Penguasa

Samyutta Nikaya – Khotbah-khotbah Berkelompok Sang Buddha
Diterjemahkan dari bahasa Pali oleh Bhikkhu Bodhi
DhammaCitta Press

 

 

 

II. SUB BAB KE DUA
(PENGUASA)

 

11 (1) Batu Besar

Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Rājagaha, di puncak Gunung Nasar. Pada saat itu, Sang Bhagavā sedang duduk di ruang terbuka, di kegelapan malam dan ketika itu turun hujan gerimis. <244> Kemudian Māra si Jahat, ingin menakuti, menimbulkan keraguan, dan meneror Sang Bhagavā, memecahkan sejumlah batu-batu besar tidak jauh dari Beliau. Kemudian Sang Bhagavā, setelah memahami, “Ini adalah Māra si Jahat,” berkata kepada Māra si Jahat dalam syair:

467. “Bahkan jika engkau membuat Puncak Nasar ini Gempa ke segala arah seluruhnya, Yang Tercerahkan tidak akan terganggu, Karena mereka terbebaskan sepenuhnya.”

Kemudian, Māra si Jahat, menyadari, “Sang Bhagavā mengenaliku, Yang Sempurna mengenaliku,” sedih dan kecewa, ia lenyap dari sana.

 

12 (2) Singa

Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Pada saat itu, Sang Bhagavā sedang membabarkan Dhamma dengan dikelilingi oleh sekumpulan besar. [110] Kemudian Māra si Jahat berpikir: “Petapa Gotama ini sedang membabarkan Dhamma dengan dikelilingi oleh sekumpulan besar. <245> Aku akan mendekati Petapa Gotama ini untuk mengacaukan mereka.”281 Kemudian Māra si Jahat mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada Beliau dalam syair:

468. “Mengapa sekarang Engkau mengaum seperti singa, Penuh percaya diri di tengah-tengah kumpulan? Karena ada seorang yang menjadi tandingan-Mu, Mengapa Engkau berpikir bahwa Engkau adalah   pemenangnya?”

[Sang Bhagavā:]

469. “Para pahlawan besar mengaumkan auman singa Penuh percaya diri di tengah-tengah kerumunan— Sang Tathāgata yang memiliki kekuatan-kekuatan Telah menyeberangi kemelekatan terhadap dunia.”282

Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana.

 

13 (3) Serpihan

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Rājagaha, di Taman Rusa Māddakucchi. Ketika itu, kaki Sang Bhagavā terluka oleh serpihan batu. Kesakitan hebat menyerang Sang Bhagavā—perasaan jasmani yang menyakitkan, menyiksa, <246> tajam, menusuk, mengerikan, tidak menyenangkan. Namun Sang Bhagavā menahannya, penuh perhatian dan dengan pemahaman murni, tanpa menjadi tertekan. Kemudian Sang Bhagavā melipat menjadi empat jubah-Nya, dan Beliau berbaring di sisi kanan dalam postur singa dengan satu kaki di atas kaki lain-Nya, penuh perhatian dan dengan pemahaman murni.283 Kemudian Māra si Jahat mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada Beliau dalam syair:

470. “Apakah Engkau berbaring karena pusing atau menggubah puisi? Bukankah Engkau memiliki tujuan yang harus dicapai? Sendirian di tempat yang sunyi Mengapa Engkau tidur dengan wajah mengantuk?”284

[Sang Bhagavā:]

471. “Aku tidak berbaring karena pusing atau menggubah  puisi; Setelah mencapai tujuan, Aku bebas dari kesedihan. Sendirian di tempat yang sunyi. Aku berbaring dengan penuh belas kasih kepada semua  makhluk.

472. “Bahkan mereka yang dengan anak panah menembus dada <247> Menusuk jantung saat demi saat— Bahkan juga tidur; [111] Mengapa Aku tidak tidur Ketika anak panahKu telah dicabut?285

473. “Aku bukan berbaring dalam ketakutan, Juga bukan Aku takut tidur. Siang dan malam tidak memengaruhiKu, Aku melihat untuk diriku sendiri tidak ada kemunduran di dunia ini. Oleh karena itu, Aku dapat tidur dengan damai, Penuh belas kasih kepada semua makhluk.”

Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana.

