Diterjemahkan dari bahasa Pali oleh Bhikkhu Bodhi
BAB V 5. Bhikkhunīsaṃyutta
Khotbah Berkelompok
Sehubungan dengan Bhikkhunī
1 Āḷavikā
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, di Taman Anāthapiṇḍika. Kemudian, pada pagi harinya, Bhikkhunī Āḷavikā merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubahnya, memasuki Sāvatthī untuk menerima dana makanan.331 Ketika ia telah pergi menerima dana makanan di Sāvatthī dan telah kembali lagi, setelah makan, ia pergi ke Hutan Orang-orang Buta untuk mencari keheningan.332 Kemudian Māra si Jahat, ingin menakuti, menimbulkan keraguan, dan meneror Bhikkhunī Āḷavikā, ingin membuatnya jatuh dari keheningan, mendekatinya dan berkata kepadanya dalam syair:
519. “Tidak ada pembebasan di dunia ini, Jadi apa yang akan engkau lakukan dengan keheningan? Nikmatilah kegembiraan kenikmatan indria: Jangan menyesal kelak!”
Kemudian Bhikkhunī Āḷavikā berpikir: “Siapakah yang melantunkan syair itu—seorang manusia ataukah bukan manusia?” Kemudian <282> ia berpikir: “Ini adalah Māra si Jahat, yang telah melantunkan syair ini dengan niat untuk menakuti, menimbulkan keraguan, menerorku, berniat menjatuhkanku dari keheningan.” Kemudian Bhikkhunī Aḷavika, setelah memahami, “Ini adalah Māra si Jahat,” menjawab dalam syair-syair berikut:
520. “Ada pembebasan di dunia ini Yang aku sendiri nyaris menyentuhnya dengan kebijaksanaan. O , Penjahat, kerabat kelengahan, Engkau tidak mengetahui kondisi itu.333
521. “Kenikmatan indria adalah seperti pedang dan tombak; Kelompok-kelompok kehidupan seperti bantalan pemotong. Apa yang engkau sebut kegembiraan indria Bagiku telah menjadi ketidakgembiraan.”334 [129]
Kemudian Māra si Jahat, menyadari, “Bhikkhunī Āḷavikā mengenaliku,” sedih dan kecewa, lenyap dari sana. <283>
2. Somā
Di Sāvatthī. Kemudian, pada pagi harinya, Bhikkhunī Somā merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubahnya, memasuki Sāvatthī untuk menerima dana makanan.335 Ketika ia telah pergi menerima dana makanan di Sāvatthī dan telah kembali lagi, setelah makan, ia pergi ke Hutan Orang-orang Buta untuk melewatkan siang itu. Setelah memasuki Hutan Orang-orang Buta, ia duduk di bawah sebatang pohon untuk melewatkan siang. Kemudian Māra si Jahat, ingin menakuti, menimbulkan keraguan, dan meneror Bhikkhunī Somā, ingin membuatnya jatuh dari konsentrasi, mendekatinya dan berkata kepadanya dalam syair:
522. “Kondisi itu sungguh sulit dicapai Yang harus dicapai oleh para bijaksana, Tidak mungkin dicapai oleh seorang perempuan Dengan kebijaksanaan dua-jari.”336
Kemudian Bhikkhunī Somā berpikir: “Siapakah yang melantunkan syair itu—seorang manusia ataukah bukan manusia?” Kemudian ia berpikir: “Ini adalah Māra si Jahat, yang telah melantunkan syair ini dengan niat untuk menakuti, menimbulkan keraguan, menerorku, berniat menjatuhkanku dari konsentrasi.”
