Diterjemahkan dari bahasa Pali oleh Bhikkhu Bodhi
BAB VIII 8
Vaṅgīsasaṃyutta
Khotbah Berkelompok
Sehubungan dengan Vaṅgīsa
1 Pelepasan
Demikianlah yang kudengar.484 Pada suatu ketika, Yang Mulia Vaṅgīsa sedang berdiam di Āḷavī, di Kuil Aggāḷava bersama dengan penahbisnya, Yang Mulia Nigrodhakappa.485 Pada saat itu, Yang Mulia Vaṅgīsa yang baru ditahbiskan, belum lama meninggalkan keduniawian, telah ditugaskan sebagai penanggung jawab kediaman. Kemudian sejumlah perempuan, berdandan cantik, mendatangi Taman Aggāḷavaka untuk melihat kediaman itu. Ketika Yang Mulia Vaṅgīsa melihat para perempuan itu, ketidakpuasan muncul dalam dirinya; nafsu memenuhi pikirannya.486 Kemudian ia berpikir: “Sungguh suatu kerugian bagiku, tidak bermanfaat bagiku! Sungguh suatu kecelakaan bagiku, tidak diperoleh dengan baik olehku, ketidakpuasan telah muncul dalam diriku, nafsu memenuhi pikiranku. Bagaimana mungkin orang lain dapat melenyapkan ketidakpuasanku dan membangkitkan kegembiraan? <399> Aku akan melenyapkan ketidakpuasanku dan membangkitkan kegembiraan olehku sendiri.” Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa, setelah melenyapkan ketidakpuasannya dan membangkitkan kegembiraan oleh dirinya sendiri, pada saat itu melantunkan syair-syair ini:
707. “Aduh, walaupun aku adalah seorang yang telah meninggalkan keduniawian, Meninggalkan rumah dan menjalani kehidupan tanpa rumah, Pikiran-pikiran ini masih mengejarku, Pikiran-pikiran kotor dari Yang Gelap.487
708. “Bahkan jika para pemuda pemanah yang kuat dan terampil, Orang-orang terlatih, para ahli busur, Seribu orang seperti itu yang tidak melarikan diri Mengepungku dari segala sisi,488
709. Dan jika perempuan-perempuan datang Lebih banyak dari ini, Mereka tidak akan pernah membuatku gemetar Karena aku berdiri tegak dalam Dhamma.489 [186]
710. “Aku telah mendengar ini sebagai saksi <400> Dari Sang Buddha, sanak saudara Matahari: Jalan menuju Nibbana— Itulah di mana pikiranku bergembira.490
711. “Jika, ketika aku berdiam demikian, Engkau mendekatiku, Penjahat, Aku akan bertindak sedemikian, O, Kematian, Sehingga engkau bahkan tidak akan melihat jalanku.”491
2 Ketidakpuasan
Pada suatu ketika, Yang Mulia Vaṅgīsa sedang berdiam di Āḷavī, di Kuil Aggāḷava bersama dengan penahbisnya, Yang Mulia Nigrodhakappa. Pada saat itu, ketika Yang Mulia Nigrodhakappa kembali dari perjalanan menerima dana makanan, setelah makan, ia akan masuk ke tempat kediamannya dan akan keluar pada malam harinya atau keesokan harinya. Pada saat itu, ketidakpuasan muncul dalam diri Yang Mulia Vaṅgīsa; nafsu memenuhi pikirannya. Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa berpikir: “Sungguh suatu kerugian bagiku, tidak bermanfaat bagiku! Sungguh suatu kecelakaan bagiku, tidak diperoleh dengan baik olehku, ketidakpuasan telah muncul dalam diriku, nafsu memenuhi pikiranku. <401> Bagaimana mungkin orang lain dapat melenyapkan ketidakpuasanku dan membangkitkan kegembiraan? Aku akan melenyapkan ketidakpuasanku dan membangkitkan kegembiraan olehku sendiri.”
Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa, setelah melenyapkan ketidakpuasannya dan membangkitkan kegembiraan oleh dirinya sendiri, pada saat itu melantunkan syair-syair ini:
712. “Setelah meninggalkan ketidakpuasan dan kegembiraan Dan pikiran ke-rumahtangga-an seluruhnya, Seseorang seharusnya tidak memelihara nafsu terhadap apa pun; Orang yang tanpa nafsu, tanpa kegembiraan— Ia adalah seorang bhikkhu sejati.492
713. “Apa pun yang ada di sini, di bumi dan di angkasa, Terdiri dari bentuk, termasuk dunia ini— Segalanya yang tidak kekal menjadi usang; Para bijaksana mengembara setelah menembus kebenaran ini.493 <402>
714. “Orang-orang terikat pada perolehan mereka, Pada apa yang dilihat, didengar, dicerap, dirasa; Lenyapkan keinginan akan hal-hal ini, tidak tergoyahkan: Mereka menyebutnya seorang bijaksana Yang tidak melekat pada apa pun di sini.494 [187]
715. “Kemudian mereka yang tertangkap dalam enam puluh, Yang dibawa oleh pikiran mereka sendiri— Ada banyak di antara orang-orang Yang kokoh pada ajaran salah: Seseorang yang tidak bergabung dengan kelompok mereka di mana pun, Juga tidak mengucapkan kata-kata salah—dia adalah seorang bhikkhu.495
716. “Terampil, terlatih lama dalam konsentrasi, Jujur, waspada, tidak menginginkan, Sang bijaksana ini telah mencapai kondisi damai, Bergantung padanya, ia melewatkan waktunya Padam sepenuhnya dalam dirinya.”496 <403>
3 Berperilaku Baik
Pada suatu ketika, Yang Mulia Vaṅgīsa sedang berdiam di Āḷavī, di Kuil Aggāḷava bersama dengan penahbisnya, Yang Mulia Nigrodhakappa. Pada saat itu, Yang Mulia Vaṅgīsa karena kecerdasannya, telah meremehkan bhikkhu lain yang berperilaku baik.497 Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa berpikir: “Sungguh suatu kerugian bagiku, tidak bermanfaat bagiku! Sungguh suatu kecelakaan bagiku, tidak diperoleh dengan baik olehku, bahwa karena kecerdasanku, aku meremehkan bhikkhu lain yang berperilaku baik.” Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa, setelah merasa menyesal, pada saat itu melantunkan syair-syair ini:
717. “Tinggalkan keangkuhan, O, Gotama, Dan tinggalkan sepenuhnya jalan keangkuhan. Terpengaruh oleh jalan keangkuhan, Engkau akan menyesal dalam waktu yang lama.498 <404>
718. “Orang-orang yang suka mencemooh, Terbunuh oleh keangkuhan, jatuh ke neraka. Orang-orang bersedih dalam waktu yang lama. Terbunuh oleh keangkuhan, terlahir kembali di neraka.
719. “Tetapi seorang bhikkhu tidak pernah bersedih sama sekali, Seorang yang mengetahui Sang Jalan berlatih dengan benar. Ia mengalami sambutan dan kebahagiaan; Sungguh mereka menyebutnya seorang bijak dalam Dhamma.499 [188].
720. “Oleh karena itu, luweslah di sini dan tekunlah, Setelah meninggalkan rintangan-rintangan, menjadi murni. Setelah sepenuhnya meninggalkan keangkuhan, Jadilah pembuat-akhir oleh pengetahuan, damai.”500
4. Ānanda
Pada suatu ketika, Yang Mulia Ānanda sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anathapiṇḍika. Kemudian, di pagi hari, Yang Mulia Ānanda <405> merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubahnya, memasuki Sāvatthī untuk menerima dana makanan bersama dengan Yang Mulia Vaṅgīsa. Pada saat itu, ketidakpuasan muncul dalam diri Yang Mulia Vaṅgīsa; nafsu memenuhi pikirannya.501 Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa berkata kepada Yang Mulia Ānanda dalam syair:
721. “Aku terbakar oleh nafsu indria, Pikiranku terbakar oleh api. Mohon bertahukan kepadaku bagaimana memadamkannya, Berkat belas kasih, O, Gotama.”502
[Yang Mulia Ānanda:]722. “Melalui pembalikan persepsi Pikiranmu terbakar oleh api. Berbaliklah dari gambaran keindahan Yang merangsang nafsu indria.503
723. “Lihatlah bentukan-bentukan sebagai makhluk asing, Sebagai penderitaan, sebagai bukan diri. Padamkan api besar nafsu; Jangan membakar lagi dan lagi.504
724. “Kembangkanlah pikiran terhadap kejijikan, Terpusat, terkonsentrasi baik; <406> Arahkan perhatianmu pada jasmani, Penuh perhatian pada kejijikan.505
725. “Kembangkanlah meditasi tanpa gambaran, Dan singkirkan kecenderungan akan keangkuhan. Kemudian, dengan menghancurkan keangkuhan, Engkau akan menjadi salah satu yang mengembara dengan damai.”506