 

14 (4) Selayaknya

Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di antara penduduk Kosala, di desa brahmana Ekasālā. Pada saat itu, Sang Bhagavā sedang mengajarkan Dhamma dikelilingi oleh sekumpulan besar umat awam. Kemudian Māra si Jahat berpikir: “Petapa Gotama sedang mengajarkan Dhamma dengan dikelilingi oleh sekumpulan besar umat awam. <248> Aku akan mendekati Petapa Gotama untuk mengacaukan mereka.” Kemudian Māra si Jahat mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada Beliau dalam syair:

474. “Tidaklah selayaknya bagi-Mu, Bahwa Engkau mengajarkan orang lain. Ketika menjalankannya tidak tertangkap Dalam ketertarikan dan kejijikan.”286

[Sang Bhagavā:]

475. “Belas kasihan demi kesejahteraan mereka, Sang Buddha mengajarkan orang lain. Sang Tathāgata terbebaskan sempurna Dari ketertarikan dan kejijikan.”

Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana.

 

15 (5) Batin

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, di Taman Anāthapiṇḍika. Kemudian Māra si Jahat mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada Beliau dalam syair:287

476. “Ada jerat melayang di angkasa, <249> Sesuatu yang bersifat batin yang bergerak288 Dengan apakah aku akan menangkap Engkau: Engkau tidak dapat menghindariku, Petapa!”

[Sang Bhagavā:]

477. “Bentuk, suara, rasa kecapan, aroma, Dan objek sentuhan yang menyenangkan— Keinginan akan hal-hal ini telah lenyap dalam diriku: Engkau dikalahkan, Pembuat-akhir!”

Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana. [112]

 

16 (6) Mangkuk Dana

Di Sāvatthī. Pada suatu kesempatan, Sang Bhagavā mengajarkan, menasihati, menginspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan khotbah Dhamma sehubungan dengan lima kelompok kemelekatan. Dan para bhikkhu itu sedang mendengarkan Dhamma dengan tekun, memperhatikannya sebagai pokok penting, mengarahkan seluruh perhatian mereka pada khotbah itu. Kemudian Māra si Jahat berpikir: “Petapa Gotama sedang mengajarkan, menasihati, menginspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu … <250> yang mengarahkan seluruh perhatian mereka pada khotbah itu. Aku akan mendekati Petapa Gotama untuk mengacaukan mereka.” Pada saat itu, sejumlah mangkuk dana diletakkan di ruang terbuka. Kemudian Māra si Jahat dalam wujud lembu jantan mendekati mangkuk dana itu. Kemudian salah satu bhikkhu berkata kepada bhikkhu lainnya: “Bhikkhu, Bhikkhu! Lembu itu akan memecahkan mangkukmangkuk dana itu.” Ketika hal ini dikatakan, Sang Bhagavā berkata kepada bhikkhu tersebut: “Itu bukan lembu, Bhikkhu. Itu adalah Māra si Jahat, yang datang untuk mengacaukan kalian.” Kemudian Sang Bhagavā, setelah memahami, “Ini adalah Māra si Jahat,” berkata kepada Māra si Jahat dalam syair-syair ini:

478. “Bentuk, perasaan, dan persepsi, Kesadaran, dan bentukan-bentukan— ‘Aku bukan ini, ini bukan milikku,’ Demikianlah seseorang melepaskan kemelekatan   terhadapnya.289

479. “Walaupun mereka mencarinya di mana-mana, Māra dan bala tentaranya tidak menemukannya: Seorang yang terbebas demikian, aman, Yang telah pergi melampaui segala belenggu.”290 <251>

Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana.

 

17 (7) Enam Landasan Kontak

Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Vesāli, di Hutan Besar, di Aula Beratap Lancip. [113] Pada saat itu, Sang Bhagavā sedang mengajarkan, menasihati, menginspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan khotbah Dhamma sehubungan dengan enam landasan kontak. Dan para bhikkhu itu sedang mendengarkan Dhamma dengan tekun, memperhatikannya sebagai pokok penting, mengarahkan seluruh perhatian mereka pada khotbah itu. Kemudian Māra si Jahat berpikir: “Petapa Gotama sedang mengajarkan, menasihati, menginspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu … yang mengarahkan seluruh perhatian mereka pada khotbah itu. Aku akan mendekati Petapa Gotama untuk mengacaukan mereka.” Kemudian Māra si Jahat mendekati Sang Bhagavā, dan tidak jauh dari Beliau, mengeluarkan suara keras, menakutkan, dan mengerikan, seolah-olah bumi terbelah.291 Kemudian salah satu bhikkhu berkata kepada bhikkhu lainnya: “Bhikkhu, Bhikkhu! Sepertinya bumi terbelah.” Ketika hal ini dikatakan, Sang Bhagavā berkata kepada bhikkhu tersebut: <252> “Bumi tidak terbelah, Bhikkhu. Itu adalah Māra si Jahat, yang datang untuk mengacaukan kalian.” Kemudian Sang Bhagavā, setelah memahami, “Ini adalah Māra si Jahat,” berkata kepada Māra si Jahat dalam syair-syair ini:

480. “Bentuk, suara, rasa kecapan, aroma, Objek sentuhan, dan segala objek pikiran: Ini adalah umpan mengerikan dunia ini Yang dengannya dunia ini tergila-gila.