Kemudian Bhikkhunī Somā, setelah memahami, “Ini adalah Māra si Jahat,” menjawab dalam syair-syair berikut: <284>
523. “Apakah persoalannya bagi keperempuanan Ketika pikiran terkonsentrasi dengan baik, Ketika pengetahuan mengalir terus-menerus Ketika seseorang melihat Dhamma dengan benar.337
524. “Seorang yang berpikir, ‘Aku adalah seorang perempuan’ atau ‘aku adalah seorang laki-laki’ Atau ‘Aku adalah bukan siapa-siapa’— Adalah layak bagi Māra untuk berbicara dengannya.”338
Kemudian Māra si Jahat, menyadari, “Bhikkhunī Somā mengenaliku,” sedih dan kecewa, lenyap dari sana.
3. Gotamī
Di Sāvatthī. Kemudian, pada pagi harinya, Bhikkhunī Kisāgotamī merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubahnya, memasuki Sāvatthī untuk menerima dana makanan.339 Ketika ia telah pergi menerima dana makanan di Sāvatthī dan telah kembali lagi, [130] setelah makan, ia pergi ke Hutan Orang-orang Buta untuk melewatkan siang itu. Setelah memasuki Hutan Orang-orang Buta, ia duduk di bawah sebatang pohon untuk melewatkan siang. <285> Kemudian Māra si Jahat, ingin menakuti, menimbulkan keraguan, dan meneror Bhikkhunī Kisāgotamī, ingin membuatnya jatuh dari konsentrasi, mendekatinya dan berkata kepadanya dalam syair:
525. “Mengapa sekarang, ketika putramu telah meninggal dunia, Engkau duduk sendirian dengan wajah basah oleh air mata? Setelah memasuki hutan sendirian, Apakah engkau mencari seorang laki-laki?”
Kemudian Bhikkhunī Kisāgotamī berpikir: “Siapakah yang melantunkan syair itu—seorang manusia ataukah bukan manusia?” Kemudian ia berpikir: “Ini adalah Māra si Jahat, yang telah melantunkan syair ini dengan niat untuk menakuti, menimbulkan keraguan, menerorku, berniat menjatuhkanku dari konsentrasi.” Kemudian Bhikkhunī Kisāgotamī, setelah memahami, “Ini adalah Māra si Jahat,” menjawab dalam syair-syair berikut:
526. “Aku telah melewati kematian putraku; Dengan ini, pencarian akan laki-laki telah berakhir. Aku tidak bersedih, aku tidak menangis, Juga tidak takut padamu, Sahabat.340
527. “Kegembiraan di mana pun telah dihancurkan, Gumpalan kegelapan telah dibuyarkan. <286> Setelah menaklukkan bala tentara Kematian, Aku berdiam tanpa noda yang mengotori.”341
Kemudian Māra si Jahat, menyadari, “Bhikkhunī Kisāgotamī mengenaliku,” sedih dan kecewa, lenyap dari sana.
4. Vijayā
Di Sāvatthī. Kemudian, pada pagi harinya, Bhikkhunī Vijayā merapikan jubah … ia duduk di bawah sebatang pohon untuk melewatkan siang.342 Kemudian Māra si Jahat, ingin menakuti, menimbulkan keraguan, dan meneror Bhikkhunī Vijayā, ingin membuatnya jatuh dari konsentrasi, mendekatinya dan berkata kepadanya dalam syair: [131]
528. “Engkau begitu muda dan cantik, Dan aku juga muda dalam tahap utama kehidupan. Marilah, Nyonya mulia, mari kita bergembira Dengan musik dari lima alat musik.”343
Kemudian Bhikkhunī Vijayā berpikir: “Siapakah …? Ini adalah Māra si Jahat … dengan niat untuk menakuti, menimbulkan keraguan, menerorku, berniat menjatuhkanku dari konsentrasi.” <287> Kemudian Bhikkhunī Vijayā, setelah memahami, “Ini adalah Māra si Jahat,” menjawab dalam syair-syair berikut:
529. “Bentuk-bentuk, suara-suara, rasa-rasa kecapan, aroma, Dan objek-objek sentuhan yang menyenangkan— Aku kembalikan padamu, Karena aku, O, Māra, tidak memerlukannya.