5 Diucapkan dengan Baik
Di Sāvatthī.507 Di sana, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu!” “Yang Mulia!” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut: “Para bhikkhu, ketika ucapan memiliki empat faktor, maka itu berarti diucapkan dengan baik, bukan diucapkan dengan buruk, dan itu berarti tanpa cela, tidak tercela di antara para bijaksana. Apakah empat itu? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu yang mengucapkan apa yang baik diucapkan, bukan apa yang buruk diucapkan. Ia hanya mengucapkan Dhamma, bukan non-Dhamma. [189] Ia mengucapkan hanya apa yang menyenangkan, bukan apa yang tidak menyenangkan. Ia mengucapkan hanya apa yang benar, bukan apa yang salah. <407> Ketika suatu ucapan memiliki empat faktor, maka itu berarti diucapkan dengan baik, bukan diucapkan dengan buruk, dan itu berarti tanpa cela, tidak tercela di antara para bijaksana.”508 Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Setelah mengatakan hal ini, Yang Sempurna, Sang Guru, lebih lanjut mengatakan:
726. “Apa yang diucapkan dengan baik, orang baik mengatakan, adalah yang utama; Ke dua, mengucapkan Dhamma, bukan non-Dhamma; Ke tiga, mengucapkan apa yang menyenangkan, bukan apa yang tidak menyenangkan; Ke empat, mengucapkan kebenaran, bukan apa yang tidak benar.”
Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa bangkit dari duduknya, merapikan jubahnya di satu bahunya, dan merangkapkan tangan sebagai penghormatan kepada Sang Bhagavā, berkata kepada Beliau: “Suatu inspirasi muncul dalam pikiranku, Bhagavā! Suatu inspirasi muncul dalam pikiranku, Yang Sempurna!”509 Sang Bhagavā berkata: “Ungkapkanlah inspirasimu, Vaṅgīsa.” Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa memberitahukan kepada Sang Bhagavā dalam syair-syair ini:
727. “Seseorang seharusnya mengucapkan hanya ucapan demikian Yang dengannya, ia tidak menyakiti dirinya sendiri Juga tidak menyebabkan celaka bagi orang lain: Ucapan demikian sungguh diucapkan dengan baik. <408>
728. “Seseorang seharusnya mengucapkan hanya ucapan yang menyenangkan, Ucapan yang disambut dengan gembira. Ketika diucapkan tidak membawa keburukan Apa yang diucapkan adalah menyenangkan bagi orang lain.
729. “Kebenaran, sesungguhnya, adalah ucapan tanpa kematian: Ini adalah prinsip kuno. Tujuan dan Dhamma, orang baik mengatakan, Berdiri di atas kebenaran.510
730. “Ucapan yang aman yang diucapkan oleh Sang Buddha Untuk mencapai Nibbāna, Untuk mengakhiri penderitaan Sesungguhnya adalah ucapan yang terutama.”511
6 Sāriputta
Pada suatu ketika, Yang Mulia Sāriputta sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Pada saat itu, Yang Mulia Sāriputta sedang memberikan instruksi, menasihati, menginspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan khotbah Dhamma, <409> [yang diucapkan] dengan tutur-kata yang halus, lancar, jelas, mengungkapkan maknanya dengan baik. Dan para bhikkhu itu sedang mendengarkan Dhamma dengan telinga bersungguh-sungguh, memperhatikannya sebagai sesuatu yang penting, mengarahkan seluruh perhatian mereka pada khotbah itu. Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa berpikir: [190] “Yang Mulia Sāriputta sedang memberikan instruksi kepada para bhikkhu dengan khotbah Dhamma, [yang diucapkan] dengan tutur-kata yang halus, lancar, jelas, mengungkapkan maknanya dengan baik. Dan para bhikkhu itu sedang mendengarkan Dhamma dengan telinga bersungguh-sungguh…. Aku akan memuji kepada Yang Mulia Sāriputta dengan syair-syair yang pantas.” Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa bangkit dari duduknya, merapikan jubahnya di satu bahunya, dan merangkapkan tangan sebagai penghormatan kepada Yang Mulia Sāriputta, berkata kepadanya: “Sebuah inspirasi muncul dalam pikiranku, Sahabat Sāriputta! Sebuah inspirasi muncul dalam pikiranku, Sahabat Sāriputta!” “Ungkapkanlah inspirasimu, Sahabat Vaṅgīsa.” Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa memuji Yang Mulia Sāriputta dengan syair-syair yang pantas:
731. “Kebijaksanaan yang dalam, cerdas, Terampil dalam Jalan yang benar dan yang salah, Sāriputta, Yang berkebijaksanaan agung, Mengajarkan Dhamma kepada para bhikkhu.