481. “Tetapi ketika ia telah melampaui ini, Siswa Sang Buddha yang penuh perhatian Bersinar cemerlang bagaikan matahari, Setelah mengatasi alam Māra.”292

Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana.

 

18 (8) Dana Makanan

Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di antara para penduduk Magadha, di desa brahmana Pañcasālā. [114] Pada saat itu, festival persembahan anak-anak muda sedang berlangsung di desa brahmana Pañcasālā.293 <253> Kemudian, pada pagi hari itu, Sang Bhagavā merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah, memasuki Pañcasālā untuk menerima dana makanan. Pada saat itu, Māra si Jahat merasuki para brahmana perumah tangga Pañcasālā, [mendorong mereka dengan pikiran,] “Jangan biarkan Petapa Gotama memperoleh dana makanan.” Kemudian Sang Bhagavā meninggalkan Pañcasālā dengan mangkuk sama bersihnya ketika Ia memasuki desa itu untuk menerima dana makanan. Kemudian Māra si Jahat mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada Beliau: “Apakah Engkau memperoleh dana makanan, Petapa?” “Engkaukah, Penjahat, yang menyebabkan Aku tidak memperoleh dana makanan?” “Kalau begitu, silakan Bhagavā memasuki Pañcasālā untuk ke dua kalinya untuk menerima dana makanan. Aku akan memastikan Bhagavā memperoleh dana makanan.”294

[Sang Bhagavā:]

482. “Engkau telah menimbulkan keburukan, Māra, Setelah menyerang Sang Tathagata. Apakah engkau berpikir, Penjahat, <254> ‘Kejahatanku tidak berbuah’?

483. “Sungguh bahagia kami hidup, Kami yang tidak memiliki apa-apa. Kami akan bertahan hidup dari kegembiraan Bagaikan para dewa yang memancarkan cahaya.”295

Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana.

 

19 (9) Petani

Di Sāvatthī. Pada saat itu, Sang Bhagavā sedang mengajarkan, menasihati, menginspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan khotbah Dhamma sehubungan dengan Nibbāna. Dan para bhikkhu itu sedang mendengarkan Dhamma dengan tekun, memperhatikannya sebagai pokok penting, mengarahkan seluruh perhatian mereka pada khotbah itu. [115] Kemudian Māra si Jahat berpikir: “Petapa Gotama sedang mengajarkan, menasihati, menginspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu … yang mengarahkan seluruh perhatian mereka pada khotbah itu. Aku akan mendekati Petapa Gotama untuk mengacaukan mereka.” Kemudian Māra mengubah wujudnya menjadi seorang petani, membawa bajak besar di bahunya, <255> memegang sebatang galah yang panjang, rambutnya acak-acakan, mengenakan pakaian terbuat dari serat rami, kakinya kotor oleh lumpur. Ia mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada Beliau: “Mungkin Engkau telah melihat lembu-lembu jantan, Petapa?” “Apakah lembu-lembu jantan bagimu, Penjahat?” “Mata adalah milikku, Petapa, bentuk-bentuk adalah milikku, kontak-mata dan landasan kesadarannya adalah milikku.296 Ke manakah Engkau akan pergi, Petapa, untuk menghindar dariku? Telinga adalah milikku, Petapa, suara-suara adalah milikku … Hidung adalah milikku, Petapa, aroma adalah milikku … Lidah adalah milikku, Petapa, rasa kecapan adalah milikku … Badan adalah milikku, Petapa, objek sentuhan adalah milikku … Pikiran adalah milikku, Petapa, fenomena pikiran adalah milikku, kontak-pikiran dan landasan kesadarannya adalah milikku. Ke manakah Engkau akan pergi, Petapa, untuk menghindar dariku?” “Mata adalah milikmu, Penjahat, bentuk-bentuk adalah milikmu, kontak-mata, dan landasan kesadarannya adalah milikmu; tetapi, Penjahat, di mana tidak ada mata, tidak ada bentuk-bentuk, tidak ada kontak-mata, <256> dan landasan kesadarannya—tidak ada tempat bagimu di sana, Penjahat.297 Telinga adalah milikmu, Penjahat, suarasuara adalah milikmu, kontak-telinga, dan landasan kesadarannya adalah milikmu; tetapi, Penjahat, di mana tidak ada telinga, tidak ada suara-suara, tidak ada kontak-suara, dan landasan kesadarannya— tidak ada tempat bagimu di sana, Penjahat. Hidung adalah milikmu, Penjahat, aroma adalah milikmu, kontak-hidung, dan landasan kesadarannya adalah milikmu; tetapi, Penjahat, di mana tidak ada hidung, tidak ada bau-bauan, tidak ada kontak-hidung dan landasan kesadarannya—tidak ada tempat bagimu di sana, Penjahat. [116] Lidah adalah milikmu, Penjahat, rasa kecapan adalah milikmu, kontak-lidah, dan landasan kesadarannya adalah milikmu; tetapi, Penjahat, di mana tidak ada lidah, tidak ada rasa kecapan, tidak ada kontak-lidah, dan landasan kesadarannya—tidak ada tempat bagimu di sana, Penjahat. Badan adalah milikmu, Penjahat, objek-objek sentuhan adalah milikmu, kontak-badan, dan landasan kesadarannya adalah milikmu; tetapi, Penjahat, di mana tidak ada badan, tidak ada objek-objek sentuhan, tidak ada kontak-badan, dan landasan kesadarannya—tidak ada tempat bagimu di sana, Penjahat. Pikiran adalah milikmu, Penjahat, fenomena pikiran adalah milikmu, kontak-pikiran, dan landasan kesadarannya adalah milikmu; tetapi, Penjahat, di mana tidak ada pikiran, tidak ada fenomena pikiran, tidak ada kontak-pikiran, dan landasan kesadarannya—tidak ada tempat bagimu di sana, Penjahat.”

