ketika mereka telah menutup sapaan dan ramah tamah, ia duduk di satu sisi dan Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Mengapa, Brahmana, engkau begitu lusuh, berpakaian jubah usang?” “Guru Gotama, keempat putraku, dihasut oleh istri mereka, telah mengusirku dari rumah.”
“Baiklah, Brahmana, pelajarilah syair ini dan lantunkanlah ketika banyak orang telah berkumpul di aula pertemuan dengan putraputramu duduk bersama di sana:
679. “Mereka yang kelahirannya membuatku gembira Dan yang keberhasilannya sangat kuinginkan, Karena dihasut oleh istri mereka, Mengusirku keluar seperti anjing mengusir babi.
680. “Anak-anak jahat ini sesungguhnya berniat, Walaupun mereka memanggilku, ‘Ayah, Ayah sayang.’ Mereka adalah siluman dalam samaran anak <379> Untuk meninggalkanku ketika aku sudah tua.
681. “Bagaikan seekor kuda tua yang tidak berguna Dijauhkan dari makanannya, Demikian pula ayah tua ini dari anak-anaknya Meminta makanan dari rumah lain.
682. “Tongkat yang kugunakan lebih baik buatku Daripada putra-putra tidak patuh itu; Karena tongkatku mengusir sapi liar Dan mengusir anjing liar.
683. “Dalam gelap, ia berjalan di depanku, Di tempat yang dalam, ia memberiku pegangan. Berkat kekuatan yang ramah dari tongkat ini, Jika aku tersandung, aku tetap berdiri tegak.”
Kemudian brahmana kaya-raya itu, setelah mempelajari syair-syair ini di hadapan Sang Bhagavā, melantunkannya ketika banyak orang telah berkumpul di aula pertemuan dengan putra-putranya duduk bersama di sana.
684-88. “Mereka yang kelahirannya membuatku gembira … <380> Jika aku tersandung aku tetap berdiri tegak.” [177]
Kemudian putra-putra itu menuntun brahmana kaya-raya itu ke rumah mereka, memandikannya, dan masing-masing memberikan sepasang pakaian. Kemudian brahmana kaya-raya itu, setelah mengambil sepasang pakaian, mendatangi Sang Bhagavā dan saling bertukar sapa dengan Beliau. <381> Kemudian ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagavā: “Guru Gotama, kami para brahmana mencari ongkos guru bagi guru kami. Sudilah Guru Gotama menerima ongkos guru dariku.” Sang Bhagavā menerimanya demi belas kasihNya.
Kemudian brahmana kaya-raya itu berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! … Semoga Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang sejak hari ini telah menyatakan berlindung seumur hidup.”
15 (5) Mānatthaddha
Di Sāvatthī. Pada saat itu, seorang brahmana bernama Mānatthaddha, yang angkuh, sedang berdiam di Sāvatthī.469 Ia tidak menghormat kepada ibu atau ayahnya, juga tidak kepada gurunya atau saudara tuanya. Pada saat itu, Sang Bhagavā sedang mengajarkan Dhamma dikelilingi oleh banyak orang. <382> Kemudian Brahmana Mānatthaddha berpikir: “Petapa Gotama ini sedang mengajarkan Dhamma dengan dikelilingi oleh banyak orang. Aku akan mendekati-Nya. Jika Petapa Gotama berbicara kepadaku, maka aku akan berbicara pada-Nya sebagai balasan. Tetapi jika Ia tidak berbicara kepadaku, maka aku juga tidak akan berbicara pada-Nya.” Kemudian Brahmana Mānatthaddha mendekati Sang Bhagavā dan berdiri diam di satu sisi, tetapi Sang Bhagavā tidak berbicara kepadanya. Kemudian Brahmana Mānatthaddha berpikir, “Petapa Gotama ini tidak tahu apa-apa,”470 ingin berbalik, [178] tetapi Sang Bhagavā, setelah mengetahui pikiran si brahmana itu dengan pikiranNya sendiri, berkata kepada Brahmana Mānatthaddha dalam syair:
689. “Mengembangkan keangkuhan adalah tidak pernah baik Bagi seseorang yang bersemangat demi kesejahteraannya, Brahmana. Engkau seharusnya mengembangkan tujuan itu Yang karenanya, engkau datang ke sini.”471 <383>
Kemudian Brahmana Mānatthaddha berpikir, “Petapa Gotama mengetahui pikiranku,” ia bertiarap di sana dengan kepalanya di kaki Sang Bhagavā. Ia mencium kaki Sang Bhagavā, menepuknya dengan tangannya, dan menyebutkan namanya: “Aku Mānatthaddha, Guru Gotama! Aku Mānatthaddha, Guru Gotama!” Kemudian kerumunan orang banyak itu terkesima dengan pemandangan itu dan orang-orang berkata: “Sungguh menakjubkan, Tuan! Sungguh mengagumkan, Tuan! Brahmana Mānatthaddha ini tidak menghormat ibu dan ayahnya, juga tidak kepada guru atau saudara tuanya, namun ia memperlihatkan penghormatan tertinggi kepada Petapa Gotama.”472 Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Brahmana Mānatthaddha: “Cukup, Brahmana! Bangun dan duduklah di tempatmu, karena pikiranmu telah berkeyakinan terhadap-Ku.” Kemudian Brahmana Mānatthaddha duduk di tempat duduknya dan berkata kepada Sang Bhagavā dalam syair:
690. “Kepada siapakah seseorang harus menghindari keangkuhan? Kepada siapakah seseorang harus menunjukkan penghormatan? Kepada siapakah seseorang harus menghormat? <384> Siapakah yang selayaknya dihormati dengan mendalam?”