732. “Ia mengajar dengan singkat, <410> Ia mengatakan dengan terperinci. Suaranya, bagaikan suara burung beo. Tercurah melalui khotbah inspirasi.512
733. “Saat ia mengajar mereka, mereka mendengarkan Pengucapannya yang merdu. Hati terangkat, menjadi gembira Dengan suaranya yang menggembirakan, Nyaring dan merdu, Para bhikkhu mengarahkan telinga mereka.”
7 Pavāraṇā
Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī, di Taman Timur Istana ibu Migāra bersama dengan lima ratus bhikkhu yang semuanya adalah Arahanta. Pada saat itu—hari Uposatha tanggal lima belas—Sang Bhagavā sedang duduk di ruang terbuka dikelilingi oleh Bhikkhu Saṅgha untuk melakukan Pavaraṇā.513 Kemudian, setelah mengamati Bhikkhu Saṅgha yang berdiam diri, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: “Mari, <411> Para bhikkhu, Aku mengundang kalian: adakah kesalahan yang telah Kulakukan baik melalui jasmani maupun ucapan, yang dapat kalian cela?” Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Sāriputta bangkit dari duduknya, merapikan jubah atasnya di satu bahunya, dan merangkapkan tangan sebagai penghormatan kepada Sang Bhagavā, berkata kepada Beliau: “Yang Mulia, tidak ada perbuatan Yang Mulia, baik melalui jasmani maupun ucapan yang dapat kami cela. [191] Karena, Yang Mulia, Bhagavā adalah yang memulai jalan yang belum ada sebelumnya, Pembuat jalan yang belum dibuat sebelumnya, yang mengungkapkan jalan yang belum diungkapkan sebelumnya. Beliau adalah yang mengetahui jalan, penemu jalan, seorang yang terampil dalam jalan. Dan para siswa-Nya sekarang berdiam dengan mengikuti jalan itu dan selanjutnya menjadi memiliki jalan itu juga.514 Dan aku, Yang Mulia, mengundang Bhagavā: adakah perbuatanku, baik melalui jasmani maupun ucapan, yang dapat Bhagavā cela?” “Tidak ada perbuatanmu, Sāriputta, baik melalui jasmani maupun ucapan, yang dapat Kucela. Karena engkau, Sāriputta, bijaksana, seorang yang memiliki kebijaksanaan besar, memiliki kebijaksanaan luas, memiliki kebijaksanaan gembira, memiliki kebijaksanaan cepat, <412> memiliki kebijaksanaan tajam, memiliki kebijaksanaan penembusan. Bagaikan seorang putra tertua dari seorang raja pemutarroda yang dengan baik mempertahankan putaran roda [kekuasaan] yang diputar oleh ayahnya, demikian pula engkau, Sāriputta, dengan baik mempertahankan putaran Roda Dhamma yang diputar olehKu.”515 “Jika, Yang Mulia, Bhagavā tidak mencela segala perbuatanku, baik melalui jasmani maupun melalui ucapan, apakah Beliau mencela perbuatan, baik melalui jasmani maupun melalui ucapan, dari kelima ratus bhikkhu ini?” “Tidak ada perbuatan, Sāriputta, baik melalui jasmani maupun ucapan, dari kelima ratus bhikkhu ini yang dapat Kucela. Karena dari lima ratus bhikkhu ini, Sāriputta, enam puluh bhikkhu memiliki tiga pengetahuan, enam puluh bhikkhu memiliki enam pengetahuan langsung, enam puluh bhikkhu terbebaskan dalam kedua cara, sedangkan sisanya terbebaskan oleh kebijaksanaan.”516 Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa bangkit dari duduknya, merapikan jubahnya di satu bahunya, dan merangkapkan tangan sebagai penghormatan kepada Sang Bhagavā, berkata kepada Beliau: “Sebuah inspirasi muncul dalam pikiranku, Bhagavā! Sebuah inspirasi muncul dalam pikiranku, Yang Sempurna!” Sang Bhagavā berkata: “Ungkapkanlah inspirasimu, Vaṅgīsa.” <413> Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa memuji Sang Bhagavā dengan syairsyair ini:
734. “Lima ratus bhikkhu berkumpul hari ini, Pada tanggal lima belas, untuk pemurnian— Para bijaksana yang tidak tergoyahkan yang telah mengakhiri kehidupan baru, Yang telah memotong semua belenggu dan ikatan. [192]
735. “Bagaikan seorang raja, raja pemutar-roda, Diiringi oleh menteri-menterinya, Berkelana ke seluruh dunia Yang dibatasi oleh samudra dalam dan gelap—
736. Demikianlah mereka melayani pemenang dalam peperangan, Pemimpin rombongan yang tiada bandingnya— Para siswa yang memiliki tiga pengetahuan, Yang telah meninggalkan Kematian jauh di belakang.517
737 “Semuanya adalah putra-putra sejati Sang Bhagavā, Di sini tidak ada sekam tidak berguna. Aku memuja sanak saudara Matahari, <414> Penghancur anak panah keinginan.”
8 Lebih dari Seribu
Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika, bersama dengan 1.250 bhikkhu. Pada saat itu, Sang Bhagavā sedang memberikan instruksi, menasihati, menginspirasi, dan mendorong para bhikkhu dengan menyampaikan khotbah Dhamma sehubungan dengan Nibbāna. Dan para bhikkhu itu mendengarkan Dhamma itu dengan telinga sungguh-sungguh, memperhatikannya sebagai sesuatu yang penting, mengarahkan seluruh perhatian mereka pada khotbah itu. Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa berpikir: “Sang Bhagavā sedang memberikan instruksi kepada para bhikkhu dengan menyampaikan khotbah Dhamma sehubungan dengan Nibbāna. Dan para bhikkhu itu mendengarkan Dhamma itu dengan telinga sungguh-sungguh…. Aku akan memuji Sang Bhagavā dengan syair-syair yang sesuai.” Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa bangkit dari duduknya, merapikan jubahnya di satu bahunya, dan merangkapkan tangan sebagai penghormatan kepada Sang Bhagavā, berkata kepada Beliau: “Sebuah inspirasi muncul dalam pikiranku, Bhagavā! Sebuah inspirasi muncul dalam pikiranku, Yang Sempurna!” “Ungkapkanlah inspirasimu, Vaṅgīsa.” Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa memuji Sang Bhagavā dengan syairsyair ini: <415>
738. “Lebih dari seribu bhikkhu di sini Memperhatikan Yang Sempurna Sewaktu Beliau membabarkan Dhamma yang tanpa-debu, Nibbāna yang tidak terjangkau oleh ketakutan.518
739. “Mereka mendengarkan Dhamma yang tanpa noda Yang diajarkan oleh Yang Tercerahkan Sempurna. Yang Tercerahkan sesungguhnya bersinar Dihormati oleh Bhikkhu Saṅgha
740. “O, Bhagavā, nama-Mu adalah ‘Nāga’, Sang Bijaksana terbaik di antara para bijaksana. Bagaikan awan besar membawa hujan Engkau mencurahkan kepada para siswa.519 [193]
741. “Setelah keluar dari istirahat siangnya Dari keinginan untuk melihat Sang Guru, Siswa-Mu, Vaṅgīsa, O, Pahlawan besar, Bersujud memuja di kaki-Mu.”