530. “Aku ditolak dan dihina Oleh tubuh yang kotor, menjijikkan ini, Yang pasti mengalami kehancuran, mudah rusak: Aku telah mencabut keinginan indria.344
531. “Sedangkan bagi mereka yang mengembara di tengah- tengah bentuk, Dan mereka yang berdiam dalam tanpa-bentuk, Dan mereka yang mencapai kedamaian juga: Di mana-mana kegelapan telah dihancurkan.”345
Kemudian Māra si Jahat, menyadari, “Bhikkhunī Vijayā mengenaliku,” sedih dan kecewa, lenyap dari sana.
5. Uppalavaṇṇā
<288> Di Sāvatthī. Kemudian, pada pagi harinya, Bhikkhunī Uppalavaṇṇā merapikan jubah … ia berdiri di bawah sebatang pohon sal yang sedang berbunga lebat.346 Kemudian Māra si Jahat, ingin menakuti, menimbulkan keraguan, dan meneror Bhikkhunī Uppalavaṇṇā, ingin membuatnya jatuh dari konsentrasi, mendekatinya dan berkata kepadanya dalam syair:
532. “Setelah pergi ke pohon sal yang sedang berbunga lebat, Engkau berdiri di bawahnya sendirian, Bhikkhunī. Tidak ada yang kecantikannya menyaingimu: Gadis dungu, tidakkah engkau takut pada penjahat?”347
Kemudian Bhikkhunī Uppalavaṇṇā berpikir: [132] “Siapakah …? Ini adalah Māra si Jahat … berniat menjatuhkanku dari konsentrasi.” <289> Kemudian Bhikkhunī Uppalavaṇṇā, setelah memahami, “Ini adalah Māra si Jahat,” menjawab dalam syair-syair berikut:
533. “Walaupun seratus ribu penjahat Sepertimu datang ke sini, Tidak sehelai rambutku pun tergetar, aku tidak merasa takut; Bahkan sendirian, Māra, aku tidak takut padamu.348
534. “Aku dapat membuat diriku menghilang Atau aku dapat masuk ke dalam perutmu. Aku dapat berdiri di antara alis matamu Namun engkau tidak dapat menangkap bayanganku.
535. “Aku adalah tuan dari pikiranku, Landasan-landasan kekuatan batin telah terkembang dengan baik; Aku terbebas dari segala belenggu, Oleh karena itu, aku tidak takut padamu, Sahabat.”349 <290>
Kemudian Māra si Jahat, menyadari, “Bhikkhunī Uppalavaṇṇā mengenaliku,” sedih dan kecewa, lenyap dari sana.
6. Cālā
Di Sāvatthī. Kemudian, pada pagi harinya, Bhikkhunī Cālā merapikan jubah … ia duduk di bawah sebatang pohon untuk melewatkan siang.350 Kemudian Māra si Jahat mendekati Bhikkhunī Cālā dan berkata kepadanya: “Apakah yang tidak engkau setujui, Bhikkhunī?” “Aku tidak menyetujui kelahiran, Sahabat.”
536. “Mengapa engkau tidak menyetujui kelahiran? Begitu terlahir, seseorang menikmati kenikmatan indria. Siapakah yang mengajari engkau tentang ini: ’Bhikkhunī, jangan menyetujui kelahiran’?”
[Bhikkhunī Cālā:]537. “Bagi seseorang yang terlahir maka ada kematian; Begitu terlahir, seseorang menjumpai penderitaan—Belenggu, pembunuhan, kesusahan— Karenanya, seseorang seharusnya tidak menyetujui kelahiran.351
538. “Sang Buddha telah mengajarkan Dhamma, <291> Yang melampaui kelahiran; Untuk melepaskan segala penderitaan Beliau telah meyakinkan aku dalam kebenaran. [133]
539. “Sedangkan bagi mereka yang mengembara di tengah- tengah bentuk, Dan mereka yang berdiam dalam tanpa-bentuk, Belum memahami pemadaman, Mereka terlahir kembali dalam kehidupan baru.”352
Kemudian Māra si Jahat, menyadari, “Bhikkhunī Cālā mengenaliku,” sedih dan kecewa, lenyap dari sana.