[Sang Bhagavā:]691. “Pertama ibu dan ayah seseorang, Kemudian saudara kandung yang lebih tua, Kemudian gurunya sebagai yang ke empat: Kepada orang-orang ini, ia seharusnya menghindari keangkuhan; Kepada orang-orang ini, ia seharusnya menghormat; Orang-orang ini seharusnya dihormati dengan baik; Orang-orang ini baik sekali dihormati dengan mendalam.
692. “Setelah menaklukkan keangkuhan, rendah hati, Seseorang harus memberi hormat kepada para Arahanta, Mereka yang berhati dingin, tugas-tugasnya telah selesai, Yang tanpa-noda, tiada bandingnya.”
Kemudian setelah hal ini diucapkan, Brahmana Mānatthaddha berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! … <385> Semoga Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang sejak hari ini telah menyatakan berlindung seumur hidup.” [179]
16 (6) Paccanīka
Di Sāvatthī. Pada saat itu, seorang brahmana bernama Paccanīkasāta, Peminat Kontradiksi, sedang berdiam di Sāvatthī. Kemudian Brahmana Paccanīkasāta berpikir: “Aku akan mendatangi Petapa Gotama dan membantah apa pun yang Ia katakan.” Pada saat itu, Sang Bhagavā sedang berjalan mondar-mandir di ruang terbuka. Kemudian Brahmana Paccanīkasāta mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada Beliau selagi Beliau sedang berjalan mondar-mandir: “Bicarakan Dhamma, Petapa!”
[Sang Bhagavā:]693. “Nasihat yang disampaikan dengan baik adalah sulit dipahami Oleh ia yang menyukai kontradiksi, Oleh ia yang berpikiran buruk <386> Yang suka menyerang.
694. “Tetapi jika seseorang telah melenyapkan minat menyerang Dan ketidakpercayaan dalam hatinya, Jika ia telah menyingkirkan ketidaksenangan, Ia dapat memahami nasihat yang disampaikan dengan baik.” Ketika hal ini diucapkan, Brahmana Paccanīkasāta berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! … Semoga Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang sejak hari ini telah menyatakan berlindung seumur hidup.”
17 (7) Navakammika
Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di antara penduduk Kosala di suatu hutan. Pada saat itu, Brahmana Navakammika Bhāradvāja sedang menyelesaikan pekerjaan di hutan itu.473 Brahmana Navakammika Bhāradvāja melihat Sang Bhagavā sedang duduk bersila di bawah pohon sal, dengan tubuh tegak, dan penuh perhatian ke arah depan-Nya. Setelah melihat Beliau, ia berpikir: <387> “Aku gembira dalam menyelesaikan pekerjaanku di hutan ini. Dalam menyelesaikan apakah Petapa Gotama ini bergembira?” Kemudian Brahmana Navakammika Bhāradvāja mendekati Sang Bhagavā [180] dan berkata kepada Beliau dalam syair:
695. “Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan Di sini, di hutan sal ini, Bhikkhu, Yang karenanya, Engkau bergembira Sendirian di dalam hutan ini, Gotama?”
[Sang Bhagavā:]696. “Tidak ada yang perlu Kulakukan di hutan ini; Setelah memotong akar, hutanKu mengering. Tanpa pepohonan dan tanpa-duri, ketidakpuasan lenyap, Aku bergembira sendirian di dalam hutan.”474 <388>
Ketika hal ini diucapkan, Brahmana Navakammika Bhāradvāja berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! … Semoga Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang sejak hari ini telah menyatakan berlindung seumur hidup.”