[Mara:]

484. “Yang mereka katakan ‘Ini milikku’, Dan mereka yang mengatakan sebagai ‘milikku’— Jika pikiran-Mu ada di antara hal-hal ini, Engkau tidak mungkin menghindar dariku, Petapa.”

[Sang Bhagavā:]

485. “Apa yang mereka katakan adalah bukan milik-Ku, Aku bukanlah satu di antara mereka yang mengatakan  [milik-Ku]. Engkau harus mengetahui demikian, O, Penjahat: Bahkan Jalan-Ku tidak terlihat olehmu.”

Kemudian Māra si Jahat … lenyap dari sana. <257>

 

20 (10) Kekuasaan

Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di antara penduduk Kosala di sebuah hutan kecil, di wilayah Himalaya. Kemudian, ketika Sang Bhagavā sedang sendirian dalam keheningan, sebuah perenungan muncul dalam pikiran-Nya sebagai berikut: “Mungkinkah mempraktikkan kekuasaan dengan benar: tanpa membunuh dan tanpa memengaruhi orang lain untuk membunuh. Tanpa merampas dan tanpa memengaruhi orang lain untuk merampas, tanpa bersedih dan tanpa menyebabkan kesedihan?”298 Kemudian Māra si Jahat, setelah mengetahui perenungan dalam pikiran Sang Bhagavā oleh pikirannya sendiri, mendekati Sang Bhagavā dan berkata kepada-Nya: “Yang Mulia, biarlah Bhagavā mempraktikkan kekuasaan dengan benar: tanpa membunuh dan tanpa memengaruhi orang lain untuk membunuh, tanpa merampas dan tanpa memengaruhi orang lain untuk merampas, tanpa bersedih dan tanpa memengaruhi orang lain untuk menyebabkan kesedihan.” “Tetapi apakah yang engkau lihat, Penjahat, sehingga engkau berkata demikian kepadaKu?” <258> “Yang Mulia, Bhagavā telah mengembangkan dan melatih empat landasan kekuatan batin, menjadikannya kendaraan, menjadikannya landasan, menstabilkannya, melatih diri-Nya di dalamnya, dan sepenuhnya menyempurnakannya. Dan, Yang Mulia, jika Bhagavā menghendaki, Beliau hanya perlu berkehendak bahwa Himalaya, Raja pegunungan, berubah menjadi emas, dan gunung itu akan berubah menjadi emas.”299 [117] [Sang Bhagavā:]

486. “Jika ada gunung terbuat dari emas, Terbuat seluruhnya dari emas padat, Bahkan dua kalinya tidak akan cukup bagi-Ku: Setelah mengetahui ini, perjalanan lancar.300

487. “Bagaimana mungkin seseorang condong pada kenikmatan indria Baginya yang telah melihat sumber dari mana penderitaan   muncul? Setelah mengetahui perolehan sebagai suatu ikatan di dunia ini, Seseorang harus berlatih melenyapkannya.”301

Kemudian, Māra si Jahat, menyadari, “Sang Bhagavā mengenaliku, Yang Sempurna mengenaliku,” sedih dan kecewa, lenyap dari sana.

 

 

 

 

Leave a Reply 0 comments