7 Upacālā
Di Sāvatthī. Kemudian, pada pagi harinya, Bhikkhunī Upacālā merapikan jubah … ia duduk di bawah sebatang pohon untuk melewatkan siang. Kemudian Māra si Jahat mendekati Bhikkhunī Upacālā dan berkata kepadanya: “Di manakah engkau ingin terlahir kembali, Bhikkhunī?” “Aku tidak ingin terlahir kembali di mana pun, Sahabat.”
540. “Ada para deva Tāvatiṃsa dan Yāma, Dan para devatā di alam Tusita, Para deva yang bergembira dalam penciptaan, <292> Dan para deva yang mengendalikan, Arahkan pikiranmu ke sana [ke alam-alam itu] Dan engkau akan mengalami kegembiraan.”353
[Bhikkhunī Upacālā:]541. “Ada para deva Tāvatiṃsa dan Yāma, Dan para devatā di alam Tusita, Para deva yang bergembira dalam penciptaan, Dan para deva yang mengendalikan, Mereka masih terikat oleh belenggu indria, Mereka kembali lagi di bawah kuasa Māra.
542. “Semua alam berapi, Semua alam terbakar, Semua alam menyala, Semua alam berguncang.
543. “Yang tidak berguncang atau menyala, Yang tidak disukai oleh kaum duniawi, Di mana tidak ada tempat bagi Māra: Di sanalah pikiranku bergembira.”354
Kemudian Māra si Jahat, menyadari, “Bhikkhunī Upacālā mengenaliku,” sedih dan kecewa, lenyap dari sana.
8. Sisupacālā
<293> Di Sāvatthī. Kemudian, pada pagi harinya, Bhikkhunī Sisupacālā merapikan jubah … ia duduk di bawah sebatang pohon untuk melewatkan siang. Kemudian Māra si Jahat mendekati Bhikkhunī Sisupacālā dan berkata kepadanya: “Kepercayaan siapakah yang engkau setujui, Bhikkhunī?” “Aku tidak menyetujui kepercayaan siapa pun, Sahabat.”
544. “Di bawah siapakah engkau mencukur rambutmu? Engkau terlihat seperti seorang petapa, Namun engkau tidak menyetujui kepercayaan apa pun, Mengapa mengembara seolah-olah kebingungan?”355
[Bhikkhuni Sisupacālā:]545. “Di luar dari sini, para pengikut kepercayaan-kepercayaan Menempatkan keyakinan mereka dalam pandangan- pandangan. Aku tidak menyetujui ajaran mereka; Mereka tidak terampil dalam Dhamma. [134]
546. “Tetapi ada seorang yang terlahir dari suku Sakya, Yang Tercerahkan, Tanpa tandingan, <294> Penakluk segalanya, penakluk Māra, Yang tidak terkalahkan di mana pun, Terbebaskan dan tidak melekat di mana pun, Seorang dengan penglihatan yang melihat segalanya.
547. “Mencapai akhir segala kamma, Terbebaskan dalam padamnya perolehan, Sang Bhagavā adalah Guruku, Ajaran-Nya adalah ajaran yang kusetujui.”356
Kemudian Māra si Jahat, menyadari, “Bhikkhunī Sisupacālā mengenaliku,” sedih dan kecewa, lenyap dari sana.