18 (8) Pengumpul Kayu
Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di antara penduduk Kosala, di suatu hutan. Pada saat itu, sejumlah anak brahmana, muridmurid seorang brahmana dari suku Bhāradvāja, mendatangi hutan sewaktu mengumpulkan kayu bakar. Setelah mendekat, mereka melihat Sang Bhagavā, sedang duduk bersila di bawah pohon, dengan tubuh tegak, dan penuh perhatian ke arah depan-Nya. Setelah melihat Beliau, mereka mendatangi brahmana dari suku Bhāradvāja dan berkata kepadanya: “Lihatlah, Guru, engkau harus tahu bahwa di hutan itu ada seorang Petapa sedang duduk bersila, dengan tubuh tegak, dan penuh perhatian ke arah depan-Nya.” Kemudian brahmana dari suku Bhāradvāja itu, bersama dengan anak-anak brahmana itu, pergi ke hutan. Ia melihat Sang Bhagavā sedang duduk di sana … <389> … penuh perhatian ke arah depan-Nya. Ia kemudian mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada-Nya dalam syair:
697. “Setelah memasuki hutan yang kosong, terpencil, Jauh di dalam hutan di mana banyak teror bersembunyi, [181] Dengan tubuh tidak bergerak, kokoh, elok, Bagaimana Engkau bermeditasi, Bhikkhu, dengan begitu indah!475
698. “Di dalam hutan di mana tidak ada suara musik atau nyanyian, Sang bijaksana penyendiri masuk ke hutan! Ini membuatku terheran-heran—bahwa Engkau berdiam Dengan pikiran gembira sendirian di dalam hutan.
699. “Aku menduga Engkau menginginkan tiga surga tertinggi, Bersama dengan raja para dewa penguasa dunia ini. <390> Oleh karena itu, Engkau memasuki hutan terpencil ini: Engkau mempraktikkan penebusan untuk mencapai Brahmā.”476
[Sang Bhagavā:]700. “Apa pun keinginan dan kegembiraan yang banyak itu Yang selalu melekat pada banyak unsur, Keinginan itu muncul dari akar ketidaktahuan: Semuanya telah Kuhancurkan hingga ke akar-akarnya.477
701. “Aku tanpa keinginan, tanpa kemelekatan, tanpa kesibukan; Penglihatan-Ku atas segala sesuatu telah murni. Setelah mencapai—Penerangan Tertinggi—yang mengagumkan Penuh keyakinan, Brahmana, Aku bermeditasi sendirian.”478
Ketika hal ini diucapkan, Brahmana dari suku Bhāradvāja berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! … Semoga Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang sejak hari ini telah menyatakan berlindung seumur hidup.”
19 (9) Penyokong Ibu
<391> Di Sāvatthī. Kemudian seorang brahmana yang menyokong ibunya mendekati Sang Bhagavā … dan berkata kepada Beliau: “Guru Gotama, aku mencari nafkah dengan benar, dan dengan cara demikian, menyokong ibu dan ayahku. Dalam melakukan itu, apakah aku melakukan kewajibanku?” “Tentu saja, Brahmana, dalam melakukan demikian, engkau melakukan kewajibanmu. Seseorang yang mencari nafkah dengan benar [182] dan dengan cara demikian, menyokong ibu dan ayahnya menghasilkan banyak jasa.”
702. “Ketika seseorang dengan benar menyokong orang tuanya, Karena pelayanan ini terhadap mereka Para bijaksana memujinya di sini di dunia ini, Dan setelah kematian, ia bergembira di alam surga.” <392>
Ketika hal ini diucapkan, brahmana yang menyokong ibunya itu berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! … Semoga Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang sejak hari ini telah menyatakan berlindung seumur hidup.”
20 (10) Peminta-minta
Di Sāvatthī. Kemudian seorang brahmana peminta-minta mendekati Sang Bhagavā … dan berkata kepada Beliau: “Guru Gotama, aku adalah seorang peminta-minta dan Engkau adalah seorang peminta-minta. Apakah perbedaan antara kita dalam hal ini?”479
[Sang Bhagavā:]703. “Seseorang disebut peminta-minta bukanlah, Karena ia meminta dana makanan dari orang lain. Jika seseorang menjalankan praktik rumah tangga, Ia masih belum menjadi seorang bhikkhu.480
704. “Tetapi seseorang yang menjalani hidup suci, Setelah mengusir kebaikan dan kejahatan, <393> Yang mengembara di dunia ini dengan pemahaman: Ia sesungguhnya disebut seorang bhikkhu.”