“Apakah engkau telah memikirkan syair-syair ini, Vaṅgīsa, atau apakah pikiran ini muncul secara spontan?”520 <416> “Aku tidak memikirkan syair-syair ini, Yang Mulia, syair-syair ini muncul secara spontan.” “Kalau begitu, Vaṅgīsa, biarlah beberapa syair lagi, yang belum engkau pikirkan, muncul dalam benakmu.” “Baik, Yang Mulia,” Yang Mulia Vaṅgīsa menjawab. Kemudian ia memuji Sang Bhagavā dengan beberapa syair lagi yang belum ia pikirkan sebelumnya:
742. “Setelah mengatasi jalan Māra yang menyimpang, Engkau mengembara setelah menghancurkan pikiran yang mandul. Lihatlah Ia, Pembebas dari belenggu, Tidak melekat, memotong menjadi berkeping-keping.521
743. “Demi menuntun kami menyeberangi banjir Engkau mengungkapkan jalan dengan banyak faktor. Sang Bijaksana dalam Dhamma berdiri tanpa bergerak Dalam Keabadian yang Engkau nyatakan.522 <417>
744. “Pembuat-Cahaya, setelah menembus, Melihat melampaui segala alam; Setelah mengetahui dan menyadari oleh diri-Nya sendiri, Beliau mengajarkan hal-hal pokok kepada Lima.523
745. “Ketika Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna, Kelengahan apakah yang ada di sana bagi mereka yang memahaminya? Oleh karena itu, hidup dengan tekun di dalam Ajaran Sang Bhagavā, Seseorang harus selalu dengan penuh hormat melatihnya.”
9 Koṇḍañña
Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Rājagaha, di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai. Kemudian, Yang Mulia Aññā Koṇḍañña, setelah lama tidak datang, menghadap Sang Bhagavā, bersujud dengan kepalanya di kaki Sang Bhagavā, mencium kaki Sang Bhagavā, [194] menepuknya dengan tangannya, <418> dan mengumumkan namanya: “Aku Koṇḍañña, Sang Bhagavā! Aku Koṇḍañña, Yang Sempurna!”524 Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa berpikir: “Yang Mulia Aññā Koṇḍañña, setelah lama tidak datang, menghadap Sang Bhagavā … mencium kaki Sang Bhagavā, menepuknya dengan tangannya, dan mengumumkan namanya…. Aku akan memuji Yang Mulia Koṇḍañña di hadapan Sang Bhagavā dengan syair-syair yang sesuai.” Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa bangkit dari duduknya, merapikan jubahnya di satu bahunya, dan merangkapkan tangan sebagai penghormatan kepada Sang Bhagavā, berkata kepada Beliau: “Sebuah inspirasi muncul dalam pikiranku, Bhagavā! Sebuah inspirasi muncul dalam pikiranku, Yang Sempurna!” “Ungkapkanlah inspirasimu, Vaṅgīsa.” Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa memuji Yang Mulia Aññā Koṇḍañña di hadapan Sang Bhagavā dengan syair-syair yang sesuai:
746. “Tercerahkan yang berikutnya setelah Sang Buddha, Bhikkhu Koṇḍañña, yang berusaha dengan gigih, Adalah seorang yang memperoleh kediaman yang menyenangkan, Seorang yang sering memperoleh keheningan.525
747. “Apa pun yang dapat dicapai oleh seorang siswa Yang mempraktikkan Ajaran Sang Guru, Semuanya telah dicapai olehnya, <419> Seorang yang berlatih dengan tekun.
748. “Memiliki kekuatan besar, seorang dengan tiga pengetahuan, Terampil dalam mengetahui pikiran makhluk lain— Koṇḍañña, pewaris sejati dari Sang Buddha, Memberi hormat di kaki Sang Guru.”526
10 Moggallāna
Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Rājagaha ,di Batu Hitam, di Lereng Isigili, bersama dengan lima ratus bhikkhu yang semuanya adalah Arahanta. Lalu Yang Mulia Mahāmoggallāna dengan pikirannya mengamati batin mereka [dan melihat bahwa mereka semuanya] telah terbebaskan, tanpa perolehan. Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa berpikir: “Sang Bhagavā sedang berdiam di Rājagaha, di Batu Hitam, di Lereng Isigili…. Lalu Yang Mulia Mahāmoggallāna dengan pikirannya mengamati batin mereka [dan melihat bahwa mereka semuanya] telah terbebaskan, tanpa perolehan. Aku akan memuji Yang Mulia Mahāmoggallāna di hadapan Sang Bhagavā dengan syair-syair yang sesuai.” [195] Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa bangkit dari duduknya, merapikan jubahnya di satu bahunya, dan merangkapkan tangan sebagai penghormatan kepada Sang Bhagavā, berkata kepada Beliau: <420> “Sebuah inspirasi muncul dalam pikiranku, Bhagavā! Sebuah inspirasi muncul dalam pikiranku, Yang Sempurna!” “Ungkapkanlah inspirasimu, Vaṅgīsa.” Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa memuji Yang Mulia Mahāmoggallāna di hadapan Sang Bhagavā dengan syair-syair yang sesuai:
749. “Sewaktu Sang Bijaksana duduk di lereng gunung, Pergi ke pantai seberang dari penderitaan, Para siswa-Nya duduk mendengarkan Beliau, Orang-orang dengan tiga-pengetahuan yang telah meninggalkan Kematian di belakang.