9 Selā
Di Sāvatthī. Kemudian, pada pagi harinya, Bhikkhunī Selā merapikan jubah … ia duduk di bawah sebatang pohon untuk melewatkan siang.357 Kemudian Māra si Jahat, ingin menakuti, menimbulkan keraguan, dan meneror Bhikkhunī Selā, ingin membuatnya jatuh dari konsentrasi, mendekatinya dan berkata kepadanya dalam syair:
548. “Oleh siapakah boneka ini dibuat? Di manakah pembuat boneka ini? Di manakah boneka itu muncul? Di manakah boneka itu lenyap?”358 <295>
Kemudian Bhikkhunī Sela berpikir: “Siapakah …? Ini adalah Māra si Jahat … dengan niat untuk menakuti, menimbulkan keraguan, menerorku, berniat menjatuhkanku dari konsentrasi.” Kemudian Bhikkhunī Selā, setelah memahami, “Ini adalah Māra si Jahat,” menjawab dalam syair-syair berikut:
549. “Boneka ini tidak terbuat dengan sendirinya, Kesengsaraan ini juga bukan dibuat oleh orang lain. Ia muncul bergantung pada suatu penyebab; Dengan hancurnya penyebab, maka ia lenyap.
550. “Ketika suatu benih disemai di suatu ladang Ia tumbuh bergantung pada sepasang faktor; Ia memerlukan nutrisi tanah Dan persediaan kelembaban yang mencukupi.
551. “Demikian pula dengan kelompok-kelompok kehidupan dan unsur-unsur, Dan enam landasan kontak ini, Muncul dengan bergantung pada suatu penyebab; Dengan hancurnya penyebab itu, maka ia lenyap.”359
Kemudian Māra si Jahat, menyadari, “Bhikkhunī Selā mengenaliku,” sedih dan kecewa, lenyap dari sana.
10. Vajirā
<296> Di Sāvatthī. Kemudian, pada pagi harinya, Bhikkhunī Vajirā merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubahnya, memasuki Sāvatthī untuk menerima dana makanan.360 Ketika ia telah pergi menerima dana makanan di Sāvatthī [135] dan telah kembali lagi, setelah makan, ia pergi ke Hutan Orang-orang Buta untuk melewatkan siang itu. Setelah memasuki Hutan Orang-orang Buta, ia duduk di bawah sebatang pohon untuk melewatkan siang. Kemudian Māra si Jahat, ingin menakuti, menimbulkan keraguan, dan meneror Bhikkhunī Vajirā, ingin membuatnya jatuh dari konsentrasi, mendekatinya dan berkata kepadanya dalam syair:
552. “Oleh siapakah makhluk ini diciptakan? Di manakah pencipta makhluk ini? Di manakah makhluk ini muncul? Di manakah makhluk ini lenyap?”
Kemudian Bhikkhunī Vajirā berpikir: “Siapakah yang melantunkan syair itu—seorang manusia ataukah bukan manusia?” Kemudian ia berpikir: “Ini adalah Māra si Jahat, yang telah melantunkan syair ini dengan niat untuk menakuti, menimbulkan keraguan, menerorku, berniat menjatuhkanku dari konsentrasi.” Kemudian Bhikkhunī Vajirā, setelah memahami, “Ini adalah Māra si Jahat,” menjawab dalam syair-syair berikut:
553. “Mengapa sekarang engkau menganggap ada ‘makhluk’? Māra, apakah itu adalah pandangan spekulatifmu? <297> Ini bukan lain hanyalah timbunan bentukan-bentukan: Tidak ada makhluk di sini.
554. “Bagaikan sekumpulan bagian-bagian, Kata ‘kereta’ digunakan, Demikian pula, kelompok-kelompok kehidupan muncul, Ada konvensi ‘makhluk’.
555. “Itu hanyalah penderitaan yang menjelma, Penderitaan yang berlangsung dan lenyap. Bukan lain hanyalah penderitaan yang muncul, Bukan lain hanyalah penderitaan yang lenyap.”361
Kemudian Māra si Jahat, menyadari, “Bhikkhunī Vajirā mengenaliku,” sedih dan kecewa, lenyap dari sana.