Ketika hal ini diucapkan, Brahmana peminta-minta itu berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! … Semoga Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang sejak hari ini telah menyatakan berlindung seumur hidup.”
21 (11) Saṅgārava
Di Sāvatthī. Pada saat itu, seorang brahmana bernama Saṅgārava sedang berdiam di Sāvatthī. Ia adalah seorang praktisi pemurnian-air, seorang yang meyakini pemurnian oleh air, yang berlatih dengan cara merendam tubuhnya dalam air pada petang hari dan fajar. Kemudian, pagi hari itu, Yang Mulia Ānanda merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah, memasuki Sāvatthī untuk menerima dana makanan. Setelah berjalan untuk menerima dana makanan di Sāvatthī, ketika ia telah kembali dari menerima dana makanan, setelah makan, ia mendekati Sang Bhagavā, memberi hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi, [183] dan berkata kepada Beliau: “Di sini, Yang Mulia, seorang brahmana bernama Saṅgārava sedang berdiam di Sāvatthī. Ia adalah seorang praktisi pemurnian air … berlatih dengan cara merendam tubuhnya di air pada petang hari dan fajar. Baik sekali, Yang Mulia, jika Bhagavā sudi mendatangi rumah Brahmana Saṅgārava <394> demi belas kasih kepadanya.” Sang Bhagavā menyetujui dengan berdiam diri. Kemudian, pagi harinya, Sang Bhagavā merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah-Nya, mendekati rumah Brahmana Saṅgārava, di mana Ia duduk di tempat yang telah disediakan. Kemudian Brahmana Saṅgārava mendekati Sang Bhagavā dan saling bertukar sapa dengan Beliau, setelah itu ia duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Benarkah, Brahmana, bahwa engkau adalah seorang praktisi pemurnian-air, seorang yang meyakini pemurnian oleh air, yang berlatih dengan cara merendam tubuhnya dalam air pada petang hari dan fajar?” “Benar, Guru Gotama.” “Dengan mempertimbangkan manfaat apakah engkau melakukan hal ini, Brahmana?” “Di sini, Guru Gotama, kejahatan apa pun yang telah kulakukan selama hari ini, aku mencucinya dengan mandi di petang hari. Kejahatan apa pun yang telah kulakukan pada malam hari, aku mencucinya saat fajar.” <395>
[Sang Bhagavā:]705. “Dhamma, Brahmana, adalah sebuah danau dengan kanal penyeberangan moralitas— Jernih, dipuji oleh orang-orang baik sebagai baik— Di mana para guru pengetahuan mandi, Dan, dengan tubuh kering, menyeberang ke pantai seberang.”481
Ketika hal ini diucapkan, Brahmana Saṅgārava berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! … Semoga Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang sejak hari ini telah menyatakan berlindung seumur hidup.” [184]
22 (12) Khomadussa
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di antara penduduk Sakya di mana terdapat sebuah kota Sakya bernama Khomadussa.482 Kemudian Sang Bhagavā merapikan jubah, membawa mangkuk dan jubah-Nya, memasuki Khomadussa untuk menerima dana makanan. Pada saat itu, para brahmana perumah tangga Khomadussa telah berkumpul dalam dewan untuk suatu urusan saat hujan gerimis. <396> Kemudian Sang Bhagavā mendekati dewan itu. Dari jauh, para brahmana perumah tangga Khomadussa melihat Sang Bhagavā datang dan berkata: “Siapakah para petapa gundul ini? Apakah mereka tidak mengetahui aturan komunitas?”483 Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para brahmana perumah tangga Khomadussa dalam syair:
706. “Tidak ada dewan di mana orang baik tidak hadir; Mereka yang tidak membicarakan Dhamma bukanlah orang baik. Tetapi setelah meninggalkan nafsu, kebencian, dan kebodohan, Mereka yang membicarakan Dhamma adalah orang baik.”
Ketika hal ini dikatakan, para brahmana perumah tangga Khomadussa berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! Dhamma telah dibabarkan dalam berbagai cara oleh Guru Gotama, bagaikan menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap bagi mereka yang memiliki mata agar dapat melihat bentuk-bentuk. Kami berlindung pada Guru Gotama, dan pada Dhamma, dan pada Bhikkhu Saṅgha. Semoga Guru Gotama mengingat kami sebagai para umat awam yang sejak hari ini menyatakan berlindung hingga seumur hidup.” <397>