750. “Moggallāna, memiliki kekuatan batin yang besar, Melingkupi batin mereka dengan batinnya sendiri, Dan mengamati [ia melihat] batin mereka: Terbebaskan sepenuhnya, tanpa perolehan!
751. “Demikianlah mereka yang sempurna dalam banyak kualitas Melayani Gotama, Sang Bijaksana sempurna dalam segala hal, Pergi ke pantai seberang dari penderitaan.”527
11 Gaggarā
Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Campā, di tepi kolam teratai Gaggarā bersama dengan lima ratus bhikkhu, tujuh ratus umat awam laki-laki, <421> tujuh ratus umat awam perempuan, dan ribuan devatā. Sang Bhagavā terlihat lebih cemerlang daripada mereka dalam hal keindahan dan keagungan. Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa berpikir: “Sang Bhagavā sedang berdiam di Campā … dan ribuan devatā. Sang Bhagavā terlihat lebih cemerlang daripada mereka dalam hal keindahan dan keagungan. Aku akan memuji Sang Bhagavā dengan syair-syair yang sesuai.” Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa bangkit dari duduknya, merapikan jubahnya di satu bahunya, dan merangkapkan tangan sebagai penghormatan kepada Sang Bhagavā, berkata kepada Beliau: “Sebuah inspirasi muncul dalam pikiranku, Bhagavā! Sebuah inspirasi muncul dalam pikiranku, Yang Sempurna!” “Ungkapkanlah inspirasimu, Vaṅgīsa.” Kemudian Yang Mulia Vaṅgīsa memuji Sang Bhagavā dengan syairsyair yang sesuai: [196]
752. “Bagaikan bulan yang bersinar di langit tanpa awan, Bagaikan matahari bersinar tanpa noda, Demikian pula Engkau, Aṅgirasa, O, Sang Bijaksana Agung, Melampaui seluruh dunia dengan keagungan-Mu.”
12 Vaṅgīsa
<422> Pada suatu ketika, Yang Mulia Vaṅgīsa sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Pada saat itu, Yang Mulia Vaṅgīsa baru saja mencapai Kearahatan, dan selagi mengalami kebahagiaan kebebasan, pada saat itu, ia melantunkan syair-syair ini:528
753. “Menggubah puisi, dulu aku mengembara Dari desa ke desa, kota ke kota. Kemudian aku bertemu dengan Yang Tercerahkan Dan keyakinan muncul dalam diriku.529
754. “Kemudian Beliau mengajarkan Dhamma kepadaku: Kelompok-kelompok kehidupan, landasan-landasan indria, dan unsur-unsur. Setelah mendengarkan Dhamma dari-Nya, Aku meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah.
755. “Sesungguhnya, demi kebaikan banyak makhluk, Sang Bijaksana mencapai Penerangan, Demi para bhikkhu dan bhikkhunī <423> Yang telah mencapai dan melihat jalan pasti.530
756. “Sesungguhnya, aku telah disambut, Kedatanganku ke hadapan Sang Buddha. Tiga pengetahuan telah diperoleh, Ajaran Sang Buddha telah selesai.
757. “Aku mengetahui kehidupan lampauku, Mata-dewa dimurnikan. Seorang dengan tiga pengetahuan, mencapai kekuatan batin, Aku terampil dalam mengetahui pikiran makhluk-makhluk lain.”531